Gaya Hidup

Rawon, Kuliner Legenda Jatim yang Mendunia

Situs kuliner tasteatlas.com memperlihatkan informasi bahwa rawon (beef black soup) dari Jawa Timur mendapat rating 4,7. Pemilih yang menyukainya 88 persen, yang cuek 8 persen, dan yang membencinya 4 persen.

Di situs dari Kroasia itu, rawon, kuliner dari tlatah Arekan, dinyatakan pemenang rating terbaik untuk sup di Indonesia dan urutan ketiga sedunia. Rawon yang telah diakui sebagai kekayaan budaya Jawa Timuran juga ada di peringkat ketujuh masakan terbaik di Indonesia dan urutan ke-84 sedunia.

Rawon termasuk dalam 10.803 masakan tradisional yang diulas dalam situs dengan keterlibatan 50.113 pakar kuliner. Laman juga mencantumkan 6.019 bahan baku lokal dan 23.547 restoran otentik. Setahun lalu, tasteatlas.com menobatkan rawon sebagai sup atau makanan berkuah terenak di Asia.

Rawon mendapatkan rating terbaik urutan pertama untuk sup. Namun, dalam sepekan, penilaian ternyata sudah berubah. Rawon berada di bawah tom kha gai (Thailand) dan tonkotsu ramen (Jepang). Seperti klasemen sementara dalam sepak bola, peringkat akan terus berubah sampai penobatan yang mencakup penilaian setahun ini. Ya, mari ditunggu di akhir musim pemeringkatan, ada di mana rawon kebanggaan warga Jawa Timur ini.

Di Jatim, terutama tlatah Arekan atau budaya Arek sebagai khazanah masyarakat terkemuka, rawon amat digemari. Secara geografis, Arekan mencakup sebagian kabupaten/kota yang dilintasi Bengawan Brantas, yakni Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Jombang, Malang, Kediri, dan Blitar. Arekan juga dikenal dengan sebutan Suroboyoan dengan karakter manusianya pemberani, terbuka, dan egaliter.

Sup daging sapi berkuah hitam dari keluak, hampir tersedia di seluruh warung, restoran, dan atau depot kuliner Jawa Timuran. Rawon menjadi menu wajib untuk dinikmati seseorang yang mampir ke Jatim. Seperti ulasan tahun lalu, tiada rawon terenak. Rawon yang gurih dan membuat lidah gembira dapat dinikmati di kedai Jawa Timuran. Yang membedakan adalah lokasi, harga, dan kreativitas. Jangan terpaku pada satu tempat, tetapi carilah dan dapatkan sendiri rawon yang tercocok.

Dari pengalaman mencicipi rawon di Jatim, kuliner ini sempurna jika tersaji lengkap. Sepiring nasi panas atau irisan lontong sebagai pendorong sup rawon dengan taoge mentah, sambal terasi, empal utuh atau suwir, telur bebek asin, tempe dan tahu goreng, serta kerupuk udang atau emping. Itulah sempurna dan paripurna.

Hibrida

Namun, dengan karakter ”berontak”, Arekan membawa rawon ke dimensi yang lain. Dimensi lain berarti kebaruan, keunikan. Rawon dikawinkan dengan menu lain yang juga sempurna dan paripurna, yakni rujak, pecel, pentol (bakso), dan nasi goreng. Juga ada yang menggabungkan rawon dengan mi, bahkan pasta (spageti dan pene).

Hibrida atau fusi itu bukan dengan menyusun menu melalui langkah baru, melainkan seperti kecelakaan, yakni membuat dua masakan bertabrakan. Perkawinan menghasilkan rujak rawon, pecel rawon, pentol rawon, dan nasi goreng rawon. Di antara menu-menu campuran ini yang sudah biasa ditemui di depot Jawa Timuran ialah pecel rawon dan pentol rawon. Untuk rujak rawon dan nasi goreng rawon masih belum ditemukan di Surabaya.

Legenda

Rawon sudah tepat dinyatakan sebagai kekayaan Jawa Timuran. Masakan ini diyakini sudah ada jauh sebelum milenium pertama. Rawon tercatat dalam Kakawin Ramayana karya Mpu Walmiki dalam masa pemerintahan Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung pada 820-832 Saka (898-910 Masehi). Ada masakan berbahan daging dan berkuah gelap seperti rawa dengan sebutan warawan atau rarawwan.

Selain itu, rawon juga diyakini termasuk dalam daftar makanan yang disebut di Prasasti Taji (901 Masehi). Lempeng tembaga itu ditemukan di Ponorogo, Jatim, yang kerap diasosiasikan dengan Wengker, nama wilayah kuno pada masa klasik Hindu-Buddha. Dalam prasasti ini disebutkan banyak orang menghadiri upacara penghormatan terhadap Sang Hyang Vatu Sima dengan suguhan makanan dari daging dan ikan serta hadiah kain dan emas. Salah satunya, warawan yang diyakini sebagai asal nama kuliner rawon.

Jejak rawon sejak 1.000 tahun lalu membuktikan bahwa dulu sampai sekarang rawon jadi santapan istimewa. Jadi, kapan mampir ke Jatim mencicipi semangkok sup yang kelezatannya diakui dunia? (KOM)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.
%d blogger menyukai ini: