Gaya Hidup

Kejar Ketertinggalan Asupan Omega Anak Indonesia

ASUPAN nutrisi yang optimal sangat penting bagi masa depan anak-anak. Sumber gizi yang baik untuk anak-anak, termasuk omega 3 dan 6.

Sayangnya, hanya hanya dua dari 10 anak Indonesia yang tercukupi asupan omega 3 dan 6. Padahal, menurut pakar teknologi pangan Prof Dr Ir Made Astawan MS, anak-anak tentunya adalah generasi emas nantinya.

“Kita akan mencapai bonus demografi pada 2030, jangan sampai cuma jumlah penduduk nambah, tapi tidak berguna. Harus punya daya kompetitif,” kata Made dalam acara bersama BlueBand di Jakarta. Menurut dia, asupan ini adalah suatu asam lemak yang ada di bahan pangan, baik dari hewani maupun nabati.

Pada omega 6, ada tiga kandungan penting, seperti EPA, DHA, dan ALA. Mengonsumsi omega 3 dan omega 6 juga perlu seimbang, jangan ada yang terlalu berlebihan. Kendati boleh omega 6 lebih banyak dari omega 3.

Made mengatakan dampak kekurangan omega 3, bisa meliputi masalah perkembangan otak, konsentrasi, dan daya ingat. Kemudian masalah keterampilan motorik dan fisik. Selain itu, masalah penglihatan, dan mood swing hingga menghambat perkembangan sel otak, juga bisa menjadi efek samping yang tak main-main dari kekurangan zat esensial ini.

Made menambahkan, setiap anak lahir dengan satu miliar sel neuron, tapi tidak semuanya berfungsi untuk kecerdasan otak. Untuk memiliki anak cerdas atau tidak, itu bisa dirancang sejak dalam kandungan.

Misalnya, dengan memerhatikan menu makanan ibu hamil dan asupan anak sampai usia lima tahun. Kemudian baru perhatikan faktor latihan, stimulasi, maupun pendidikan anak.

Kecukupan gizi pada anak juga dapat terlihat pada kemudian hari. Contohnya di usia 40 sampai 50 tahun, yang ternyata bisa dilihat kembali pada pola makan saat balita. Misalnya, ketika dewasa ada risiko kardiovaskular.

Kemudian, ada pula dampak terhadap daya tahan tubuh, rentan infeksi, sehingga anak kurang gizi berbahaya karena sedikit-sedikit bisa sakit, demam, batuk yang merupakan morbiditas tinggi. “Konsumsi asupan Indonesia yang rendah ada perbandingan dengan indeks daya saing kita nomor 50. Jepang nomor enam dan Amerika nomor dua. Umur harapan hidup kita juga lebih rendah, 70 tahun,” kata dia.

Sumber omega 3 bisa berasal dari ikan, seperti kembung, salmon, makarel, sarden dan biji-bijian. Kemudian omega 6 seperti dari sumber makanan nabati. “Kalau kurang maksimal, bisa ditambah dari alternatif sumber industri makanan fortifikasi,” kata Made menambahkan.

Jangan di Awal Memasak 

Selama ini boleh jadi lebih banyak masyarakat yang terbiasa memakai margarin maupun mentega sebagai alternatif minyak di awal proses memasak. Ternyata cara yang lazim tersebut sebenarnya keliru karena bisa mengurangi atau merusak gizi dari margarin tersebut.

Menurut Made, metode memasak yang tepat, yakni tidak menggunakan suhu terlalu tinggi. Selain itu, sebaiknya memasukkan margarin setelah bahan makanan diolah atau sudah dimasak terlebih dulu. “Sebisa mungkin di bagian akhir, setelah pemasakan atau makanan diolah dulu, baru ditambahkan margarin,” kata Made.

Menurut pria yang juga salah satu ketua PERGIZI PANGAN Indonesia itu menjelaskan bahwa cara tersebut bertujuan menghindari kerusakan gizi akibat memasak terlalu lama. Bukan hanya margarin, dia juga menganjurkan agar bahan makanan tidak dimasak terlalu lama.

Tidak hanya ketika memanggang dengan margarin, tetapi juga saat merebus, mengukus, ataupun menumis. Memasak terlalu lama akan berisiko merusak gizi. “Ya selama bahan makanannya sudah agak lunak dan bisa dikonsumsi, ya sudah selesai masaknya. Hindari juga menyimpan margarin di cahaya terlalu terang dan harus tertutup,” ujar Made menjelaskan.

Made juga menanggapi terkait persepsi bahwa penggunaan margarin dengan kandungan minyak atau lemak yang bisa dikatakan kurang sehat. Ada pula anggapan bahwa margarin bisa membuat gendut. Kemudian tidak lebih baik dari mentega biasa.

Padahal, menurut Made, tentu masyarakat dapat mengacu pada panduan Kementerian Kesehatan RI tentang batasan gula, garam, dan lemak (GGL). Mengonsumsi segala sesuatu secara berlebihan tentu tidak dianjurkan.

Akan tetapi, dia lebih menyarankan agar memilih bahan pangan yang sedapat mungkin memberikan manfaat. Contohnya yang memberikan tambahan kandungan yang baik untuk tubuh dalam produknya.

“Jadi, tidak bisa dinilai satu-satu harus komprehensif apakah ada yang lebih baik itu yang dipilih. Sekitar 15 gram bisa memenuhi 19 persen asupan omega dari angka kecukupan gizi (AKG), misalnya, jadi sisanya dari makanan beragam yang lengkap seperti lauk pauk atau yang lainnya,” kata dia.

Berbagai studi menunjukkan bahwa omega-3, yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak sangat kurang dalam pola makan anak-anak Indonesia. Hanya 20 persen anak-anak di seluruh pelosok negeri yang tercukupi asupan harian omega-3. Karena itulah gerakan kampanye dan edukasi soal asupan omega 3 dan 6 perlu terus digalakan. (REP)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.
%d blogger menyukai ini: