EKONOMI

Harga Cabai Kian Pedas

JAKARTA – Harga sejumlah komoditas pangan terpantau terus mengalami kenaikan menjelang Ramadhan. Salah satu bahan pokok yang harganya terus meningkat adalah cabai.

Panel harga Badan Pangan Nasional (NFA) mencatat, rata-rata harga cabai rawit merah per Kamis (9/3/2023) sudah mencapai Rp 64.740 per kg. Harga cabai rawit merah konsisten mengalami kenaikan sejak awal Maret. Pada 2 Maret, harga cabai rawit merah tercatat di kisaran Rp 59.600 per kg.

Cabai merah keriting juga terus naik signifikan sejak awal Maret dan kini dihargai Rp 43.040 per kg. Badan Pangan mencatat, kenaikan harga cabai terjadi sejak dari level produsen. Cabai rawit merah, misalnya, saat ini dihargai dari petani rata-rata sebesar Rp 49.210 per kg, sedangkan cabai merah keriting sekitar Rp 27.340 per kg.

Berdasarkan tren kenaikan harga cabai yang kerap terjadi, kenaikan harga pada komoditas hortikultura ini bisa tembus hingga Rp 100 ribu per kg. Kenaikan harga cabai biasa disebabkan oleh belum masuknya musim panen sekaligus faktor cuaca buruk yang membuat hasil panen kurang optimal. Alhasil, melonjaknya harga cabai turut mengerek kenaikan laju inflasi yang dicatat Badan Pusat Statistik.

Selama Februari 2023, angka inflasi bulanan mencapai 0,16 persen month to month (mtm), sedangkan inflasi tahunan sebesar Rp 5,47 persen. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 7,23 persen atau dengan andil hingga 5,47 persen.

Kementerian Perdagangan mencatat terdapat empat komoditas pangan yang rentan mengalami lonjakan harga jelang Ramadhan. Empat komoditas itu adalah beras, minyak goreng, cabai, dan bawang.

“Kita pantau terus, yang kita pantau itu sebulan terakhir harga beras, minyak goreng, cabai, dan bawang,” kata Plt Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kasan.

Sementara itu, Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) bakal kembali membuat ribuan titik pasar murah untuk meredam gejolak inflasi yang kerap dipicu oleh kenaikan harga pangan.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo sebelumnya menyampaikan, sedikitnya akan ada 4.683 titik pasar murah di seluruh Indonesia yang akan digelar pada Maret ini. Selain pasar murah, pemerintah akan menyiapkan 2,63 juta bibit untuk program pangan mandiri hingga kerja sama antardaerah untuk pendistribusian pangan. “Tahun ini tidak ada setiap bulan tanpa gerakan nasional pengendalian inflasi pangan,” kata Perry.

Fase kenaikan harga

Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) kembali mengingatkan tahapan kenaikan permintaan dan harga bahan pokok menjelang bulan suci Ramadhan. Pemerintah pun diminta untuk menyiapkan antisipasi untuk meredam seluruh potensi gejolak harga pangan yang bisa terjadi.

Ketua Umum Ikappi Abdullah Mansuri mengatakan, fase kenaikan pertama biasanya terjadi pada rentang tiga hari hingga sepekan menjelang Ramadhan. Kenaikan ini terjadi karena tingginya permintaan dari masyarakat. Adapun tingginya permintaan itu merupakan faktor budaya masyarakat secara turun-temurun untuk menyambut awal Ramadhan dengan menyajikan makanan-makanan istimewa.

“Maka kami berharap dalam fase pertama ini, pemerintah dapat menjaga pasok bahan-bahan yang ada di pasar dapat tersedia dan distribusi dijaga dengan baik serta produksi dapat di perbaiki,” kata Mansuri, Kamis (9/3).

Berikutnya pada fase kedua, terjadi pada rentang tujuh hingga tiga hari menjelang Idul Fitri. Dalam waktu transisi fase pertama dan kedua, terjadi penurunan permintaan pada waktu pertengahan Ramadhan, lalu melonjak tinggi pada pengujung Ramadhan. Hal itu biasanya disebabkan oleh pedagang dan masyarakat mempersiapkan beragam macam hidangan pada puncak hari raya sehingga permintaan terhadap pangan akan melonjak tinggi.

Ikappi pun berharap pada fase tersebut, semua pihak bisa ikut menjaga pasokan agar tetap aman dan distribusi lancar. “Fase kedua ini banyak terjadi kendala di distribusi karena beberapa komoditas harus terganggu dengan adanya arus mudik Lebaran,” kata dia.

Adapun, pada fase ketiga kenaikan harga terjadi setelah Idul Fitri. Tepatnya sekitar dua atau tiga hari setelah Lebaran yang mana stok komoditas pangan di pasar minim. Itu disebabkan banyaknya pedagang yang masih mudik dan tidak memiliki stok.

“Fase ini juga rawan, kami berharap pemerintah juga mengantisipasi fase ini agar masyarakat bisa tersenyum dan lancar menjalankan Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2023,” kata dia. (REP)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.