Kembalikan Kejayaan Coklat Ransiki
Laporan: Dika Grantino/Manokwari Selatan
KAKAO Ransiki menjadi primadona Segitiga Emas puluhan tahun silam. Setelah menggapai masa kejayaannya pada era 1980-an, kakao Ransiki mengalami pasang surut. Puncaknya, pabrik kakao Mansel dinyatakan pailit dan tutup pada 2006.
Setelahnya, beberapa eks karyawan mendirikan pabrik coklat Ebier Suth yang artinya ‘bangkit kembali’. Meskipun begitu, perjalanan tak langsung mulus.
Para karyawan eks pabrik coklat tesebut hanya bisa mengelola sebagian lahan. Sebagian lagi diklaim eks karyawan lainnya sebagai ganti rugi upah yang belum terselesaikan. Angkanya fantastis Rp18 miliar.
Kini, secercah harapan mulai nampak bagi Yusuf Kawey dan kawan-kawan. Penantian untuk membangkitkan lagi Pabrik Coklat Ransiki mulai menemui titik terang. Pemda Mansel dengan upayanya telah berhasil mengakuisisi PT Cokran.
Semangat pun nampak dari wajah pengurus pabrik coklat. Mengenakan pakaian khas celana ‘jojon’ setelan kaos dalam dan sepatu kets, wajah para pria paro baya itu semringah. Ya, mereka tak muda lagi. Usia termakan penantian panjang.
Bupati Markus Waran mengatakan, setelah mengakuisisi PT Cokran, Pemda Mansel akan menyelesaikan beberapa persoalan warisan termasuk upah sekitar 200 eks karyawan yang angkanya mencapai Rp18 miliar.
“Sekarang akan dibicarakan melalui Pemda dan akan disepakati bersama untuk dapat ditindaklanjuti sebagaimana mestinya,” tutur Waran saat bertemu pengurus Koperasi Ebier Suth, Jumat (16/4/2021).
Waran menekankan, setelah persoalan tersebut tuntas, langkah Ebier Suth akan semakin mudah untuk melebarkan sayap. Apalagi, Pemprov Papua Barat bersama Pemda Mansel akan bahu membahu membangun kawasan pabrik coklat di lahan seluas 2 hektare dengan perkiraan total anggaran 30-60 miliar rupiah.
“Kalau sudah seperti ini mau lebarkan saya, bebas. Kita bayar pesangon, duduk bicara. Setelah itu kita bisa bekerjasama dengan investor. Nanti tim DJKN akan datang mendata aset yang ada. Kalau ada yang klaim, sertifikat kita tunjukan, proses hukum,” kata Waran yang kemudian disambut tepuk tangan para pengurus Ebier Suth.
“Pemda Mansel setelah mengakuisisi PT Cokran, wajib menghidupkan pabrik coklat kakao seperti sedia kala. Kita kembalikan kejayaan kakao Ransiki,” sambungnya menambahkan.
Waran kemudian menginstruksikan kepada pengurus Ebier Suth, agar kedepannya bisa lebih tertib terkait kinerja serta manajemen koperasi.
“Semua disiplin, tertib dalam bekerja seperti sedia kala. Pemda Mansel akan tetap mendampingi. Pabrik ini harus terus hidup dan jalan,” tegas Waran.
Sementara itu, pimpinan Koperasi Ebier Suth Yusuf Kawey menerangkan, keberhasilan Pemda Mansel dalam mengakuisisi PT Cokran, merupakan impian lama yang akhirnya terealisasi.
“Ini seperti mimpi yang jadi kenyataan. Sudah lama ini kita impikan, akhirnya ada titik terang. Apresiasi sebesar-besarnya kepada Pemda Mansel,” ucap Kawey.
Kawey kemudian memastikan, dia bersama pengurus Koperasi Ebier Suth lainnya, tidak akan menyia-nyiakan upaya yang sudah dilakukan Pemda Mansel. Kawey mengaku optimis para pengurus Ebier Suth mampu mengembalikan kejayaan kakao Ransiki.
“Sekarang ini tugas kita bersama. Dulu kakao Ransiki berjaya. Sekarang kita kembalikan kejayaan itu,” tandasnya. (*)
**Artikel ini Telah Diterbitkan di Harian Papua Barat News Edisi Senin 19 April 2021