EKONOMI

Inpex dan Pertamina Resmi Ajukan Revisi Pengembangan Blok Masela

JAKARTA – Inpex Masela Ltd. bersama konsorsium PT Pertamina Hulu Energi Masela resmi mengajukan revisi rencana pengembangan (plan of development/PoD) proyek gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) Abadi Blok Masela.

Dalam revisi PoD yang diajukan ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada pekan lalu, pengembang ladang gas yang terletak sekitar 160 kilometer lepas pantai Pulau Yamdena di Laut Arafura dengan kedalaman 400—800 meter itu juga menyampaikan tambahan investasi untuk penyelesaian pemasangan fasilitas penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCUS).

Untuk pengembangan Blok Masela, Inpex dan Pertamina membutuhkan tambahan biaya investasi sekitar US$1 miliar atau setara dengan Rp15,52 triliun (asumsi kurs Rp15.520 per dolar AS) seiring dengan rencana penambahan fasilitas CCUS.

Dengan demikian, total biaya investasi blok migas dengan total cadangan gas sebesar 18,54 triliun standar kaki kubik (TCF) itu diestimasikan akan membengkak menjadi US$20,8 miliar atau sekitar Rp322,8 triliun, dari perkiraan investasi awal senilai US$19,8 miliar.

Kendati demikian, revisi PoD proyek gas Abadi itu tengah dievaluasi oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Kementerian ESDM.

“Mereka [Inpex dan Pertamina] sudah mengajukan [revisi PoD]. Sebenarnya kami sudah lama diskusi, kemarin kan sebenarnya tinggal menunggu perubahan participating interest saja,” kata Deputi Eksplorasi, Pengembangan dan Manajemen Wilayah SKK Migas Benny Lubiantara saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (6/11/2023).

Menurut dia, terdapat sejumlah poin krusial yang tengah dikaji otoritas hulu migas, di antaranya komitmen operasi komersial pada 2029 serta rencana pemasangan fasilitas CCUS. Pada proposal PoD yang baru, ujar Benny, tambahan investasi untuk CCUS itu berada di sekitaran US$1 miliar.

Sementara itu, untuk investasi lainnya pada kegiatan hulu migas sendiri tidak banyak bergeser. “Sekarang sedang kami evaluasi bersama dengan Dirjen Migas,” ujarnya.

Inpex sebagai operator Blok Masela menyampaikan hasil kajian pemasangan CCUS kepada otoritas hulu migas pada Agustus 2022. Dengan penerapan teknologi CCUS, Blok Masela akan menghasilkan produk LNG yang lebih ramah lingkungan sehingga nilai tawarnya akan lebih meningkat di tengah era transisi energi.

Hal itu juga untuk mendukung program pemerintah dalam mengurangi emisi karbon guna mencapai target nol emisi karbon (net zero emission/NZE) pada 2060.

Adapun, proyek pengembangan Blok Masela bakal menggunakan sistem kombinasi darat dan laut untuk memastikan nilai investasi dari rencana pengembangan lapangan yang ada sebelumnya tidak jauh bergeser.

Lewat sistem kombinasi itu, pengeboran dasar laut bakal dilakukan di kedalaman 600 meter, serta kedalaman sumur 4.000 meter. Gas yang didapat akan diolah dalam bangunan apung bernama floating production, storage and offloading (FPSO) untuk dimurnikan dari kandungan zat lain.

Setelah dimurnikan di FPSO, gas bakal disalurkan menuju kilang LNG yang ada di darat melalui pipa bernama Gass Export Pipeline (GEP) yang berjarak 175 kilometer serta melalui palung-palung laut.

Sebagaimana diketahui, Blok Masela merupakan salah satu prospek ladang migas terbesar di Indonesia. Produksinya diestimasikan dapat mencapai 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMscfd, serta 35.000 barel kondensat per hari (bcpd).

Proyek itu bakal menjadi aset pengelolaan gas terbesar kedua dari Inpex, setelah Ichthys LNG Project di Australia. Proyek LNG Blok Abadi Masela nantinya bakal menutupi lebih dari 10 persen kebutuhan impor LNG tahunan Jepang.

Selain itu, proyek Abadi Blok Masela juga diharapkan dapat menjaga ketahanan pasokan energi di Indonesia, Jepang, dan beberapa negara Asia lainnya.

Namun, tingkat kesulitan serta kerumitan teknis pengangkutan gas dari lapangan lepas pantai, Kepulauan Tanimbar, Maluku itu membuat konsorsium Pertamina bersama perusahaan migas asal Malaysia, Petroliam Nasional Berhad atau Petronas sebagai mitra Inpex Corporation berpikir untuk menggandeng partner baru.

“Tentu tidak menutup kemungkinan adanya pihak lain untuk masuk [ke Masela], yang tentu akan melengkapi kompetensi dari blok ini dalam esekusinya. Ini memang cukup, dari sisi teknis kan complicated ya, sehingga kita harus pastikan semua berjalan baik,” kata Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII di DPR, Jakarta, Rabu (30/8/2023).

Revisi PoD yang dilakukan Pertamina bersama dengan mitra lainnya diketahui untuk mengejar target on stream Blok Masela yang dipatok pemerintah pada 2029 mendatang. Padahal, pada PoD sebelumnya saat bersama dengan Shell, target operasi komersial ditarget baru rampung pada 2032.

Adapun, selepas divestasi Blok Masela rampung bulan lalu, komposisi kepemilikan saham pada proyek strategis nasional (PSN) senilai US$19,8 miliar itu beralih pada Pertamina dengan hak PI 20 persen dan Petronas 15 persen, sementara saham mayoritas 65 persen dipegang Inpex yang bertindak sebagai operator. (rls/sem)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.
%d blogger menyukai ini: