Lensa

Juara Tenis Meja yang Terlupakan

Oleh: Paulus Laratmase

Direktur Eksekutif LSM Santa Lusia Biak Papua

 

AHMAD Nur Ramadhani adalah anak bungsu dari empat bersaudara, anak dari pasangan Abas, SP dan Ana Hamidatul Mualimah.

Dhani, demikian sapaan bungsu kelahiran Manokwari 25 November 2002 ini, ternyata memiliki bakat istimewa di olah raga tenis meja. Sejak di bangku sekolah dasar, SD Yapis 1 Biak, Dhani sudah bermain tenis meja. Keinginan kuat untuk berprestasi mendorongnya untuk meminta orangtuanya membeli meja pingpong untuk berlatih di rumah.

Melihat talenta Dhani yang luar biasa itu, orangtuanya meminta Wandi Widodo dan Agus Soleh untuk mengasah teknik bermain tenis meja, lebih khusus teknik smash dan spin.

Menurut Wandi dan Agus, Dhani yang cepat menangkap setiap instruksi yang diajarkan. Mereka lalu mendorong Dhani untuk mulai mengikuti sejumlah turnamen tenis meja. Turnamen pertama yang diikuti Dhani  adalah O2SN (Olimpiade Olah Raga Sekolah Dasar) Tingkat Kabupaten Biak Numfor (2012), saat itu Dhani masih kelas tiga SD Yapis 1. Pada turnamen tersebut, Dhani menggondol juara 2 pada single putra. Pada tahun yang sama Dhani mengikuti Turnamen O2SN tingkat Provinsi Papua, Dhani meraih peringkat tiga. Setahun kemudian, pada turnamen tenis meja O2SN tingkat Kabupaten Biak Numfor dan Provinsi Papua, Dhani bahkan sudah meraih peringkat satu.

Atas prestasi itu, Dhani pun mewakili Provinsi Papua mengikuti turnamen tenis meja O2SN tingkat Nasional di Balikpapan pada Juli 2013.

“Sejak 2014, Dhani menggodol juara tenis meja di hampir semua event turnamen tenis meja di Biak,  entah sigle atau double putra. Turnamen O2SN tingkat Kabupaten Biak Numofor selalu Dhani mendapat juara satu. Atas prestasi itu, Dhani mewakili Biak Numfor mengikuti open turnamen tenis meja di Provinsi Papua dan Dani pun mendapatkan juara satu  kategori kelompok U-16.  Dhani ditunjuk mewakili Provinsi Papua mengikuti turnamen O2SN tingkat nasional di Jakarta,” kisah Abas, SP.

“Sejak 2014 sampai sekarang, Dhani selalu menjuarai berbagai even turnamen tenis meja baik di tingkat kabupaten, maupun tingkat regional Papua seperti di Nabire dan Raja Ampat, Papua Barat. Bahkan lima kali mewakili Kabupaten Supiori mengikuti turnamen tenis meja regional Papua dan Papua Barat di Biak selalu mendapatkan peringkat satu,” kata Ana Hamidatul Muhalimah menambahkan.

Minim perhatian

Saat ini, Dhani duduk di bangku kelas XII SMA Negeri 1 Biak, Papua. Prestasi terbaru yang dia raih adalah juara Danrem Cup, pada Oktober 2020. Selain trofi juara, kata Abas, Dhani Dhani diberi hadiah uang Rp 4 juta. Itu adalah kali pertama Dhani menerima hadia berupa uang tunai.

“Dhani terlupakan dari perhatian Pemda Biak Numfor maupun Provinsi Papua. Mendorong berhasilnya Dhani sampai saat ini jujur saja, baru satu kali dibantu oleh pemerintah daerah Biak Numfor ketika Dhani mengikuti turnamen O2SN tingkat provinsi Papua. Itu pun kami menggunakan dana pribadi ke Japura pulang pergi, baru digantikan dana yang tidak sesuai dengan pengeluaran  yang kami gunakan selam turnamen tingkat provinsi,” ungkap Abas dengan nada sedih.

Padahal menurut Abas, anggaran daerah untuk pembinaan atlit-atlit dalam berbagai cabang olah raga selalu ada setiap tahun. Sayangnya perhatian daerah untuk peningkatan prestasi atlit, seperti Dhani, kurang mendapat perhatian.

“Sampai hari ini, Dhani berprestasi pada cabang olah raga tenis meja hanya karena  dorongan kami dengan biaya apa adanya. Ibunya yang selalu menyiapkan kebutuhan Dhani setiap kali mengikuti turnamen apa saja baik di Biak maupun di luar Biak,” kata Abas.

Menjadi petani

Meskipun Dhani menjadi atlet berprestasi di tempat latihannya di Koops III TNI Angkatan Udara Bia dan bahkan sudah ada tawaran untuk kelak setelah lulus SMA menjadi anggota  TNI AU. Namun, menurut Dhani, menjadi perwira TNI bukan mimpinya. Ia ingin mengikuti jejak ayahnya menjadi ahli pertanian dan kelak bercita cita menjadi seorang Aparat Sipil Negara (ASN).

Dhani sadar bahwa menjadi petani bukan cita-cita anak muda saat ini. Tapi bagi Dhani, resesi dunia akibat pandemi Covid-19 telah membuat banyak usaha yang mengalami pasang surut bahkan bangkrut. Namun petani justru mengalami surplus income melalui penjualan hasil pertanian. Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari adalah pilihannya setelah lulus dari SMA tahun depan.

Papua telah membentuk kepribadian dan kecintaan Dhani pada pilihan Manokwari tempat kuliahnya dan kelak Dhani berharap setelah tamat, dapat mengabdikan diri di tanah kelahirannya, Manokwari.

“Jika Allah berkehendak, apa yang diimpikannya bisa digapai melalui perjuangan belajar tekun, bahkan berlatih lebih giat lagi agar kelak juga bisa menjadi juara di tingkat nasional dalam berbagai turnamen tenis meja yang diikutinya,” kata Dhani. ***

**Artikel ini Telah Terbit di Harian Papua Barat News Edisi Senin 2 November 2020

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.