Kontribusi Ekonomi Papua Barat ke PDB Indonesia Capai 29,41 Triliun
MANOKWARI — Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melalui Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) mencatat perekonomian Papua Barat sampai dengan periode 31 Agustus memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hanya sebesar 0,54 persen atau senilai Rp29,41 triliun atau Rp29.406 miliar (ADHB).
Meskipun pada periode tersebut, pertumbuhan ekonomi Papua Barat dan Papua Barat Daya mengalami pertumbuhan tertinggi se-Indonesia mencapai 21,11 persen (y-on-y) atau dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara kontribusi Papua Barat dan Papua Barat Daya untuk pertumbuhan ekonomi di regional Maluku dan Papua sebesar 19,83 persen.
“Pertumbuhan ekonomi ini didorong Lapangan Usaha Industri Pengolahan yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 37,96 persen, dan dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 46,12 persen,” ungkap Kepala Kantor Wilayah DJPb Papua Barat Purwadhi Adhiputranto melalui siaran pers ALCo Regional Papua Barat dan Papua Barat Daya sampai dengan 31 Agustus 2024 di Manokwari, Sabtu (28/9/2024).
Purwadhi Adhiputranto mengatakan, dari sisi produksi, Lapangan Usaha Industri Pengolahan ini mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 18,87 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 16,10 persen.
“Sektor industri pengolahan mengalami peningkatan berkat aktivitas di berbagai bidang seperti pengolahan kopi, kayu lapis, dan minyak kelapa sawit,” ujarnya.
Namun, kata Purwadhi, tidak semua sektor mengalami pertumbuhan. Sektor administrasi pemerintahan dan jaminan sosial wajib justru mengalami kontraksi akibat berakhirnya beberapa proyek APBN dan APBD.
“Termasuk proyek infrastruktur yang tidak dilanjutkan di tahun 2024. Seperti Proyek yang dikerjakan oleh Dinas PUPR Kabupaten Teluk Bintuni dan Dinas PUPR Provinsi Papua Barat. Juga adanya penurunan setoran PPN dari pembangunan Bandara Torea Fak-Fak oleh Ditjen Perhubungan,” paparnya.
Dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa juga mencatatkan pertumbuhan yang mengesankan sebesar 46,12 persen. Secara kumulatif, perekonomian Papua Barat, termasuk sektor minyak dan gas, tumbuh sebesar 11,68 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023.
Pendapatan APBN Tembus 1,7 Triliun
Realisasi pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di regional Papua Barat dan Papua Barat Daya mencapai 49,92 persen dari target hingga Agustus 2024, dengan total pendapatan sebesar Rp1.770,48 miliar atauRp 1,7 triliun.
“Pajak dalam negeri menjadi kontributor terbesar, mencapai Rp1.469,56 miliar, dengan PPh Non Migas menyumbang Rp752,81 miliar,” ungkap Purwadhi.
Di sisi belanja, realisasi Kementerian/Lembaga (K/L) mencapai 53,96 persen dari alokasi anggaran 2024, dengan belanja pegawai mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 16,73 persen. Sementara itu, belanja modal mengalami kontraksi sebesar 22,70 persen.
Transfer ke daerah hingga akhir Agustus mencapai Rp10.831,16 miliar, meskipun mengalami penurunan 9,77 persen dibandingkan tahun lalu.
“Hal ini disebabkan oleh keterlambatan penyaluran Dana Bagi Hasil (DBH) yang baru mencapai Rp2.225,67 miliar,” jelasnya.
Menurut Purwadhi, secara keseluruhan perkembangan ini menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan di beberapa sektor, pertumbuhan ekonomi Papua Barat tetap menunjukkan arah positif yang diharapkan dapat berlanjut di masa mendatang. (sem)