Pemalangan di Areal Pengambilan Kapur PT SDIC Akhirnya Dibuka
MANOKWARI, papuabaratnews.co – Pemalangan yang terjadi di areal pengambilan kapur PT SDIC Papua Cement Indonesia, akhirnya dibuka oleh Bupati Manokwari Hermus Indou, pada Sabtu 13 Maret 2021.
Perlu diketahui bahwa, pemalangan terjadi karena aktivitas pengambilan kapur dinilai menjadi faktor penyebab banjir yang meluap ke kawasan perkebunan milik warga Kampung Hinck.
Bupati mengatakan, awal beroperasinya Pabrik Semen yang terletak di daerah Maruni belum memberikan efek negatif. Namun, setelah 10 tahun berbagai dampak mulai dirasakan warga sekitar. Misalnya, ada dampak lingkungan dan kesehatan.
“Ada dampak yang luar biasa, salah satunya ekonomi. Kebun masyarakat tidak berproduksi karena dipengaruhi faktor hama, dan lainnya,” tuturnya.
Dengan demikian, kata dia, dalam waktu dekat pemerintah daerah akan berkoordinasi dengan OPD teknis untuk mencari solusi dari permasalahan yang kerap menimpa warga sekitar perusahaan.
“Kami turut prihatin dengan yang dihadapi masyarakat. Kami akan melihat dan memastikan bahwa dampak itu memang ada dan bukan hanya kepada masyarakat Hinck saja,” jelas Bupati Manokwari.
Selain itu, pemerintah daerah juga segera membentuk tim yang bertugas menginventarisir kerusakan yang ada.
“Harus terdata secara jelas dan dikalkulasi terkait ganti rugi,” ujar dia.
Meskipun demikian, ia memastikan perusahaan tetap beroperasi seperti sediakala sembari melakukan rehabilitasi kerusakan lingkungan yang telah terjadi.
“Harus bertanggung jawab, terkait berapa kompensasi yang diberikan kepada masyarakat terdampak,” ungkap Hermus.
Mulianus Dowansiba selaku perwakilan masyarakat Kampung Hinck menegaskan, ada banyak dampak yang ditimbukan dari aktivitas perusahaan.
Misalnya, saat musim hujan tiba, danau Warbideri di wilayah gunung kapur meluap hingga menggenangi kebun, sekolah dan pemukiman warga setempat.
Dia lalu menjelaskan, upaya komunikasi dengan pihak perusahaan telah dilakukan. Tetapi, warga tidak mendapat jawaban dan solusi dari permasalahan itu. Sehingga, warga kesal dan melakukan pemalangan.
“Polusi udara, tempat usaha banyak tutup, kebun-kebun warga juga kena. Beberapa waktu lalu hasil kebun di Tanah Merah juga ikut terdampak,” ujarnya.
Mulianus berharap perusahaan dapat menyelesaikan persoalan lingkungan yang timbul akibat operasional perusahaan.
“Mereka enak kita juga harus enak. Mari perhatikan kesehatan masyarakat. Buat talud supaya tidak terjadi banjir. Tetapi untuk polusi udara kami tidak solusinya seperti apa,” pungkasnya.(PB19)