Berita Utama

Hasil Rekomendasi Audit Telah Dijalankan

JAKARTA – Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Taufik Aditiyawarman, mengatakan perseroan telah menjalankan rekomendasi atas audit yang dilakukan DNV. Rekomendasi jangka pendek diklaim telah rampung pada September 2022. “Untuk merespons hasil audit, termasuk rencana pada 2023, kami menyiapkan anggaran tindak lanjut sebesar US$ 980 juta,” kata Taufik Aditiyawarman dikutip Antara.

Program yang dilakukan, antara lain, penerapan keamanan proses dan sistem manajemen integritas aset, pelaksanaan pelatihan dan sertifikasi berbasis kompetensi untuk meningkatkan kinerja pekerja kilang hingga 2023, rejuvenasi peralatan, serta pembuatan dashboard pengukuran integritas aset. Adapun Kilang Pertamina Internasional juga tengah meningkatkan keandalan seluruh kilang. Hingga 2026, biaya untuk meningkatkan keandalan kilang tersebut diperkirakan mencapai US$ 2 miliar.

Anggota Komisi Energi DPR, Ratna Juwita, meminta Pertamina berbenah agar insiden serupa tak terus berulang. “Kami berharap insiden yang terjadi di Dumai tersebut merupakan kejadian yang terakhir,” ujar dia. Politikus Partai Kebangkitan Bangsa tersebut mengingatkan bahwa kilang yang dikelola Pertamina tidak banyak. Namun kilang-kilang tersebut berusia tua dan perlu diremajakan dan diperbaiki dengan investasi yang cukup besar. Karena itu, ia mendukung adanya audit menyeluruh yang dilanjutkan dengan perbaikan aset.

Adapun anggota Komisi Energi lainnya, Nasyirul Falah Amru, menyoroti pemeliharaan aset yang dilakukan perseroan. “Teman-teman (anggota Komisi Energi) tadi mengingatkan aspek pemeliharaan. Aspek pemeliharaan ini sangat penting,” ujar dia. Ia meminta Pertamina tak segan-segan mengeluarkan biaya pemeliharaan sebesar-besarnya untuk menjamin keamanan operasional fasilitas perseroan.

Di luar rapat DPR, sorotan terhadap insiden berulang aset Pertamina juga disampaikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Ma’ruf meminta perseroan segera mengevaluasi seluruh kilang minyak yang dikelola. “Asesmen dan evaluasi, terutama di seluruh kilang, karena memang di situ potensi terjadinya kebakaran sehingga perlu ada perbaikan tata kelola,” ujar dia.

Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, menyebutkan insiden meledak dan terbakarnya kilang Dumai membuktikan bahwa sistem keamanan Pertamina sangat buruk. Apalagi insiden ini terjadi tak lama setelah kebakaran depo Plumpang. “Ini sudah keterlaluan. Pertamina seperti tidak mau belajar bahwa kebakaran serupa memang bisa terjadi lagi,” kata dia.

Fahmy menilai Pertamina tidak serius dalam mencegah insiden seperti ini terus berulang. Pasalnya, kebakaran di depo ataupun kilang perusahaan pelat merah itu tidak terjadi sekali-dua kali. Bahkan kilang Dumai juga sempat terbakar pada 2014. “Kejadian berulang seperti ini tidak bisa ditoleransi lagi.” Ia menduga perseroan menyederhanakan perkara ini karena asetnya sudah diasuransikan sehingga tidak khawatir akan kerugian. Padahal perseroan seharusnya berkaca pada standar internasional dalam mengamankan aset strategis: harus nihil insiden. (ANT)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.