Berita Utama

Produksi Migas dan Belanja Pegawai Meningkat, Ekonomi Papua Barat Tumbuh Impresif ke 21,11 Persen

MANOKWARI — Ekonomi Papua Barat tumbuh 21,11 persen secara tahunan pada triwulan II atau sepanjang April-Juni 2024. Laju pertumbuhan itu impresif dibandingkan capaian tahun-tahun sebelumnya. Industri pengolahan dan pertambangan berkontribusi mendorong pertumbuhan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang triwulan II-2024, nilai produk domestik regional bruto (PDRB) Papua Barat atas dasar harga berlaku adalah Rp 29,406 triliun. Sementara PDRB atas dasar harga konstan senilai Rp 19,378 triliun.

Dengan nilai PDRB tersebut, ekonomi Papua Barat pada triwulan II-2024 tumbuh 21,11 persen secara tahunan atau jika dibandingkan triwulan II-2023. Sementara, jika dibandingkan dengan triwulan I-2024 atau secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi tercatat tumbuh sebesar 18,21 persen.

Dengan tumbuh mencapai 21,11 persen, laju pertumbuhan ekonomi Papua Barat meningkat tajam jika dibandingkan periode yang sama pada beberapa tahun sebelumnya.

Sebagai perbandingan, pada triwulan II-2023, ekonomi Papua Barat tumbuh 2,91 persen. Pada triwulan II-2022, ekonomi Papua Barat tumbuh 6,06 persen. Pada triwulan II-2021, sebagai akibat dari basis pertumbuhan yang rendah selama pandemi, ekonomi Papua Barat mengalami kontraksi sebesar 2,69 persen.

“Pertumbuhan positif ini menunjukan bahwa kinerja ekonomi Papua Barat triwulan II-2024 lebih baik dibandingkan triwulan II-2023,” ujar Kepala BPS Papua Barat, Merry, dalam siaran pers Berita Resmi Statistik yang digelar secara hibrida di Manokwari, Senin (5/8/2024).

Merry menerangkan, pertumbuhan positif tersebut ditopang dua lapangan usaha, yaitu industri pengolahan yang tumbuh 37,96 persen dan  lapangan usaha pertambangan dan penggalian sebesar 35,57 persen.

Industri pengolahan memberikan kontribusi 32,92 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Papua Barat pada triwulan II-2024, sedangkan pertambangan dan penggalian menyumbang 21,23 persen.

“Seluruh lapangan usaha tumbuh positif. Industri pengolahan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 12,30 persen, diikuti pertambangan dan penggalian sebesar 6,79 persen,” kata dia.

Dilihat dari komponen pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Papua Barat terutama ditopang oleh ekspor barang dan jasa yang tumbuh siginikan mencapai 46,12 persen secara tahunan. Sementara komponen konsumsi rumah tangga cenderung tumbuh stabil yakni sebesar 3,27 persen.

“Hampir semua komponen pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga mengalami pertumbuhan, kecuali Kesehatan,” ucapnya.

Dari sisi lapangan usaha, penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Papua Barat di triwulan I-2024 adalah kinerja industri pengolahan (tumbuh 12,30 persen secara tahunan), pertambangan dan penggalian (tumbuh 6,79 persen), administrasi pemerintahan (tumbuh 0,69 persen), perdagangan besar (tumbuh 0,54 persen), konstruksi (tumbuh 0,28 persen), dan pertanian (tumbuh 0,12 persen). Keenam lapangan usaha itu menjadi penyumbang utama terhadap PDRB.

“Industri Pengolahan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 12,30 persen secara tahunan,” kata Merry.

Adapun lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi adalah industri pengolahan yang tumbuh hingga 12,30 persen secara tahunan. Merry mengatakan, pertumbuhan itu didorong oleh kenaikan produksi gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG) Tangguh pada triwulan II-2024 dibanding triwulan II-2023.

Lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi kedua adalah pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan itu didukung oleh kenaikan produksi minyak dan gas bumi di Papua Barat selama triwulan II-2024 dibandingkan triwulan II-2023

”Ada pula lapangan usaha administrasi pemerintahan yang didorong oleh peningkatan nilai belanja pegawai pada triwulan II-2024,” kata Merry.

Pj Gubernur Papua Barat Ali Baham Temongmere dan Kepala BPS Papua Barat Merry saat mengikuti siaran pers Berita Resmi Statistik yang digelar secara hibryd di Manokwari, Senin (5/8/2024). (Dok Humas Kominfo PB)

Sementara itu, Penjabat Gubernur Papua Barat Ali Baham Temongmere mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang impresif itu seharus berdampak positif terhadap inflasi di Papua Barat.

“Sebagai daerah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia, seharusnya kita bisa mengendalikan inflasi. Dengan pertumbuhan positif ini, kita juga mestinya bisa mendorong pendapatan per kapita masyarakat. Tugas kita adalah bagaimana menjadikan pertumbuhan ini berdampak bagi kesejahteraan masyarakat,” ujar Ali Baham Temongmere.

Ia menekankan data pertumbuhan ekonomi ini menjadi dasar untuk merumuskan kebijakan untuk mengendalikan inflasi, termasuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat di Papua Barat.

“Seluruh instansi, pengusaha, pelaku ekonomi tidak boleh merasa puas dengan hasil ini. Data ini perlu diolah dan selanjutnya menetapkan hal-hal yang perlu untuk menjadi gerakan bersama,” kata Ali Baham Temongmere. (sem)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.