Titik Terang Blok Masela
JAKARTA – Perjalanan panjang pencarian investor Blok Masela di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, mulai terlihat ujungnya. Pemerintah telah menemukan pengganti Shell Upstream Overseas Services Limited yang memutuskan hengkang dari proyek gas alam cair (LNG) tersebut.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menyatakan PT Pertamina (Persero) bakal mengambil alih seluruh hak partisipasi Shell di Blok Masela. “Shell sudah mau melepas sahamnya ke Pertamina dan akan dieksekusi pada akhir bulan ini,” kata dia dalam rapat dengar pendapat di Komisi Energi DPR RI, Selasa (13/6/2023).
Arifin menyatakan perusahaan pelat merah tersebut akan membentuk konsorsium bersama Petronas, badan usaha milik negara Malaysia. Keduanya bakal bergabung dengan Inpex Masela Limited yang memiliki 65 persen hak partisipasi. Perusahaan Jepang itu merupakan operator lapangan yang berlokasi di Laut Arafura ini.
Inpex seharusnya mengelola Blok Masela bersama Shell. Keduanya mendapat kontrak eksplorasi pada 1998 selama 30 tahun dan mendapat kompensasi selama tujuh tahun serta perpanjangan 20 tahun hingga 2055. Pada 2008, perusahaan mengajukan rencana pengembangan alias plan of development (POD) ladang tersebut menjadi pabrik di lepas pantai. Namun pemerintah mengubah rencana tersebut pada 2016, dan memindahkan pabriknya ke darat.
Perubahan ini yang disebut sejumlah pihak sebagai pemicu hengkangnya Shell dari Blok Masela. Pasalnya, kebijakan tersebut membuat angka investasi membengkak dan menimbulkan ketidakpastian. Sedangkan pemerintah menyatakan kepergian Shell dipicu oleh kebijakan perusahaan untuk beralih lini bisnis. Menteri Arifin pada 12 Desember 2022 menyebutkan Shell berencana masuk ke bisnis energi terbarukan.
Arifin mengaku pemerintah sudah mencoba menahan kepergian Shell. “Kami sudah mencoba menahan Shell untuk tinggal, tapi memang niatnya sudah ingin pergi karena ingin masuk ke energi yang lebih menarik,” tuturnya.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan pihaknya tengah menyelesaikan peralihan hak partisipasi dengan Shell. Dia tak bersedia membeberkan detailnya, termasuk ihwal nilai investasi yang harus dikeluarkan Pertamina. Nicke juga belum bersedia memastikan mitra yang bakal mendampingi Pertamina. “Tunggu tanggal mainnya,” kata dia.
Gas Masela Dijamin Laku
Hadirnya mitra Inpex membuka jalan untuk mewujudkan mimpi pengoperasian Blok Masela yang ditargetkan mulai dilakukan pada 2029. “Kalau konsorsium sudah terbentuk, kan, pembiayaan besar akan jalan,” kata Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto.
Sembari menunggu kepastian soal calon investor, Dwi menuturkan, SKK Migas menanti revisi POD yang diajukan Inpex. Dalam dokumen tersebut, Inpex menambahkan rencana pembangunan fasilitas penangkapan karbon untuk menyesuaikan permintaan pasar terhadap energi yang lebih bersih.
Selain itu, Dwi menargetkan lelang front end engineering design (FEED) bisa digelar tahun ini jika keputusan divestasi saham Shell rampung. Menurut dia, proses lelang bakal berlangsung selama satu tahun. “Jadi, tahun depan kita harapkan bisa lari kencang,” tuturnya.
Soal pembeli gas dari Blok Masela, Dwi memastikan tak perlu ada kekhawatiran. Sekitar 40 persen gas dari blok tersebut bakal diserap oleh PT PLN (Persero), Pertamina, serta perusahaan pupuk domestik. Dia optimistis sisanya bisa diserap pembeli asing. Dengan tren transisi energi, dia yakin pasar LNG bakal moncer. “Saya pikir pasarnya lebih baik dibanding beberapa tahun lalu.”
Direktur Eksekutif Reforminer Institut, Komaidi Notonegoro, pun yakin gas dari Blok Masela yang memiliki cadangan sebesar 18,54 triliun kaki kubik (TSCF) itu bakal laku. Pasalnya, gas tak hanya digunakan sebagai sumber energi, tapi juga bahan baku industri pupuk serta petrokimia. Selain itu, gas memiliki emisi karbon yang lebih rendah dibanding energi fosil lainnya, seperti minyak dan batu bara.
Namun, untuk sampai ke tahap jual-beli gas, ucap dia, perlu ada kepastian soal investasi. Komaidi berharap pemerintah bersikap konsisten dengan rencana pengembangan Blok Masela kali ini agar tak terulang hambatan yang sama. “Jangan digeser-geser lagi skemanya.” (TEM)