EKONOMI

Lebaran Usai, Pangan Masih Sumbang Inflasi

JAKARTA – Indeks harga konsumen atau IHK pada Mei 2023 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya walaupun dampak musiman Ramadhan-Lebaran telah mereda. Kenaikan harga tersebut disebabkan oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yang juga turut menyumbang inflasi pada Lebaran 2023.

Badan Pusat Statistik (BPS) mendata, kenaikan IHK atau inflasi pada Mei 2023 dibandingkan bulan sebelumnya mencapai 0,09 persen. Secara tahunan, angka inflasi berada di posisi 4 persen, sedangkan sepanjang Januari-Mei 2023 besarannya mencapai 1,1 persen.

Berdasarkan pengeluaran, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi bulanan tertinggi, yakni sebesar 0,48 persen dengan andil 0,13 persen. Di sisi lain, kelompok transportasi mengalami deflasi bulanan tertinggi, yakni 0,56 persen dengan andil 0,07 persen. Kelompok pakaian dan alas kaki turut menyumbang deflasi bulanan sebesar 0,46 persen dengan andil 0,02 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini merinci, komoditas penyumbang inflasi bulanan pada Mei 2023 adalah bawang merah dan daging ayam ras dengan andil masing-masing 0,03 persen, serta ikan segar, telur ayam ras, rokok kretek filter, dan bawang putih dengan andil masing-masing 0,02 persen.

”Harga bawang merah naik karena belum banyak produksi dari petani sehingga pasokan yang masuk belum mencukupi kebutuhan masyarakat,” ujarnya dalam dalam konferensi pers yang diadakan secara hibrida di Jakarta, Senin (5/6/2023).

Pada April 2023, kelompok makanan, minuman, dan tembakau menyumbang inflasi bulanan yang sebesar 0,34 persen dengan andil 0,09 persen. Angka tersebut berada di bawah kelompok pengeluaran transportasi yang mengalami inflasi sebesar 0,84 persen dengan andil 0,11 persen.

Dari segi komponennya, aspek harga bergejolak pada Mei 2023 mengalami inflasi bulanan hingga 0,49 persen dengan andil 0,09 persen. Komoditas penyumbangnya terdiri dari bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, dan bawang putih. Laju inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,29 persen.

Dari 90 kota yang disurvei BPS, sebanyak 77 kota mengalami inflasi secara bulanan, sedangkan sisanya deflasi. Inflasi bulanan tertinggi terjadi di Tanjung Pandan, Kepulauan Bangka Belitung. Komoditas penyumbang inflasi di kota tersebut terdiri dari ikan segar, daging ayam ras, tarif angkutan udara, bawang merah, jeruk, sawi hijau, dan telur ayam ras.

Ikan segar menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi bulanan secara nasional. ”Gelombang tinggi terjadi di sejumlah perairan di Indonesia sehingga menyebabkan nelayan menunda untuk melaut,” kata Pudji.

Dengan andil yang sama dengan ikan segar, bawang putih turut menyumbang inflasi. Pudji menyatakan, harga bawang putih mahal karena jumlah pasokan di pasar yang bersumber dari impor masih terbatas.

Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (NFA) Arief Prasetyo Adi menyatakan, pihaknya berkomunikasi secara intens dengan Kementerian Perdagangan untuk membahas perkembangan penerbitan surat perizinan impor (SPI) bawang putih. Langkah ini ditempuh dalam rangka menyikapi dinamika stok dan harga bawang putih di pasar.

Dia berharap koordinasi tersebut dapat mempercepat proses dan realisasi impor bawang putih yang merupakan salah satu komoditas pangan strategis. Realisasi impor dibutuhkan untuk menambah pasokan demi menjaga stabilitas harga bawang putih di tingkat masyarakat konsumen.

Berdasarkan perkiraan NFA, kebutuhan bawang putih sepanjang Januari-Desember 2023 mencapai 652.000 ton. Arief menargetkan, jumlah cadangan bawang putih pemerintah mencapai 55.700 ton. (KOM)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.
%d blogger menyukai ini: