Dari Presenter ke Panggung Pemilu
JAKARTA – Diskusi dengan Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan di pengujung tahun lalu mengubah sikap Surya Utama alias Uya Kuya. Presenter dan penyiar radio itu akhirnya memilih masuk partai politik dan bersedia menjadi bakal calon anggota legislatif dari PAN pada Pemilu 2024. Padahal ia awalnya enggan masuk partai karena Astrid Khairunisha, istri Uya, melarangnya.
“Sebetulnya awal PAN berdiri, saya sudah jadi kader PAN Ranting Duren Sawit (Jakarta Timur). Cuma dilarang sama istri (bergabung),” kata Uya di kantor Komisi Pemilihan Umum, Jumat (12/5/2023).
Awal cerita Uya menemui Zulkifli di kantor pusat PAN atas ajakan Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio, kolega Uya sesama presenter yang menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat periode 2019-2024. Mulanya, Uya menghubungi Eko untuk menyatakan ketertarikannya bergabung dengan partai politik. Ia menghubungi Eko karena sahabatnya itu sudah berkali-kali mengajaknya bergabung dengan PAN, tapi saat itu Uya menolaknya.
Keinginan Uya untuk bergabung dengan partai politik membuncah setelah ia kerap menggelar diskusi politik di kanal YouTube-nya, Rumah Uya TV. Dari situ, Astrid justru mendorong Uya masuk partai. Padahal istrinya yang sebelumnya melarang Uya ikut partai politik.
“Astrid berpikir, kalau bersuara doang, percuma. Lebih bagus kalau bersuara, tapi bisa ambil keputusan dan bertindak,” kata Uya.
Saat berkomunikasi dengan Eko, Uya diajak koleganya tersebut untuk menemui Zulkifli. Keduanya pun menemui Menteri Perdagangan itu di sela rapat internal pengurus PAN. Setelah obrolan tersebut, Zulkifli lantas mengajak Uya bergabung dengan PAN dan menjadi bakal calon anggota legislatif. Uya menerimanya. Sarjana ilmu politik dari Universitas Indonesia ini pun masuk daftar bakal calon anggota legislatif yang didaftarkan PAN ke KPU, Jumat pekan lalu. Uya terdaftar sebagai bakal calon anggota DPR di Daerah Pemilihan Jakarta II, yang meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan pemilih Indonesia di luar negeri.
Selain Uya, ada sederet selebritas ikut menjadi bakal caleg PAN. Misalnya, Sigit Purnomo Syamsuddin Said alias Pasha Ungu, Venna Melinda Bruglia, Desy Ratnasari, Verrel Bramasta Fadila Soedjoko, dan Virnie Syafitri Ismail.
Sekretaris Jenderal DPP PAN, Eddy Soeparno, mengatakan para selebritas tersebut dipilih sebagai bakal caleg karena berkomitmen bekerja untuk kepentingan masyarakat serta bersedia menjadi caleg.
Uya Kuya mengklaim dirinya mempunyai modal kuat untuk mendulang suara bagi PAN. Paling tidak namanya sudah populer di masyarakat. Ia pun sudah kerap turun menemui masyarakat dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan, di luar urusan politik. “Mereka sudah tahu nama saya adalah Surya Utama.”
Serupa dengan Uya, Sunarji Riski Radifan alias Narji—anggota grup lawak Cagur—juga memilih bergabung dengan partai politik pada pemilu kali ini. Presenter itu bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera sejak tahun lalu. Ia juga masuk daftar bakal caleg PKS yang didaftarkan ke KPU, pekan lalu.
Narji mengatakan alasan dirinya bergabung dengan partai politik adalah untuk memperjuangkan dan mendorong perkembangan sektor pertanian serta olahraga di Jawa Tengah, kampung halaman Narji. Dia pun berkeinginan agar anak muda di Jawa Tengah tertarik menggeluti bidang pertanian sehingga tak perlu mengadu nasib ke Jakarta.
“Anak muda di sana masih kurang minat sama pertanian, makanya saya maju buat ajak mereka membangkitkan sektor pertanian dan olahraga,” kata Narji. Sarjana pendidikan ekonomi ini berharap dapat ditempatkan di komisi yang membidangi urusan pertanian ataupun olahraga ketika terpilih menjadi anggota DPR.
Kepala Bidang Humas DPP PKS, Ahmad Mabruri, mengatakan hanya satu selebritas yang masuk daftar bakal caleg PKS, yaitu Narji. Mabruri beralasan partainya memilih Narji karena sudah aktif dalam berbagai kegiatan PKS sejak satu tahun terakhir.
“Dari segi popularitas, Narji juga cukup bagus,” kata Mabruri. Ia pun optimistis Narji dapat lolos ke Senayan pada Pemilu 2024.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion, Dedi Kurnia Syah, mengatakan selebritas yang menjadi calon anggota legislatif berpeluang lolos ke Senayan. Pemilih, kata dia, tidak hanya mempertimbangkan popularitas dan kemampuan caleg, tapi juga faktor kesukaan cukup dominan dalam memilih. Faktor kesukaan ini cukup menguntungkan caleg dari kalangan selebritas karena masyarakat sudah menggandrungi mereka lewat penampilannya di televisi.
“Saat ini pemilih lebih mendahulukan faktor kesukaan, meski tidak pernah bertemu,” kata Dedi.
Berbeda dengan Dedi, pengamat politik, Ujang Komarudin, justru melihat daya tarik selebritas tidak cukup dijadikan modal untuk melenggang ke Senayan. Indikasinya, banyak selebritas yang justru gagal terpilih sebagai anggota legislatif pada Pemilu 2019. “Makanya, artis-artis yang menang itu enggak hanya mengandalkan popularitas, tapi juga jorjoran atau dalam konteks mengeluarkan finansial agar bisa menang,” kata Ujang. (TEM)