Data Cakupan Vaksinasi Harian Mansel Melandai
RANSIKI – Saat ini Cakupan vaksinasi Covid-19 harian di Kabupaten Manokwari Selatan (Mansel) mengalami penurunan yang cukup drastis. Terlebih pasca kericuhan yang terjadi 16 Desember lalu.
Jika biasanya Pemda Mansel bisa memvaksinasi rata-rata 60-100 orang setiap hari, selama Januari angka cakupan dibawah target, hanya 15-30 orang.
Ketua Harian Satgas Covid-19 Hengky Tewu menuturkan, pasca insiden penolakan 16 Desembet lalu, pihaknya tidak lagi membuka pelayanan di Pendopo Kantor Bupati Mansel, Ransiki.
“Sampai sekarang ini vaksinasi hanya dilaksanakan di RSUD Elia Waran. Untuk vaksinasi di pendopo dan pelaksanaan di beberapa Aula Kampung dan distrik sampai saat ini belum dibuka,” ujarnya, beberapa waktu lalu.
Selain itu, kata Tewu, sejumlah tenaga kesehatan juga masih takut untuk melanjutkan aktivitas vaksinasi.
“Memang untuk beberapa waktu terakhir ini tidak maksimal. Terus memang belum ada juga petugas kami yang berani,” ungkap Sekda Mansel itu.
Namun kata Tewu, pihaknya tetap akan melaksanakan vaksinasi. Sebab menurutnya, program vaksinasi merupakan instruksi dari pemerintah pusat.
“Kami tetap buka, kalau ada yang datang kami layani. Kalau tidak mau datang yang bukan tanggung jawab kami,” tegasnya.
Sebelumnya, Satgas Covid-19 Papua Barat mendorong pelaksanaan vaksinasi ramah dan aman bagi penduduk daerah ini dengan pemeriksaan sehari sebelum divaksinasi. Dengan metode pemeriksaan sehari sebelum divaksinasi, petugas akan lebih teliti mendiagnosa warga sebelum dinyatakan layak menerima vaksin.
“Pemeriksaan kesehatan merupakan indikator penting untuk mengetahui risiko seseorang terhadap vaksin Covid-19, petugas akan lebih teliti jika pemeriksaan kesehatan dilakukan sehari sebelum warga divaksinasi,” ujar Ketua harian Satgas Covid-19 Papua Barat Derek Ampnir di Manokwari, Sabtu (22/1/2022).
Ia mengatakan, metode ini bertolak dari pengalaman pelaksanaan vaksinasi satu tahun di sejumlah daerah di Papua Barat kerap diprotes warga dengan berbagai tudingan vaksinasi.
“Akan ada cukup waktu jika pemeriksaan dilakukan sehari sebelum warga divaksinasi, sehingga apabila warga punya riwayat sakit penyerta (komorbit) bisa dirujuk untuk menjalani pengobatan secara komprehensif,” ujar Ampnir.
Ia mengakui, pemeriksaan cepat terkadang petugas kurang teliti atau kemungkinan faktor human error bisa terjadi dengan antrean warga di tempat pelayanan. “Selain human error, dalam kebanyakan kasus, warga tidak sepenuhnya jujur atau bahkan tidak mengetahui kondisi kesehatannya sendiri,” kata Ampnir.
Ia juga mengatakan kesadaran masyarakat Papua Barat untuk divaksinasi sudah terbentuk. Namun pada beberapa kasus, masih meninggalkan trauma pada kelompok masyarakat tertentu di daerah.
“Tentu upaya sosialisasi masih terus dilakukan terhadap kelompok masyarakat yang belum divaksinasi hingga mencapai 70 persen kekebalan penduduk Papua Barat,” ucapnya. (PB24)