Industri Pengolahan jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi Papua Barat
MANOKWARI – Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut sektor industri pengolahan menjadi kunci peningkatan pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan II 2023. Pasalnya industri pengolahan memiliki kontribusi sebesar 28,91 persen terhadap perekonomian Papua Barat.
“Pertumbuhan ekonomi year-on-year sebesar 2,90 persen terutama didorong oleh industri pengolahan atau manufaktur yang tumbuh positif pada triwulan II 2023,” kata Pelaksana Tugas Kepala BPS Papua Barat Lasmini dalam konferensi pers rilis BPS Papua Barat yang dipantau secara virtual di Manokwari, Senin (7/8/2023).
BPS mencatat industri pengolahan pada pertumbuhan ekonomi Papua Barat periode April 2023 hingga Juni 2023 mencapai 12,01 persen secara tahunan dengan sumbangan pada PDRB triwulan II 2023 sebesar 28,91 persen.
Selain pertumbuhan industri pengolahan, komponen lain yang menyumbang pertumbuhan ekonomi Papua Barat adalah Jasa keuangan dan asusransi yang tumbuh 9,89 persen secara tahunan dengan sumbangan pada PDRB triwulan II 2023 sebesar 1,90 persen..
Akomodasi dan makan minum pada triwulan II 2023 juga memberi kontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi Papua Barat. “Akomodasi dan makan minum tumbuh 8.93 persen secara tahunan dengan sumbangan pada PDRB sebesar 0,76 persen,” ujar Lasmini.
Tak hanya itu, pertumbuhan ekonomi Papua Barat juga digerakan oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian, administrasi pemerintahan, perdagangan, jasa pendidikan, informasi dan komunikasi, real estate, jasa kesehatan, jasa perusahaan, pengadaan listrik dan gas, serta jasa lainnya.
“Sebagian besar lapangan usaha tumbuh positif kecuali sektor konstruksi, pertanian, transportasi dan pergudangan, serta pengadaan air,” ujar Lasmini.
Menurut Lasmini, sektor konstruksi mengalami kontraksi sebesar -16,04 persen karena proyek pembangunan Train 3 LNG Tangguh di Kabupaten Bintuni sudah selesai.
“Sementara sektor pertanian terkontraksi sebesar -5,37 persen, transportasi dan pergudangan sebesar -1,20 persen, dan pengadaan air sebesar -1,17 persen,” ungkap Lasmini.
Dari sisi pengeluaran, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Papua Barat triwulan II 2023 ditopang oleh pertumbuhan ekspor barang jasa mencapai 17,74 persen secara tahunan dengan sumbangan pada PDRB triwulan II 2023 sebesar 59,00 persen.
“Tingginya permintaan domestik maupun luar negeri terhadap komoditas ekspor minyak dan gas (migas), memberikan dampak positif terhadap perekonomian triwulan II tahun 2023,” ujar Lasmini.
Selain ekspor barang dan jasa, komponen pengeluaran lain yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Papua Barat adalah konsumsi pemerintah yang mengalami pertumbuhan tertinggi mencapai 17,89 persen secara tahunan dengan sumbangan pada PDRB triwulan II 2023 sebesar 30,78 persen. Menurut Lasmini, kinerja komponen ini didukung oleh cukup tingginya realisasi belanja Pemerintah berupa belanja pegawai, belanja modal, serta belanja barang dan jasa.
“Realisasi belanja pegawai dan barang masih menjadi salah satu penopang perekonomian Papua Barat,” jelas Lasmini.
Dua komponen lain yang juga menopang pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi rumah tangga sebesar 2,31 persen secara tahunan, dan konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) tumbuh sebesar 4,22 persen.
“Semua komponen pengeluaran ini mengalami pertumbuhan, kecuali Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang mengalami kontraksi sebesar -8,17 persen,” ujarnya.
Ia menambahkan, pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan II 2023 tersebut memberikan andil sebesar 18,34 persen terhadap pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku di wilayah Maluku dan Papua.
“Share terbesar pembentukan PDRB Maluku Papua berasal dari Provinsi Papua mencapai 54,32 persen kemudian diikuti Papua Barat sebesar 18,34 persen. Sementara Maluku Utara dan Maluku memberikan kontribusi masing-masing sebesar 16,25 persen dan 11,09 persen,” papar Lasmini. (SEM)