Belanja Masyarakat Tinggi, Ekonomi RI Tumbuh 5,17 Persen
JAKARTA – Perekonomian Indonesia tumbuh 5,17 persen secara tahunan pada triwulan II-2023. Angka itu melampaui prediksi sejumlah pihak. Pertumbuhan itu ditopang oleh konsumsi masyarakat yang menguat saat momentum Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha meskipun kinerja ekspor mulai terkontraksi seiring dengan tren penurunan harga komoditas global dan melemahnya permintaan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada triwulan II-2023, produk domestik bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp 5.226,7 triliun dan atas dasar harga konstan sebesar Rp 3.075,7 triliun. Capaian itu membuat ekonomi Indonesia tumbuh 5,17 persen secara tahunan dan 3,86 persen secara triwulanan.
Perekonomian RI tumbuh menguat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2023 sebesar 5,04 persen kendati melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2022 sebesar 7,08 persen. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi secara tahunan berada di level 5 persen selama tujuh triwulan berturut-turut sejak triwulan IV-2021.
”Di tengah perekonomian global yang melambat dan tren menurunnya komoditas ekspor unggulan, perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh solid konsisten di atas 5 persen, menandakan ketahanan dan prospek ekonomi Indonesia yang tetap baik,” kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (7/8/2023).
Berdasarkan komponen pengeluaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2023 masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,23 persen dan menyumbang 2,77 persen terhadap pertumbuhan ekonomi, disusul pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebagai indikator investasi yang tumbuh 4,63 persen dan menyumbangkan 1,39 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh konsumsi pemerintah yang tumbuh 10,62 persen dan berkontribusi sebanyak 0,73 persen, serta kinerja ekspor yang terkontraksi 2,75 persen dan berkontribusi minus 0,04 persen.
Edy menjelaskan, sepanjang triwulan II-2023, kinerja ekonomi Indonesia terutama didukung oleh peningkatan mobilitas masyarakat dan momen hari raya, seperti bulan Ramadhan, perayaan Idul Fitri, dan Idul Adha, serta momentum libur sekolah. Faktor musiman itu mendorong peningkatan konsumsi masyarakat dan aktivitas produksi selama periode April-Juni 2023.
Kelompok konsumsi rumah tangga yang tumbuh cukup tinggi adalah sektor transportasi dan komunikasi, pakaian, alas kaki dan jasa perawatannya, serta restoran dan hotel. Konsumsi rumah tangga itu menguat secara triwulanan jika dibandingkan triwulan I-2023 sebesar 4,54 persen, tetapi melambat secara tahunan dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II-2022 sebesar 5,51 persen.
”Ada juga pemberian tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 pada periode itu sehingga semakin menambah pendapatan dan daya beli masyarakat,” kata Edy.
Ekspor terkontraksi
Ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di kisaran 5 persen kendati kinerja ekspor turun signifikan. BPS mencatat, pertumbuhan ekspor pada triwulan II-2023 mulai terkontraksi. Ini merupakan pertama kalinya ekspor tumbuh negatif setelah sebelumnya terus tumbuh positif sepanjang tahun 2021-2022 seiring dengan momentum lonjakan harga komoditas global.
Edy menjelaskan, perlambatan ekspor itu terutama dipengaruhi oleh ekspor produk pertambangan yang tumbuh minus 0,17 persen, tetapi berkontribusi hingga 76,58 persen terhadap kontraksi pertumbuhan ekspor. Ekspor barang nonmigas lain yang mengalami kontraksi adalah lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi baja dan nikel.
”Kontraksi ini untuk ekspor barang karena ekspor jasa sebenarnya masih tumbuh positif seiring dengan peningkatan jumlah wisman dan devisa yang masuk dari luar negeri,” katanya.
Sementara itu, berdasarkan lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi RI pada triwulan II-2023 ditopang oleh pertumbuhan positif di lima sektor utama pendorong ekonomi, yakni industri pengolahan yang tumbuh 4,99 persen, industri pertanian yang tumbuh 2,02 persen, perdagangan yang tumbuh 5,25 persen, pertambangan yang tumbuh 5,01 persen, dan konstruksi yang tumbuh 5,23 persen.
”Seluruh lapangan usaha tumbuh positif pada triwulan II. Lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi adalah transportasi dan pergudangan, jasa lainnya, dan akomodasi makanan dan minuman (mamin),” kata Edy Mahmud.
Menurut Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, capaian pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2023 itu berada di atas prediksi ekonom, yang rata-rata memperkirakan sebesar 5 persen. Meski demikian, ia menilai momentum itu belum tentu bertahan lama.
Pada semester II-2023 tidak akan ada momentum faktor musiman lagi, seperti hari raya keagamaan, yang bisa mendongkrak belanja masyarakat. Di sisi lain, kinerja ekspor juga diperkirakan akan terus menurun seiring dengan melambatnya perekonomian sejumlah negara mitra dagang utama RI.
”Jadi, ini perlu diwaspadai. Prediksi kami, semester II-2023 ini pertumbuhan ekonomi kemungkinan hanya akan berkisar 4,8-4,9 persen,” kata Josua. (KOM)