Berita Utama

Tak Konsisten Menolak Israel

JAKARTA – Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali, menduga kuat ada kepentingan politik di balik penolakan tim nasional Israel untuk berlaga dalam Piala Dunia U-20 di Indonesia. Sebab, atlet-atlet asal Israel pernah berlaga di Indonesia, tapi tak muncul penolakan signifikan terhadap mereka. “Sepak bola memang seksi jadi mainan politik, apalagi pada tahun pemilu seperti sekarang,” kata Akmal, Rabu (29/3/2023).

Akmal mencatat, sudah lebih dari lima atlet Israel pernah berlaga di Indonesia dalam pertandingan berbagai cabang olahraga. Misalnya, pemain bulu tangkis Israel, Misha Zilberman, tetap dibolehkan bertanding dalam kejuaraan dunia tepok bulu di Istora Senayan, Jakarta, pada 10-16 Agustus 2015.

Selanjutnya, dua atlet panjat tebing Israel, yaitu Yuval Shemla dan Noa Shiran, juga diizinkan bertanding dalam piala dunia panjat tebing di Jakarta pada pertengahan September 2022. Teranyar, pembalap sepeda Israel, Mikhail Yakolev, tampil dalam kejuaraan dunia UCI Track Nations Cup di lintasan Velodrome Jakarta pada Februari 2023. Atlet berusia 22 tahun ini bahkan meraih medali perunggu pada nomor Keirin Putra dalam kejuaraan tersebut. “Atlet menembak, e-sport yang Desember lalu di Bali, juga dihadiri perwakilan dari Israel,” ujar Akmal.

Menurut Akmal, kesempatan paling tepat untuk menolak warga Israel ke Indonesia seharusnya saat penyelenggaraan Inter-Parliamentary Union di Bali, tahun lalu. Saat itu perwakilan Israel menghadiri agenda sidang parlemen dunia tersebut. “Mengapa tidak ada yang teriak menolak saat forum Parliamentary Union yang memang agenda politik?” katanya. “Kalau dibilang kita tidak ada hubungan dengan Israel, tidak juga benar. Nilai bisnis Indonesia dengan Israel mencapai Rp 49 triliun, dan Indonesia masih pengeskspor kopi ke Israel.”

Akmal berpendapat, semestinya semua pihak tidak tebang pilih jika betul-betul tidak mau berhubungan dengan Israel.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang komarudin, menguatkan pernyataan Akmal. Ujang juga menduga ada politisasi dalam penolakan timnas Israel di Piala Dunia U-20. Sebab, hajatan Piala Dunia ini bisa dimanfaatkan untuk menaikkan elektabilitas calon peserta Pemilu 2024. “Apalagi yang ditolak Israel. Ini bisa meningkatkan elektabilitas individu atau partai tertentu di mata pemilih dari kalangan umat Islam,” kata Ujang.

Ia menilai, penolakan timnas Israel yang semakin meluas ini karena penyelenggaraannya berada di tengah rangkaian tahapan Pemilu 2024. Ujang melihat intensitas penolakan terhadap timnas Israel dalam Piala Dunia U-20 ini jauh lebih tinggi dibanding saat kehadiran atlet-atlet Israel pada 2015 dan 2022. “Sekarang memang jelas-jelas dimanfaatkan untuk menarik simpati kalangan umat Islam. Ini strategi instan untuk menaikkan elektoral,” katanya. (TEM)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.