EKONOMI

Indonesia Diyakini tak Terkena Resesi

JAKARTA – Ancaman resesi membayangi perekonomian global pada tahun ini. Kendati demikian, Indonesia dinilai cukup kebal dan tidak akan terkena resesi yang dapat mengancam laju pemulihan perekonomian nasional.

Sejumlah ekonom hingga bankir menyebut peluang Indonesia terkena resesi cukup kecil. Menurut pengamat ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ayif Fathurrahman, ekonomi Indonesia memiliki daya tahan yang cukup baik terhadap kondisi perekonomian global.

Salah satu faktornya adalah keterlibatan Indonesia terhadap aktivitas ekonomi internasional yang disebut masih tergolong rendah. “Sehingga, Indonesia menjadi tidak rapuh terhadap ketidakpastian ekonomi global,” kata Ayif dalam diskusi ilmiah yang digelar Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi UMY, Rabu (18/1/2023).

Menurut Ayif, ketahanan ekonomi Indonesia bisa dilihat dari sejumlah sektor yang masih stabil pertumbuhannya, seperti sektor ekspor-impor. Pada tahun lalu, Indonesia kembali mencetak surplus perdagangan.

Harga beberapa komoditas, seperti sawit dan logam yang masih tinggi, memberikan keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Ayif menyebut, pendapatan Indonesia melalui ekspor batu bara pada 2022 mencapai Rp 400 triliun.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi ekspor barang dan jasa terhadap PDB pada kuartal III 2022 sebesar 26,23 persen. Konsumsi rumah tangga masih menjadi kontributor terbesar dengan peranan mencapai 50,38 persen.

Ayif menyebut, fondasi ekonomi nasional lebih dipengaruhi keberadaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Menurut dia, kontribusi UMKM terhadap perekonomian sekitar 67 persen. “Maka, jika Indonesia ingin mempertahankan fundamental ekonomi nasional, harus menguatkan eksistensi UMKM,” ujar Ayif.

Ayif tak menampik masih ada faktor yang membuat Indonesia rentan terkena resesi. Salah satunya jika masyarakat kaya lebih mengutamakan investasi di luar negeri dibanding dalam negeri. Hal itu bisa menyebabkan Indonesia kekurangan modal.

Oleh karena itu, ia berpesan agar Pemerintah Indonesia lebih berhati-hati dalam mengambil kebijakan. Namun, Ayif mengaku tetap optimistis, selama dapat mempertahankan basis fundamental ekonomi, Indonesia akan dapat bertahan dari ancaman resesi. “Justru, Indonesia dapat menjadikan ini sebagai peluang bukan ancaman,” kata Ayif.

Meskipun begitu, Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia, Hery Gunardi menilai kemungkinan resesi di negara maju akan lebih besar dibandingkan negara berkembang. “Kita bersyukur, negara kita probabilitasnya (terkena resesi) sangat kecil sekitar lima persen, diikuti Saudi Arabia, Thailand, dan Cina,” kata Hery dalam Webinar OJK Institute Tren perbankan Tahun 2023, Selasa (17/1/2023).

Hery yakin negara Asia memiliki kemungkinan resesi yang cukup kecil, khususnya jika dibandingkan negara di Eropa atau belahan negara lain, seperti Kanada, Australia, Turki, dan Meksiko.

Keyakinan serupa disampaikan Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia, Sunarso. Menurut Sunarso, negara-negara lain memang memiliki peluang tinggi mengalami resesi. Hanya saja, Sunarso yakin Indonesia memiliki peluang yang cukup kecil. “Alhamdulillah, Indonesia kalau tidak salah peluangnya hanya tiga persen,” ujar Sunarso.

Sunarso mengakui, situasi ekonomi global masih diwarnai ketidakpastian yang mendorong peluang resesi ekonomi di berbagai negara. Sunarso mengatakan, banyak negara memiliki peluang resesi pada 2023 di atas 20 persen, tapi tidak untuk Indonesia.

“Kami bangga Indonesia mampu mengelola ekonominya dengan baik sehingga kita memiliki ekonomi yang solid dan peluang terjadinya resesi hanya tiga persen,” ujar Sunarso. (REP)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.