DLH Berupaya Memaksimalkan Penanganan Limbah Infeksius
MANOKWARI, papuabaratnews.co – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Manokwari melalui Bidang Pengendalian Pencemaran, Kerusakan Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati tengah berupaya memaksimalkan penanganan limbah infeksius yang juga merupakan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
“Yang kita takutkan dari limbah infeksius sebenarnya dari mereka yang sudah dinyatakan reaktif, setelah itu sudah dikategorikan ODP, setelah itu dinyatakan positif dan dibawa pulang kerumah untuk melakukan karantina mandiri,” terang Kepala Bidang pengendalian Pencemaran, Kerusakan Lingkungan dan keanekaragaman Hayati, Yohanes Ada Lebang saat dikonfirmasi Papua Barat News belum lama ini.
Lebang menegaskan, limbah infeksius harus dikendalikan dan ditangani secara tepat sehingga tidak menimbulkan dampak lain yang lebih berbahaya.
“Sebenarnya bahayanya ada disini, tidak akan terkontrol kalau dibawa pulang ke rumah. Karena siapa yang akan mengendalikan limbah infeksius ini dirumah. Itu yang kita takutkan, jika tidak dikendalikan maka akan menimbulkan dampak lain,” tegasnya.
“Setelah dipakai dan tidak dikendalikan khusus dengan SOP yang ada maka akan tersebar kemana-mana, dampaknya pasti tetangga dan lainnya,” sambung Lebang.
Dikatakan lebang, pihaknya telah menyurat dan meminta data terkait limbah infeksius di semua fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) se-Kabupaten Manokwari di masa pandemi Covid-19.
“Dengan adanya RSUD Papua Barat sebagai tempat karantina terpusat, kami sudah komunikasikan dan meminta data ke seluruh rumah sakit dan puskesmas se-Kabupaten Manokwari terkait data limbah infeksius saat pandemi covid-19 ini,” ujarnya.
“Supaya kita, provinsi, kementerian juga punya data ini. Karena data tersebut juga diminta oleh kementerian bersamaan dengan apa yang kita rencanakan,” sambung Lebang.
Sementara, terkait penanganan limbah yang dilakukan dari dinas, Lebang menjelaskan, sejauh ini masih dalam bentuk koordinasi.
“Karena kita belum bisa melakukan pengadaan dan lebih banyak koordinasi komunikasi untuk menjalankan SOP yang ada. Semoga bisa direspon baik dan kita bisa melakukan sosialisasi khususnya terkait limbah infeksius ke masyarakat,” ungkapnya.
Selain itu, kesadaran masyarakat akan bahaya limbah juga masih sangat rendah. Tak heran jika pemahaman masyarakat untuk pemilahan sampah juga masih rendah, yakni memilah sampah plastik, sampah kering dan sampah basah.
“Warga mestinya harus melakukan pemilahan, ditingkatkan masyarakat bahwa pemilahan masih rendah. Kita harus akui itu bahwa kesadaran masyarakat untuk melakukan pemilahan itu masih rendah,” sebutnya.
Terlebih dengan adanya pandemi saat ini, Lebang mengatakan bahwa dirinya pesimis bahwa masyarakat dapat melihat persoalan ini adalah persoalan besar. Sehingga pemilahan dapat dilakukan secara maksimal
“Semoga ini menjadi pembelajaran kita bersama agar perilaku pemilahan ini bisa dilakukan di tingkat keluarga,” tutupnya. (PB19)