Berita Utama

Menjadi Ganas Setelah Diserang Hamas

JAKARTA – Israel sama sekali tidak menduga akan mendapat serangan mendadak dari Hamas. Sebab, akhir-akhir ini kelompok militan Islam Palestina tersebut terkesan lebih berfokus menyelesaikan masalah ekonomi negaranya dibanding menyiapkan kekuatan tempur.

“Ini adalah peristiwa 9/11 yang kami alami,” kata juru bicara Angkatan Pertahanan Israel Mayor Nir Dinar, dikutip dari Reuters, Senin (9/10/2023). “Mereka mengejutkan kami, datang dengan cepat dari berbagai tempat, baik dari udara, darat, maupun laut.”

Peristiwa 9/11 yang dimaksudkan Nir Dinar mengacu pada serangan ke menara kembar World Trade Center di New York, Amerika Serikat, pada 11 September 2001. Tragedi itu menewaskan ribuan orang dan menjadi teror terburuk sepanjang sejarah Amerika Serikat.

Hamas melakukan serangan mendadak ke Israel pada Sabtu lalu. Kelompok militan itu masuk ke wilayah Israel sambil melepaskan tembakan. Mereka mengerahkan buldoser, pesawat layang-layang, dan sepeda motor. Pintu penghalang di perbatasan dihancurkan dengan bahan peledak. Serangan mendadak itu menewaskan ratusan orang yang sebagian besar penduduk Israel.

Keesokan harinya, Israel membalas serangan itu. Korban jiwa pun berjatuhan. Berdasarkan data terakhir, sekitar 1.300 orang tewas. Sebanyak 800 orang di antaranya adalah penduduk Israel dan sisanya dari Palestina.

Tiga sumber dari lembaga keamanan Israel mengatakan Hamas menggunakan taktik intelijen model baru. Mereka menyembunyikan kekuatan tempurnya sehingga terkesan menghindari konfrontasi dengan Israel. “Namun ternyata mereka diam-diam mempersiapkan operasi besar-besaran untuk menyerang Israel,” kata sumber itu.

Dari hasil penelusuran diketahui bahwa Hamas membuat permukiman tiruan Israel di Gaza. Di sanalah kelompok militan berlatih dan menyiapkan serangan. “Mereka bahkan membuat video dari manuver itu,” tuturnya.

Seluruh persiapan itu bisa ditutupi secara rapi. Sementara itu, di permukaan, Hamas terlihat sibuk membangun lapangan pekerjaan. Mereka seolah-olah tidak menunjukkan ketertarikan untuk memulai perang baru. “Hamas mampu membangun gambaran itu,” kata sumber yang sama.

Sejak berkonflik dengan Hamas pada 2021, Israel berupaya membangun stabilitas ekonomi tingkat dasar di Gaza. Berbagai insentif diberikan agar warga Gaza dapat bekerja di Israel atau Tepi Barat. Adapun lapangan pekerjaan yang disediakan, antara lain, adalah bidang konstruksi, pertanian, dan jasa. Pekerja akan mendapat penghasilan 10 kali lipat lebih besar dibanding gaji yang mereka terima di Gaza. “Kami yakin mereka datang untuk bekerja dan membawa uang ke Gaza sehingga menciptakan tingkat ketenangan,” kata sumber lain di Israel. “Ternyata kami salah.”

Sayap bersenjata Hamas, Brigade Izz el-Deen al-Qassam, berlatih dengan paralayang saat bersiap menghadapi serangan udara bersenjata, dalam tangkapan layar dari video media sosial yang dirilis pada 7 Oktober 2023. Brigade Izz el-Deen al-Qassam melalui Telegram/melalui REUTERS

Sumber keamanan Israel mengakui telah kecolongan. Dalam dua tahun terakhir, Hamas sama sekali tidak memperlihatkan tanda-tanda sedang membangun kekuatan militer. Bahkan ketika kelompok lain melancarkan serangan terhadap Israel, Hamas justru terlihat tidak peduli. “Kami mengira mereka benar-benar menginginkan uang,” katanya. “Ternyata sepanjang waktu mereka berlatih untuk menyiapkan penyerangan.”

Osama Hamdan, perwakilan Hamas di Libanon, mengatakan kepada Reuters serangan tersebut menunjukkan bahwa warga Palestina mempunyai keinginan untuk mencapai tujuan mereka, yaitu terlepas dari kekuatan militer Israel.

Juru bicara militer Letnan Kolonel Jonathan Conricus mengatakan pihaknya telah menyiapkan sekitar 100 ribu personel untuk mengantisipasi serangan susulan dari Libanon. “Kami terima laporan tentang penyusupan sejumlah tersangka ke wilayah Israel dari Libanon,” katanya.

Media Israel melaporkan Israel telah menyerang seribu sasaran di Gaza. Gempuran ini tidak akan dihentikan, bahkan jika ada penduduk Israel yang ditawan ikut menjadi korban. Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera mengatakan drone Israel terus berkeliaran di langit Gaza. Sedangkan gumpalan asap mengepul dari puing-puing bangunan yang hancur.

Menteri Kesehatan Palestina Mai Alkaila mendesak komunitas internasional mengambil tindakan segera. Tindakan ini penting untuk menghentikan serangan Israel yang justru menyasar pusat kesehatan, ambulans, dan petugas medis.

Alkaila menuding Israel sengaja mengebom rumah sakit dan ambulans serta membunuh dan melukai petugas medis. Dia menyebutkan tindakan itu merupakan pelanggaran besar terhadap semua hukum dan konvensi internasional.

Warga Palestina termasuk tim penyelamat mengeluarkan korban dengan tandu dari bawah reruntuhan rumah yang hancur akibat serangan Israel, di Rafah di selatan Jalur Gaza, 9 Oktober 2023. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa

Koresponden kantor berita Palestina, WAFA, melaporkan sebuah pesawat perang Israel pada Senin menyerang sebuah ambulans hingga hancur di barat laut Gaza. Akibatnya, sejumlah petugas dan pasien yang berada di dalamnya terluka.

Uni Emirat Arab menilai serangan Hamas terhadap kota-kota di Israel sebagai eskalasi yang serius. “Warga sipil di kedua belah pihak harus selalu mendapat pelindungan penuh berdasarkan hukum humaniter internasional dan tidak boleh menjadi sasaran konflik,” kata seorang pejabat Uni Emirat Arab.

Presiden AS Joe Biden berjanji akan mendukung sekutu terdekatnya di Timur Tengah. Washington, yang memberikan bantuan militer tahunan sekitar US$ 3 miliar kepada Israel, memerintahkan pergerakan kapal dan pesawat militer lebih dekat ke Israel sebagai bentuk dukungan.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyebutkan serangan Hamas sebagai serangan teroris besar-besaran. “Kami segera melibatkan mitra dan sekutu Israel kami,” kata Blinken. “Presiden Biden menelepon Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kemarin pagi untuk meyakinkan dia akan dukungan penuh kami.”

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengumumkan blokade total terhadap Gaza, termasuk larangan memasok makanan dan air. Sejumlah negara Uni Eropa pun menangguhkan sejumlah bantuan ke Palestina. Misalnya, Austria menunda bantuan senilai 19 juta euro atau sekitar Rp 314 miliar ke Palestina. Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Austria Alexander Schallenberg pada Senin.

Evin Incir, anggota parlemen Eropa, mengkritik keputusan Israel itu. Politikus tersebut bisa memahami kemarahan Israel atas serangan kelompok Hamas. Namun, yang harus diingat, tidak semua penduduk Palistina mendukung Hamas. “Hamas tidak mewakili seluruh penduduk Palestina,” kata Evin kepada Al Jazeera. (REUTERS/AL JAZEERA)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.