Berita Utama

2017, IPM Papua Barat Capai Level 62,99

MANOKWARI, PB News –  Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup penduduk seperti, pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar yakni, umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, serta standar layak hidup.

Angkat IPM juga digunakan untuk mengetahui perkembangan pembangunan dalam jangka panjang.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Barat mencatat indeks pembangunan manusia (IPM) periode 2017 di daerah setempat mencapai level 62,99. Angka ini mengalami peningkatan 0,78 poin, apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berada pada level 62,21.

“IPM Papua Barat tahun 2017 mencatat pertumbuhan positif sebesar 1,25 persen dibandingkan tahun lalu (2016,red)” ujar Kepala Bidang (Kabid) Neraca Wilayah dan Analisa Statistik (Nerwilis) BPS Papua Barat Drs Jerison Sumual, belum lama ini.

Dia menerangkan, status pembangunan manusia di Provinsi Papua Barat tahun 2017 masih berstatus sedang yang tidak berubah signifikan sejak tahun 2012. Akan tetapi, secara umum IPM Papua Barat terus mengalami perubahan sejak tahun 2011 yang hanya mencapai level 59,90 menjadi 62,99 pada 2017. Selama periode tersebut, IPM Papua Barat terus bertumbuh 5,16 persen. Jika dilihat dari tahun 2016 ke 2017, IPM tumbuh 1,25 Persen.

“Pertumbuhan ini tercatat sebagai pertumbuhan tertinggi yang pernah dialami Papua Barat dan menjadikannya berada di peringkat 2 pertumbuhan tercepat se-Indonesia,” terang dia.

Dari sisi pencapaian pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota di Papua Barat, lanjut dia, cukup bervariasi pada 2017. IPM di 13 kabupaten/kota berkisar antara 55,01 (Kabupaten Tambrauw) hingga 76,73 (Kota Sorong). Sedangkan dari dimensi umur panjang dan hidup sehat, serta umur harapan hidup berkisar antara 58,26 tahun (Kabupaten Teluk Wondama) hingga 69,367 tahun (Kota Sorong). Untuk dimensi pengetahuan, harapan lama sekolah berkisar antara 4,81 tahun (Kabupaten Tambrauw) hingga 10,92 tahun (Kota Sorong).

“Sedangkan pengeluaran perkapita disesuaikan di tingkat kabupaten/kota yang berkisar Rp4,62 juta di Kabupaten Tambrauw dan Rp13,14 juta per tahun di  Kota Sorong,” terang dia.

Jerison juga memaparkan, status pembangunan manusia di kabupaten/kota masih didominasi oleh pembangunan IPM berstatus sedang dengan enam kabupaten yakni Kabupaten Fakfak, Sorong, Kaimana, Teluk Bintuni, Raja Ampat dan Kabupaten Sorong Selatan. Dilihat dari peringkat, ada perubahan yang terjadi pada Kabupaten Teluk Bintuni dan Raja Ampat . Raja Ampat mengalami penurunan satu peringat dari posisi 6 pada 2016, dan Kabupaten Teluk Bintuni mengalami kenaikan dari posisi 7 pada 2016 menjadi posisi 6.

“Sementara yang berstatus rendah itu sebanyak lima kabupaten/kota antara lain, Teluk Wondama, Manokwari Selatan, Pegunungan Arfak dan Tambrauw,” ujar dia.

Sedangkan dua kota yang mengalami IPM tertinggi di Provinsi Papua Barat adalah Kabupaten Manokwari dan Kota Sorong.(PB15)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.