Antisipasi Penyebaran Virus ASF, Masyarakat Diimbau tidak Konsumsi Daging Babi
MANOKWARI, papuabaratnews.co – Guna meminimalisir penyebaran virus African Swine Fever (ASF), masyarakat diimbau untuk sementara tidak mengkonsumsi daging babi.
“Sementara jangan konsumsi daging babi dulu. Jika manusia mengkonsumsi dagingnya kemungkinan terkena diare dan tidak menutup kemungkinan dapat terjadi hal-hal lain yang tidak diinginkan,” jelas Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Kukuh Saptoyudo.
Kukuh Saptoyudo menjelaskan, salah satu kasus penularannya, karena ada babi yang mati lalu dibuang. Untuk itu ia mengimbau masyarakat agar tidak lagi menbuang bangkai babi, melainkan dapat menguburkannya untuk meminimalisir penyebaran virus.
“Tetapi ada beberapa kasus yang dikandangkan itu aman karena tidak bersentuhan langsung dengan pembawa virus. Karena virus itu bisa menempel dimana saja,” jelasnya.
Ia menegaskan, meskipun penularan virus ASF hanya menular kepada hewan (babi), namun, daging babi yang t elah tercemar virus akan berbahaya jika dikonsumsi. Hal ini dikarenakan virus dapat bertahan bahkan di suhu dingin sekalipun.
“Kalau di daging dingin bisa selama 8 bulan, kalau dikandang terbuka bisa sampai 1 bulan bertahan hidup, kalau didaging dalam suhu 4 derajat celcius bisa bertahan sampai bertahun-tahun,” ungkapnya.
Dirinya sangat menyayangkan penyebarannya bisa sampai ke Manokwari. Menurutnya, faktor penyebabnya yakni adanya peredaran daging babi yang tercemar masuk ke Manokwari, sehingga menyebar hampir ke semua wilayah di Manokwari.
Ia mengungkapkan, penyebab virus ini bisa sampai ke Manokwari karena adanya peredaran danging babi yang tercemar dari daerah lain. Padahal pihaknya tidak pernah memberikan rekomendasi mendatangkan daging babi.
“Saya sedih, padahal kami tidak pernah memberikan rekomendasi untuk mendatangkan daging babi. Karena kita produsen babi, sebelumnya kita belum pernah mendatangkan babi dari luar,” ungkapnya.
“Semua harus ada rekomendasi dari kita. Bahkan virus juga dapat bertahan hidup didalam daging ham. Mendatangkan daging dari luar sangat berbahaya,” lanjut Kukuh.
Dikatakan Kukuh, pemerintah pusat pun telah menetapkan Manokwari sebagai zona merah untuk ASF. Untuk itu dirinya mengimbau masyarakat, khususnya para pedagang untuk tidak mendatangkan daging dari luar tanpa rekomendasi dari dinas terkait, dalam hal ini Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Manokwari melalui Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
“Kita selalu mengupdate tentang penyakit menular. Kalau Manokwari tercemar maka peta kita sudah merah,” ujarnya.
“Untuk telur saja tidak sembarangan, harus bebas AI, kalau tidak bebas maka kita tidak mengeluarkan rekomensasinya. Kami tidak pernah mempersulit pedagang, tetapi kita mempertahankan status sehat daerah kita,” imbuhnya.
Sejauh ini, jelas Kukuh pihaknya terus melakukan pencegahan berupa penyuntikan vitamin dan antibiotik.
“Begitu ada laporan kasus langsung kita tindaklanjuti, kemarin di Prafi, kita tidak sempat ke Warmare karena kasusnya banyak sekali. Sedangkan stok vitamin yang ada sangat terbatas. Kita akan meminta bantuan provinsi terkait stok dan SDM untuk menanggulangi epidemi ini,” tutupnya.(PB19)
**Artikel ini Telah Diterbitkan di Harian Papua Barat News Edisi Selasa 20 April 2021