Begini Peta Cawapres Prabowo Tanpa PKB
JAKARTA – Enam partai politik pendukung Prabowo Subianto belum memutuskan kandidat calon wakil presiden yang akan mendampingi Ketua Umum Partai Gerindra tersebut. Mereka bahkan belum menggelar rapat bersama untuk membahas kandidat calon wakil presiden bagi Prabowo, meski setiap partai punya jagoan masing-masing.
Anggota Dewan Pertimbangan Partai Gerindra, Andre Rosiade, mengatakan Prabowo bersama semua ketua umum partai dalam barisan Koalisi Indonesia Maju akan membahas kandidat calon wakil presiden lewat musyawarah. Namun ia belum dapat memastikan jadwal musyawarah tersebut.
“Yang tahu para ketua umum kapan akan dilaksanakannya,” kata Andre, Minggu (3/9/2023), dilansir Tempo.
Koalisi Indonesia Maju merupakan salin rupa dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Awalnya Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa-lah yang menggagas pembentukan KKIR pada 13 Agustus tahun lalu. Koalisi ini mengusung Prabowo sebagai calon presiden 2024. Lalu PKB mengusulkan Abdul Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB, sebagai bakal calon wakil presiden.
Di tengah jalan, Partai Amanat Nasional dan Partai Golkar bergabung ke KKIR pada 13 Agustus lalu. Tiga partai non-kursi di Dewan Perwakilan Rakyat, yaitu Partai Bulan Bintang, Partai Gelora, dan Partai Garuda, ikut bergabung ke koalisi gemuk ini.
Dua pekan berselang, Prabowo mengumumkan perubahan KKIR menjadi Koalisi Indonesia Maju pada saat menghadiri perayaan ulang tahun PAN di Hotel Sultan, Jakarta Pusat. Ganti nama koalisi ini membuat elite PKB gerah. Mereka mengklaim penggantian nama koalisi dilakukan secara sepihak tanpa melibatkan partainya.
Tiga hari setelah penggantian nama, PKB justru putar haluan. Mereka mendekati Partai NasDem—anggota Koalisi Perubahan bersama Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrat. Selanjutnya, NasDem dan PKB menyatakan berkoalisi dengan mengusung Anies Rasyid Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden. Mereka mendeklarasikan pasangan ini di Hotel Majapahit, Surabaya, Sabtu pekan lalu. Koalisi NasDem dan PKB ini justru membuat Demokrat kesal hingga keluar dari Koalisi Perubahan.
Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, mengatakan partainya menghormati sikap PKB yang berkoalisi dengan NasDem. “Kami tidak pernah merasa terkhianati,” kata Dasco.
Sekretaris Jenderal PBB, Afriansyah Noor, menduga PKB keluar dari koalisi karena Prabowo tak kunjung memilih Muhaimin sebagai calon wakil presiden, meski sudah satu tahun berkoalisi. “Mungkin inilah yang jadi pemicunya,” kata Afriansyah.
Sikap PKB tersebut mengubah peta kandidat calon wakil presiden di lingkup internal Koalisi Indonesia Maju. Kini tersisa dua nama yang menguat, yaitu Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir dan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto. Erick diajukan oleh PAN, sedangkan Golkar mendorong Airlangga.
Sekretaris Jenderal PAN, Eddy Soeparno, mengatakan partainya menyodorkan nama Erick ke Prabowo saat elite PAN bertandang ke kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara IV, Jakarta Selatan, pada 8 April lalu. “Erick Thohir memang selalu jadi menu utama yang ditawarkan PAN saat bertemu dengan partai lainnya, termasuk ke PDI Perjuangan,” kata Eddy.
Ketua DPP Partai Golkar, Dave Akbarshah Fikarno, mengakui bahwa partainya memang menyodorkan nama Airlangga sebagai bakal calon wakil presiden ke Prabowo. Golkar juga menyertakan berbagai alasan sehingga Menteri Koordinator Perekonomian itu dinyatakan layak mendampingi Prabowo, di antaranya kemampuan menggerakkan massa, pengalaman di pemerintahan, serta jaringan Golkar yang luas. “Hal itu seharusnya masuk pertimbangan Pak Prabowo,” kata Dave.
Afriansyah Noor mengatakan partainya juga mengusulkan nama bakal calon wakil presiden ke Prabowo, yaitu Yusril Ihza Mahendra, Ketua Umum PBB. Namun PBB menyerahkan sepenuhnya kepada Prabowo untuk menentukan kandidat cawapres yang tepat. “Semua kami serahkan ke Pak Prabowo kalau Pak Yusril nanti memang tidak dipilih,” kata Afriansyah.
Meski setiap anggota Koalisi Indonesia Maju sudah menyodorkan nama kandidat cawapres, mereka belum membahasnya bersama-sama hingga saat ini. Eddy Soeparno mengatakan para ketua umum partai di Koalisi Indonesia Maju belum mengagendakan pembahasan kandidat cawapres.
Eddy juga tak bisa memprediksi kans Erick karena Prabowo belum menyebutkan kriteria bakal calon wakil presiden yang akan mendampinginya dalam pemilihan presiden. “Saya tidak berani mengukur kans Erick saat ini, apakah lebih baik, sama, atau lebih mundur dari kandidat bacawapres lainnya,” kata dia.
Wakil Ketua Umum PAN, Viva Yoga Mauladi, mengatakan partainya tentu berharap Prabowo memilih Erick sebagai calon wakil presiden. Namun ia tak dapat memprediksinya karena ketua umum partai koalisi belum membicarakannya bersama-sama. “Kita tunggu saja dan minta doanya kalau Pak Erick yang dipilih,” kata Viva. (TEM)