Hentikan Stigma Negatif kepada Pasien Covid-19
MANOKWARI, papuabaratnews.co – Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Papua Provinsi Papua Barat (PGGP PB), Pendeta Shirley Parinussa mengimbau masyarakat, khususnya jemaat gereja-gereja di Papua Barat, tidak memberikan stigma negatif kepada pasien positif Covid-19 dan keluarganya, karena dapat mempengaruhi kesembuhan pasien itu.
“Masyarakat tidak perlu berlebihan dan tidak boleh menghakimi seseorang yang memiliki gejala maupun yang positif terjangkit Covid-19, karena mereka justru butuh dukungan moral agar bisa segera sembuh,” kata Shirley kepada Papua Barat News di Manokwari, Kamis (23/7/2020).
Dikatakannya, pelabelan negatif kepada pasien positif Covid-19 hanya memperburuk kondisi kesehatan pasien, karena itu harus dihentikan sehingga pasien korona dapat menjalankan protokol kesehatan dengan baik.
“Saya ingin menyampaikan himbauan agar tidak boleh ada stigma bagi pasien positif Covid-19. Stigma ini tidak boleh ada dan harus dijauhkan,” tukasnya.
Dia juga menyebutkan kondisi kesehatan pasien terkait Covid-19 harus dilindungi. Pasien belum terkonfirmasi positif Covid-19, tidak dibenarkan dibuka ke publik. Menurutnya, dengan membuka ke publik akan berdampak buruk terhadap kondisi psikis pasien.
“Jangan membuat stigma kepada orang yang dinyatakan positif. Justru kita harus menolong mereka dengan memberikan dukungan moril, agar mereka kuat dan segera pulih kembali,” katanya.
Dia meminta masyarakat tidak mudah menyebarkan informasi yang diterima melalui media sosial tanpa mengecek kebenaran informasi tersebut. Kondisi ini justru makin mempersulit penanganan pasien Covid-19. Propaganda buruk di media sosial harus dihentikan agar menjaga nama baik pasien positif korona selama menjalani proses karantina.
“Penggunaan media sosial seperti Facebook dan Instagram harus ditujukan agar kita waspada. Tapi jika belum jelas, jangan disebarluaskan sehingga menimbulkan keresahan. Mari kita dengan cerdas dan etika menggunakan berbagai potensi yang ada untuk bantu meringankan kondisi pasien dengan tidak menciptakan kepanikan,” katanya lagi.
Ia juga menyayangkan masyarakat yang secara sosial menjauhi orang-orang yang menderita Covid-19, bahkan di beberapa daerah terjadi penolakan jenazah warga atau tenaga medis yang terpapar virus corona, sehingga menambah duka dalam bagi keluarga pasien yang sudah kehilangan anggota keluarganya.
“Tidak perlu mengucilkan pasien Covid-19 dan keluarganya yang akan menyebabkan pasien semakn depresi dan rendah diri, justru masyarakat seharusnya menjalin komunikasi untuk memberikan dukungan moral dan semangat, agar mereka bisa segera sembuh,” ucapnya.
Menurutnya, masyarakat hanya perlu menerapkan protokol kesehatan dengan tidak melakukan kontak fisik dengan pasien, menjaga jarak, dan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mengantisipasi penyebaran virus korona, sehingga tidak perlu memberikan stigma negatif kepada pasien Covid-19.
“Selain itu, semua pihak diharapkan menyebarkan berita positif dengan melakukan edukasi yang menunjukkan adanya pasien positif bisa sembuh, sehingga memberikan dukungan dan solidaritas kepada pasien untuk segera sembuh,” katanya. (PB22)