EKONOMI

Program Bansos Ikut Kerek Harga Telur

BANDUNG – Harga telur ayam terus mengalami kenaikan di berbagai daerah belakangan ini. Tingginya permintaan untuk program bantuan pangan disebut menjadi salah satu faktor yang ikut mengerek naiknya harga telur. Harga telur naik karena tingginya permintaan tak dibarengi dengan memadainya ketersediaan.

Berdasarkan panel harga Badan Pangan Nasional, rata-rata harga telur ayam secara nasional sebesar Rp 30.020 ribu per kg pada Selasa (16/5/2023). Pada awal Mei, harga telur tercatat sebesar Rp 28.800 per kg.

Lonjakan harga telur salah satunya terjadi di Kota Bandung, Jawa Barat. Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung mengatakan, harga telur berkisar di angka Rp 33 ribu per kilogram. Menurut pemantauan Disdagin Kota Bandung, kenaikan harga dipicu permintaan barang yang tinggi di tempat produsen asal, yaitu Blitar, Jawa Timur. Permintaan telur yang tinggi digunakan untuk program bantuan sosial.

“Kota Bandung sebagian besar mendatangkan telur dari Jawa Timur, khususnya Blitar dan di Jawa Timur sedang ada peningkatan permintaan karena ada penyaluran bansos di Jatim,” ujar Kepala Disdagin Kota Bandung, Elly Wasliah, saat dikonfirmasi, Selasa (16/5/2023).

Elly mengaku sudah mengonfirmasi kepada para distributor penyebab harga telur masih tinggi. Para distributor menjelaskan bahwa di daerah produsen telur terdapat permintaan yang tinggi untuk program bansos. “Distributor bilang ada kenaikan permintaan di daerah produsen telur untuk memenuhi bansos,” katanya.

Namun begitu, Elly mengatakan, dua hari terakhir harga telur di tingkat distributor sudah mengalami penurunan. Diharapkan, harga telur di tingkat pedagang berangsur menurun.

“Harga (telur) di distributor sekarang Rp 29.800 per kilogram, dua hari lalu Rp 30.000, yang penting dua tiga hari ini mengalami penurunan di Rp 29 ribu,” katanya.

Harga telur di Kota Bandung terpantau mengalami kenaikan signifikan pada tiga pekan setelah Lebaran 2023. Kondisi tersebut dinilai para pedagang sebagai anomali dan berdampak pada omzet penjualan yang menurun. “Lebaran dari awal Rp 30 ribu per kilogram sampai hari ini menjadi Rp 33 ribu per kilogram,” ujar Ali, salah seorang pedagang telur di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Senin (15/5/2023).

Ia mengatakan, kenaikan harga telur disebabkan banyaknya ayam yang diafkir di kandang. Kondisi tersebut membuat penjualan telur menurun. “Penjualan setelah Lebaran menurun sedikit karena memang harganya masih mahal. Ketersediaan telur ayam 50-50 karena ada afkir ayam,” katanya.

Pemerintah pusat dan daerah saat ini memang sedang menggencarkan sejumlah program bantuan bagi masyarakat, salah satunya adalah program bantuan pangan. Untuk telur ayam, pemerintah gencar membagikan komoditas tersebut guna menekan stunting.

Menurut Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Indonesia (Pinsar) Jawa Tengah, Parjuni, ada beberapa faktor penyebab kenaikan harga telur. Beberapa faktor itu adalah berkurangnya suplai karena indukan ayam petelur berkurang hingga harga pakan yang tinggi.

“Faktor yang pertama adalah karena suplai dan permintaannya sekarang ini tidak seimbang. Suplainya sedikit, permintaan justru naik,” kata Parjuni ketika dihubungi, Selasa (16/5/2023).

Penyebab lainnya adalah adanya penurunan populasi dari afkir induk-induk yang bertelur atau bisa dibilang indukan ayam petelur sudah ada penurunan produktivitas. “Jadi indukan itu sudah tidak efektif untuk bertelur. Ada juga keterlambatan regenerasi indukan karena banyak peternak mengalami kerugian pada tahun lalu. Meskipun pada akhir 2022 ada keuntungan, peternak belum siap untuk melakukan peremajaan indukan,” kata dia.

Parjuni menjelaskan bahwa harga bibit indukan ayam petelur bisa dibilang terjangkau di harga Rp 3.000. Kendati demikian, suplai terpengaruh karena rendahnya minat peternak untuk meregenerasi indukan.

“Buktinya bibit petelur walaupun saat ini murah dibandingkan saat itu, yang mencapai 15 ribu per ekornya kan menandakan peminatnya sedikit para peternak sehingga memengaruhi jumlah produksi telur yang ada,” katanya.

Harga pakan yang mengalami kenaikan juga ikut menyumbang melambungnya harga telur. “Jagung yang bulan Januari harganya itu Rp 4.000-an, sudah mulai naik per Maret ke kisaran Rp 6.000 per kgnya. Ini membuat harga pokok produksi peternak naik,” kata Parjuni.

Widiastuti, salah satu pedagang telur di Pasar Legi Kota Solo mengungkapkan, harga telur telah merangkak naik sejak sepekan terakhir. “Sebelumnya, Rp 28 ribu per kg, tapi terus naik dan sekarang Rp 30 ribu per kg,” kata Widi. (REP)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.
%d blogger menyukai ini: