Pahami Untung Rugi Curhat di Media Sosial
JUMLAH pengguna aktif media sosial di Indonesia mencapai 191 juta orang pada Januari 2022. Jumlah itu naik 12,35 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan We Are Social, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 191 juta orang pada Januari 2022. Jumlah itu telah meningkat 12,35 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebanyak 170 juta orang. Dengan banyaknya jumlah pengguna media sosial saat ini, tentu ada berbagai dinamika yang kerap terjadi di dunia maya.
Tak jarang media sosial digunakan untuk menyampaikan berbagai aspirasi hingga curahan isi hati terdalam. Sayangnya, ada banyak dampak negatif yang bisa ditumbulkan dari kegiatan yang satu ini.
Kepala Unit Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Dipa (UNDIPA) Makassar Erfan Hasmin memberikan penjelasan mengenai untung dan rugi mencurahkan isi hati atau curhat di media sosial.
Erfan saat lokakarya “Aturan dan Etika Curhat di Media Sosial?” di Jawa Barat, yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menyarankan masyarakat tidak curhat secara berlebihan untuk mencegah respons negatif dari orang lain.
“Tidak semua orang di media sosial akan memberikan solusi sesuai dengan yang kita harapkan. Ada juga yang orang akan menghakimi dan memberikan respons negatif,” ujar Erfan dilansir Republika.
Bagi beberapa orang, curhat di media sosial dinilai dapat memberikan ketenangan atas masalah yang menimpanya. Menurut Erfan,mendapat respons atau masukan dari orang lain bisa membuat seseorang lebih tenang, nyaman, dan terhindar dari stres.
Namun, terlampau berlebihan dalam curhat juga tidak bagus bagi orang tersebut. Curhat berlebihan di media sosial, dia melanjutkan, bisa menimbulkan respons negatif dari orang lain yang bisa berdampak terhadap kondisi mental si pencerita. “Tentu saja ini akan berakibat memperburuk keadaan dan merusak mental diri sendiri,” ujar Erfan.
Oleh karena itu, agar tidak berlebihan curhat di media sosial atau yang populer dengan istilah oversharing, Erfan menyarankan masyarakat untuk tidak mengunggah sesuatu di media sosial ketika emosi sedang tidak stabil.
Kondisi emosi yang tak stabil kerap membuat seseorang kurang waspada. Selain itu, lebih selektif terhadap apa yang hendak diunggah di media sosial adalah langkah tepat sembari berpikir ulang apakah unggahan itu bakal merugikan diri sendiri atau orang lain.
Wakil Direktur Bidang Penjualan dan Ritel Wilayah Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Indosat Ooredoo Hutchison Heny Tri Purnaningsih, yang juga menjadi pembicara dalam lokakarya tersebut, mengingatkan pengguna internet.
Dia mengimbau, agar pengguna tidak berkomentar di media sosial ketika sedang emosi atau dalam keadaan marah. Menurut dia, sesuatu yang diawali dengan amarah akan menimbulkan penyesalan pada kemudian hari.
“Hindari mengumbar kehidupan pribadi di media sosial. Sebab, urusan pribadi bukan untuk konsumsi publik. Sebaliknya, hormati privasi orang lain dan jangan berkomentar negatif terhadap pendapat orang lain,” kata Heny.
Agar terhindar dari dampak buruk media sosial, konsultan TIK, Anwar Sadat memberikan sejumlah tip, antara lain, niat untuk menggunakan media sosial sewajarnya saja disertai disiplin waktu. Selanjutnya, masyarakat perlu membuat skala prioritas dalam bermedia sosial, menyaring konten yang hendak dibaca, dan memastikan bahwa konten tersebut bermanfaat.
“Dunia digital adalah dunia kita sekarang ini. Mari mengisinya dan menjadikannya sebagai ruang yang berbudaya, tempat kita belajar dan berinteraksi, tempat anak-anak tumbuh dan berkembang, serta tempat di mana kita sebagai bangsa hadir secara bermartabat,” kata Anwar.
Lokakarya literasi digital tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kemenkominfo bersama GNLD Siberkreasi. (REP)