Berita Utama

Bahkan Gereja Tak Lagi Aman di Nduga

WAMENA – Situasi di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan, terus mencekam. Sepekan terakhir, baku tembak antara pasukan TNI-Polri dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) kembali meletus di Distrik Kenyam, Distrik Mugi, serta Distrik Mam.

Koordinator Gereja Kingmi Wilayah Nduga, Eliaser Tabuni, mengatakan situasi di Distrik Kenyam—yang menjadi ibu kota Kabupaten Nduga—bak kota mati karena telah ditinggalkan banyak warganya yang menyelamatkan diri. “Kenyam sudah tidak aman lagi. Rumah dibakar. Kami diminta pergi karena bakal ada perang besar di sana,” kata Eliaser, Rabu pekan lalu.

Menurut Eliaser, sejumlah warga Kenyam juga pergi mengungsi. Sebagian dari mereka menuju sejumlah daerah di sekitar Nduga, terutama ke Distrik Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya.

Mereka berjalan kaki menyusuri Sungai Pomats yang membelah Kenyam, ke arah timur laut menuju distrik yang menjadi pusat pemerintahan Provinsi Papua Pegunungan tersebut. “Masyarakat tidak lagi melewati hutan karena di hutan banyak pasukan TNI-Polri dan TPNPB, sehingga kami takut jadi korban salah tembak,” kata Eliaser, yang juga turut dalam gelombang pengungsian kali ini.

Intensitas konflik bersenjata terus meningkat di Kenyam. Hal itu diduga terjadi setelah milisi TPNPB-OPM mengetahui pengerahan personel TNI-Polri ke distrik ini. Kenyam memang menjadi salah satu basis pasukan gabungan TNI-Polri dalam upaya penyelamatan Philip Mark Mehrtens, pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru yang disandera milisi TPNPB-OPM pimpinan Egianus Kogeya sejak 7 Februari lalu.

Eliaser Tabuni menceritakan, sejak 20 Juni hingga Selasa, 27 Juni lalu, konflik bersenjata antara TNI-Polri dan TPNPB-OPM meletus di Distrik Kenyam dan sekitarnya. Eliaser, yang sebelumnya bertahan, kini harus ikut angkat kaki. “Sudah tidak ada lagi gereja yang bisa digunakan untuk berlindung,” kata Eliaser.

Sebelumnya, Eliaser sempat meminta bantuan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Papua agar bernegosiasi dengan Egianus Kogeya, pemimpin Komando Daerah Pertahanan III Ndugama-Derakma, agar menghentikan konflik bersenjata di Papua. Namun, belakangan, Egianus dikabarkan enggan berkomunikasi dengan perwakilan gereja dan hanya ingin bernegosiasi dengan perwakilan pemerintah langsung. “Dia tidak mau ada pihak gereja dan tokoh yang ikut campur,” kata Eliaser.

Juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, membenarkan bahwa kelompoknya menolak negosiasi dilakukan melalui perwakilan gereja dan tokoh masyarakat Papua. Menurut Sambom, penyanderaan Philip Mark Mehrtens merupakan langkah politis. “Jadi, jangan libatkan pendeta untuk negosiasi. Ini tidak ada hubungannya dengan gereja,” ujarnya.

Sebby menegaskan, TPNPB-OPM akan terus berperang dengan TNI-Polri apabila tuntutan mereka belum dipenuhi. Dia mengklaim milisi TPNPB-OPM saat ini memiliki 1.200 amunisi untuk meladeni prajurit TNI-Polri yang hendak melakukan misi penyelamatan Philip. “Kami punya 20 senjata yang kami rampas dari TNI-Polri. Gerilya kami lebih hebat dari mereka,” ujarnya. (TEM)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.