EKONOMI

Beras, Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar Juli 2024 di Papua Barat

MANOKWARI — Pada Juli 2024, Papua Barat mengalami inflasi sebesar 2,83 persen secara tahunan. Pada periode tersebut beras menjadi komoditas penyumbang inflasi tahunan terbesar dengan andil 0,66 persen.

Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga beras di Papua Barat memang masih tinggi. Pada Juli 2024, rata-rata harga beras premium di Papua Barat mencapai Rp18.480 per kilogram (kg), melonjak 19,30 persen (yoy). Kemudian rata-rata harga beras medium melambung 16,28 persen (yoy) menjadi Rp15.710 per kg.

Badan Pusat Statistik (BPS), Kamis (1/8/2024), merilis, pada Juli 2024, Papua Barat mengalami inflasi 0,13 persen secara bulanan dan inflasi 2,83 persen secara tahunan.

Kepala BPS Papua Barat Merry mengatakan, inflasi pada Juli 2024 itu terutama disebabkan naiknya harga sejumlah komoditas pangan yang harganya mudah bergejolak. Komoditas-komoditas itu adalah beras, ikan cakalang, ikan tuna, tarif angkutan udara, dan sigaret kretek.

Sedangkan komoditas yang menyumbang deflasi pada Juli 2024 akibat penurunan indeks harga meliputi tomat, ikan kakap merah, ikan ekor kuning, cumi-cumi, dan sayur kangkung.

“Komoditas beras memberikan andil inflasi terbesar, dan komoditas tomat menjadi penyumbang deflasi terbesar,” kata Merry.

Selain beras, lanjut Merry, kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau juga mengalami inflasi sebesar 5,23 persen pada Juli 2024. Andilnya terhadap inflasi umum pada bulan tersebut sebesar 1,82 persen.

Selanjutnya kelompok transportasi mengalami inflasi 2,99 persen dan kelompok perawatan jasa pribadi yang mengalami inflasi 3,25 persen.

“Kelompok transportasi memberikan andil inflasi 0,38 persen, dan perawatan jasa pribadi 0,18 persen,” ucap Merry.

Sementara itu, kata Merry, kondisi inflasi bulanan di Papua Barat dipengaruhi oleh indeks harga dari kelompok perumahan dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,39 persen, kelompok transportasi 0.66 persen, dan kelompok penyedia jasa restoran 0,47 persen.

Komoditas yang menjadi penyumbang utama inflasi bulanan di Papua Barat pada Juli 2024 yaitu ikan cakalang 0,44 persen, cabai rawit 0,14 persen, sigaret kretek dan tarif angkutan udara masing-masing 0,08 persen, dan bahan bakar energi 0,06 persen.

“Kalau dibanding bulan sebelumnya justru terbalik karena terjadi deflasi 0,27 persen secara bulanan, dan dibanding Juli 2023 maka inflasi Juli 2024 lebih rendah,” kata Merry.

Pada 29 Juli 2024, Deputi III Bidang Perekonomian Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono meminta pemerintah pusat dan daerah menjaga stabilitas dan kesimbangan harga pangan. Jika harga pangan di bawah harga acuan yang ditetapkan pemerintah, seperti daging ayam ras, pemerintah pusat dan daerah perlu mendorong agar naik sesuai harga acuan sehingga tidak merugikan produsen.

Sebaliknya, jika harganya di atas harga acuan, seperti cabai rawit dan beras, pemerintah pusat dan daerah perlu menstabilkan harganya minimal mendekati harga acuan. Khusus beras medium, misalnya, harganya di sejumlah daerah di Indonesia sudah jauh di atas harga eceran tertinggi (HET).

Pemerintah pusat dan daerah bersama Perum Bulog harus segera menggelontorkan beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) dengan menitikberatkan daerah-daerah yang harga berasnya tinggi. Jangan sampai distribusi beras SPHP itu hanya menyasar wilayah DKI Jakarta dan Banten yang harga berasnya tidak terlalu tinggi.

“Dari data yang kami olah, 26 persen beras SPHP justru disalurkan ke wilayah DKI Jakarta dan Banten. Padahal, ada daerah-daerah lain, seperti di Papua dan Kalimantan yang harga berasnya jauh di atas HET dan harga beras di DKI Jakarta dan Banten,” katanya. (sem)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.