Berita Utama

PDIP Digoyang Eksodus Kader Muda

JAKARTA — Satu per satu kader muda yang selama ini dianggap vokal di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) hengkang. Pertama adalah Eva Sundari yang hijrah ke Partai Nasdem, kemudian Effendi Simbolon, Budiman Sudjatmiko, dan terbaru adalah Maruarar Sirait yang memutuskan mengikuti arah langkah politik Presiden Joko Widodo.

Guru besar ilmu politik dari Universitas Andalas, Asrinaldi, mengatakan, eksodus kader muda dari PDIP akan merugikan partai tersebut, apalagi bila pascapemilu nanti PDIP kembali berada di barisan oposisi. PDIP diprediksi akan memainkan peranan oposisi bila kubu Prabowo-Gibran memenangkan pilpres. PDIP selama ini dikenal tidak mudah tergiur bila diiming-imingi jabatan oleh kubu rival.

“Bila skenarionya yang menang adalah Prabowo-Gibran, besar kemungkinan PDIP akan kembali jadi oposisi dan saat itu mereka membutuhkan kader-kader muda yang vokal dan energik,” kata Asrinaldi, Selasa (16/1/2024).

Asrinaldi menyebutkan, ketika PDIP 10 tahun menjadi oposisi terhadap pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pada periode 2004-2014, para kader muda yang hengkang itu menjadi wajah PDIP dengan sikap kritisnya terhadap banyak kebijakan pemerintah. Karena itu, Asrinaldi mengingatkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri agar melakukan konsolidasi guna menyatukan seluruh kader.

Megawati, lanjut dia, tentu tidak akan selamanya memimpin partai sebagai ketua umum. Sehingga Mega bisa saja nanti meletakkan jabatannya sebagai ketum dalam keadaan kader tercerai berai. “Ini warning untuk Bu Mega karena kepemimpinan beliau tidak akan selama-lamanya di PDIP. Dia harus meninggalkan legasi yang mempersatukan seluruh kader PDIP yang saling bersaing ini,” ucap Asrinaldi.

Diketahui, pada masa kampanye yang masih berjalan, Maruarar Sirait berpamitan mundur dari PDIP. Keputusannya itu mendapatkan sorotan karena Ara adalah salah satu kader menonjol di partai berlambang banteng tersebut. Ara menjadi anggota DPR RI dari Fraksi PDIP sejak 2004 sampai 2019. Selain itu, putra salah satu pendiri PDIP, Sabam Sirait, itu juga menjadi pengurus DPP PDIP selama dua periode.

Namun, sejak tahun 2015, Ara memang sudah tidak lagi diberi peran di PDIP. Pada Pemilu 2019 lalu, Ara juga kalah dalam pertarungan pemilu legislatif di Dapil Jawa Barat III.

Keputusan Ara mundur dari PDIP adalah karena ingin mengikuti langkah politik Presiden Joko Widodo. Namun, Ara belum menyebutkan secara gamblang mengenai ia akan mendukung pasangan Prabowo-Gibran atau tidak.

Menurut Asrinaldi, keputusan Ara itu mengindikasi ada faksi atau kelompok-kelompok kecil di internal PDIP yang selama ini kontra dengan kebijakan yang diambil Megawati. Asrinaldi menyebut kader yang kontra dengan Megawati ini menjadikan Pemilu 2024 sebagai momentum untuk keluar dari PDIP karena alasan perbedaan pilihan politik.

“Setiap parpol tentu ada faksi-faksi. Ada kelompok-kelompok kecil yang dekat dengan lingkaran kekuasaan dan ada di luar kekuasaan. Lalu, dinamika yang terjadi di PDIP, saya pikir keluarnya Maruarar ini menunjukkan bahwa sebenarnya di internal PDIP juga ada faksi yang tidak solid dengan faksi yang lebih besar,” kata Asrinaldi.

Bila tidak dalam momentum pemilu, Asrinaldi yakin para kader yang selama ini tidak sepaham dengan Megawati tidak akan menentukan sikap mundur atau keluar dari partai. Kini, alasan para kader PDIP, seperti Maruarar, Budiman Sudjatmiko, dan Effendi Simbolon, pindah partai dinilai demi menyelamatkan kepentingan pribadi. “Ini pilihan pragmatis, bukan ideologis, yang memang ikut Jokowi,” ucap Asrinaldi.

Maruarar Sirait telah mendatangi kantor DPP PDIP untuk menyampaikan keputusannya pamit dari partai berlambang kepala banteng itu. Di sana, ia bertemu dengan Ketua Fraksi PDIP DPR Utut Adianto dan Rudianto Tjen. Tak lupa ia berterima kasih kepada Megawati.

“Saya mohon maaf, saya mengajarkan kalian untuk loyal tetap bersama PDI Perjuangan, tetapi izinkanlah dengan keterbatasan, saya pamit,” ujar Ara di kantor DPP PDIP, Jakarta, Senin (15/1/2024) malam.

Selanjutnya, ia mengaku akan mengikuti langkah Presiden Jokowi. Menurut dia, Jokowi adalah sosok pemimpin yang sangat dipercaya oleh rakyat Indonesia. “Jadi, saya memilih bersama dengan Bapak Jokowi dalam pilihan politik saya berikutnya ke depan. Mohon doa restunya. Semoga PDI Perjuangan mendapatkan kader yang lebih baik, lebih loyal, lebih profesional, dan lebih berkualitas dari saya. Mohon pamit, merdeka,” ujar dia.

Calon Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, didampingi politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Maruarar Sirait, di Jalan Borobudur, Jakarta Pusat, 2012. TEMPO/Dasril Roszandi

Anggota Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko, berharap Maruarar Sirait bergabung dengan TKN Prabowo-Gibran setelah memutuskan keluar dari PDIP. Dia yakin keputusan tersebut tidaklah mudah bagi Ara.

“Menurut saya, keluar dari PDI Perjuangan bukan berarti kehilangan nilai-nilai Pancasila. Seperti yang saya rasakan. Saya berharap beliau bisa bergabung bersama kami,” katanya.

Budiman yang dipecat dari PDIP pada bulan Agustus 2023 juga mengatakan, keluar dari PDIP hanya masalah keanggotaan saja dan tidak menghilangkan nilai-nilai yang selama ini selalu diperjuangkan bersama. “Meskipun beliau sudah keluar, saya kira hatinya pasti Soekarnois,” kata Budiman.

Mengikuti langkah Maruarar, sedikitnya 150 kader Taruna Merah Putih (TMP) Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, menyatakan pengunduran diri sebagai anggota organisasi sayap PDIP tersebut, Selasa (16/1/2024). Mereka mengikuti jejak mantan ketua umum DPP TMP Maruarar Sirait yang juga mundur dari PDIP.

Ratusan kader TMP itu pun beramai-ramai mendatangi Sekretariat DPC PDIP Kabupaten Majalengka. Mereka mengembalikan seragam organisasi sayap PDIP tersebut kepada perwakilan pengurus DPC PDIP Kabupaten Majalengka. “Kami datang ke sini, karena ingin pamit dari PDIP,” ujar Bendahara TMP Kabupaten Majalengka Dena M Ramdan.

Dena menyatakan, kedatangan mereka pun bertujuan untuk menyampaikan terima kasih kepada PDIP, termasuk kepada jajaran pengurus DPC PDIP Kabupaten Majalengka, di antaranya ketua dan sekretaris, yaitu Karna Sobahi serta Tarsono D Mardiana. “Terima kasih juga kepada sesepuh senior kader partai PDIP, terutama Bapak Sutrisno. Beliau orang tua saya yang memberikan banyak ilmu dan masukan,” kata Dena.

Dena menyatakan, dia bersama kader-kader binaannya itu mengikuti keputusan Maruarar Sirait yang juga mengundurkan diri dari PDIP. Bagi Dena, sosok Maruarar Sirait merupakan panutan bagi kader-kader TMP. “Kami telah merasakan dan melihat track record beliau, kontribusi Bang Ara untuk Majalengka sangat besar,” kata Dena. (rep/sem)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.