Tanda Tanya Cawapres Ganjar dan Prabowo
JAKARTA – Enam ketua umum partai politik pendukung Prabowo Subianto baru saja bertemu untuk membahas kandidat calon presiden yang akan mendampingi Ketua Umum Partai Gerindra tersebut. Dalam pertemuan itu, masing-masing ketua umum menyodorkan nama kandidat calon wakil presiden.
Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional—anggota Koalisi Indonesia Maju bersama Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Bulan Bintang, Partai Gelora, dan Partai Garuda—Viva Yoga Mauladi, mengatakan pertemuan pertama mereka setelah Partai Kebangkitan Bangsa keluar dari Koalisi Indonesia Maju itu baru saja digelar. Ia menyebutkan tiga dari enam ketua umum partai politik itu mengajukan bakal cawapres, yaitu PAN menyodorkan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir; Golkar mengusulkan Airlangga Hartarto, Ketua Umum Golkar; dan PBB mengajukan Yusril Ihza Mahendra, Ketua Umum PBB. “Nanti Pak Prabowo yang memutuskan,” kata Viva Yoga dilansir Tempo, Selasa (5/9/2023).
Menurut Viva, ketiga nama itu memiliki peluang yang sama sebagai kandidat cawapres. Namun, kata Viva, koalisi mesti memilih calon wakil presiden yang mampu menaikkan elektabilitas Prabowo. Ia menyebutkan pemilihan presiden kali ini sangat berbeda dengan pemilu terdahulu karena elektabilitas ketiga bakal calon presiden berselisih tipis. Ketiga bakal calon presiden itu adalah Prabowo, Anies Rasyid Baswedan, dan Ganjar Pranowo.
“Cawapres harus memberikan nilai elektoral dan memberikan kontribusi terhadap elektabilitas calon presiden,” ujar Viva.
Ia optimistis Erick Thohir akan mampu mendongkrak elektabilitas Prabowo jika dipilih sebagai cawapres. Faktor kinerja Erick sebagai Menteri BUMN dan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) ikut menjadi penentu.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, Nurdin Halid, mengatakan partainya juga tetap memperjuangkan Airlangga sebagai calon wakil presiden. “Tidak ada nama lain yang diperjuangkan Golkar selain Airlangga,” kata Nurdin.
Adapun Sekretaris Jenderal PBB, Afriansyah Noor, mengatakan partainya sudah menyampaikan nama Yusril secara langsung kepada Prabowo. Namun PBB belum melobi PAN dan Golkar untuk memuluskan Yusril sebagai calon wakil presiden.
Ia berpendapat bahwa Yusril memenuhi syarat sebagai cawapres Prabowo. Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia itu dianggap berpengalaman di pemerintahan dan berasal dari kelompok Islam moderat. “Pak Yusril memiliki kekuatan di luar Pulau Jawa, khususnya Sumatera,” kata Afriansyah.
Juru bicara Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan Prabowo akan mendengar semua masukan ketua umum partai di Koalisi Indonesia Maju dalam memilih calon wakil presiden. “Prabowo ingin yang terbaik dari yang terbaik,” kata Dahnil.
Di samping tiga nama yang diusulkan anggota Koalisi Indonesia Maju tersebut, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, 35 tahun, juga disebut-sebut menjadi salah satu figur yang masuk bursa calon wakil presiden pendamping Prabowo. Namun peluang putra sulung Presiden Joko Widodo ini sangat bergantung pada hasil uji materi Pasal 169 huruf q Undang-Undang Pemilu. Pasal ini mengatur usia calon presiden dan wakil presiden paling rendah 40 tahun. Para pemohon uji materi menghendaki batas usia minimal calon presiden dan wakil presiden ini diturunkan menjadi 35 tahun. Sidang uji materi ini masih berlangsung di Mahkamah Konstitusi.
Dahnil Anzar Simanjuntak mengakui nama Gibran memang masuk dalam radar bakal cawapres Prabowo. “Namun kembali lagi Prabowo akan pilih yang terbaik,” ujar Dahnil.
Peluang Cawapres Ganjar
Kondisi di Koalisi Indonesia Maju hampir serupa di poros koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Persatuan Pembangunan. Poros koalisi ini juga belum memutuskan calon wakil presiden yang akan mendampingi Ganjar Pranowo—Gubernur Jawa Tengah yang baru saja berakhir masa jabatannya pada Selasa kemarin.
Ketua DPP PDIP, Ahmad Basarah, mengatakan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan para ketua umum partai pendukung Ganjar tak ingin buru-buru menentukan calon wakil presiden. Ahmad Basarah mengklaim partainya tak terpengaruh oleh Koalisi Perubahan—gabungan Partai NasDem, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Kebangkitan Bangsa—yang sudah mendeklarasikan Anies Rasyid Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai calon presiden dan wakil presiden.
“Masih menunggu lebih dulu dinamika politik yang berkembang, terutama dinamika politik di antara partai-partai politik dan capres yang ada,” kata Ahmad Basarah di Rumah Aspirasi Relawan Ganjar Pranowo, Jakarta Pusat, Selasa kemarin.
Sebelumnya, Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, menyebutkan lima kandidat cawapres yang akan mendampingi Ganjar. Kelimanya adalah Ketua Badan Bappilu PPP, Sandiaga Salahuddin Uno; Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono; Erick Thohir; Muhaimin Iskandar; dan mantan Panglima TNI, Andika Perkasa.
Belakangan, muncul nama Gibran dan Ridwan Kamil—Gubernur Jawa Barat yang baru saja berakhir masa jabatannya pada Selasa kemarin—masuk dalam bursa calon wakil presiden dari Ganjar. Bahkan Puan secara terang-terangan menyebutkan bahwa partainya kemungkinan besar akan memilih Gibran sebagai cawapres jika Mahkamah Konstitusi mengabulkan uji materi Pasal 169 huruf q UU Pemilu.
“Kalau memang kemudian di MK-nya disetujui cawapres di bawah 40 tahun, ya, bisa saja Mas Gibran yang maju,” kata Puan, Kamis, 17 Agustus lalu.
Ahmad Basarah yang dimintai konfirmasi mengakui bahwa semua nama tersebut tetap berpeluang menjadi calon wakil presiden dari Ganjar. Menurut dia, Megawati mempertimbangkan semua tokoh dari berbagai kalangan dalam memilih bakal cawapres. Salah satu figur itu adalah Ridwan Kamil. Wakil Ketua Umum Golkar ini dianggap sukses memimpin Jawa Barat.
Ketua DPP PPP, Achmad Baidowi, mengatakan poros koalisinya akan menghitung kekuatan dan kelemahan sejumlah nama kandidat cawapres tersebut. Namun ia mengatakan PPP tetap mengusulkan Sandiaga sebagai calon wakil presiden.
Juru bicara PPP, Usman Tokan, yakin Sandiaga berpeluang besar menjadi pendamping Ganjar. Pertimbangannya, dari lima nama kandidat cawapres yang pernah disebut Puan Maharani, hanya tersisa Sandiaga dan Agus Harimurti Yudhoyono. Nama Muhaimin Iskandar tersingkir karena sudah menjadi cawapres dari Anies Baswedan; Erick sudah diusung PAN untuk menjadi cawapres Prabowo di Koalisi Indonesia Maju; dan Andika ditugaskan menjadi Wakil Ketua Tim Pemenangan Ganjar.
Di samping itu, kata Usman, pertimbangan lain adalah elektabilitas Sandiaga. “Elektabilitas Sandi lebih tinggi,” kata Usman.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu juga dianggap mampu menambah suara Ganjar di luar Pulau Jawa. Selain itu, Usman mengklaim Sandiaga merepresentasikan kelompok Islam yang bisa melengkapi Ganjar yang nasionalis, serta seorang ekonom. “Itu kombinasi yang pas untuk Ganjar,” ujarnya.
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, menduga PDIP akan memilih calon wakil presiden di luar nama yang sudah disebutkan Puan Maharani tersebut. Ujang memprediksi PDIP memilih kandidat cawapres dari kalangan Nahdlatul Ulama.
Salah satu nama yang disebut Ujang adalah Zannuba Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid, putri kedua Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Di samping itu, Ujang menyebutkan bahwa Ridwan Kamil juga berpeluang mendampingi Ganjar karena mempunyai basis pendukung di Jawa Barat. Apalagi jumlah pemilih di Jawa Barat merupakan yang terbanyak di Indonesia. “Peluang Ridwan juga besar, tapi semua tergantung Megawati,” kata Ujang.
Di poros Koalisi Indonesia Maju, Ujang memprediksi Prabowo memilih Erick Thohir sebagai cawapres. Sebab, elektabilitas Erick cukup tinggi dan mempunyai modal logistik yang besar. Di samping Erick, kata Ujang, Prabowo pasti akan memilih Gibran jika Mahkamah Konstitusi mengabulkan uji materi Pasal 169 huruf q UU Pemilu. “Gibran akan dilirik oleh Prabowo maupun PDIP karena faktor Jokowi,” kata Ujang. (TEM)