Inforial

Kekurangan Guru Jadi Tantangan SLB Panca Kasih Manokwari

MANOKWARI – Sekolah Luar Biasa (SLB) Panca Kasih merupakan satu-satunya SLB di kabupaten Manowkari. Satu-satunya SLB ini menjadikan tantangan tersendiri kepada para tenaga pendidik. Karena mengajar anak dengan kebutuhan khusus butuh kesabaran dan keahlian khusus.

Kepala sekolah SLB Panca Kasih, Emma Aya T mengatakan seharusnya untuk setingkat kabupaten harusnya di setiap distrik ada SLB. Apalagi kondisi geografis kabupaten Manokwari yang begitu luas.

“Jadi kalau ditanya cukup atau tidak satu sekolah (SLB) jelas tidak cukup,” tegas dia dalam Podcast KAKI Tanah Papua.

Dia menjelaskan, SLB Panca Kasih menyelenggarakan tiga jenjang pendidikan, mulai dari SDLB, SMPLB dan SMALB. Masing-masing siswa dari ketiga jenjang tersebut yakni SDLB ada 32 Siswa, SMPLB 24, dan SMALB 20 siswa. Jadi keselurahan jumlah siswa di SLB panca Kasih sebanyak 76 siswa.

Dalam dapodik jelas dia hanya ada SDLB, karena sejak awal izin operasional hanya diberikan kepad SDLB, tetapi pihaknya menampung siswa dengan tiga jenjang pendidikan. Dengan demikian dana BOS yang diberikan hanya untuk SDLB.

“Tapi kami bersyukur karena dana bos tersebut kami gunakan untuk keperluan siswa ketiga jenajng tersebut,” ujarnya.

“Namun untuk siswa SMPLB dan SMALB data masuk di Sorong, siswanya tetap di di sini,” sambung dia.

Untuk kebutuhan guru kata Emma sangat kurang, karena SLB panca Kasih hanya memiliki  9 orang. Padahal aturannya satu guru maksimal mengajar 6 orang siswa dalam satu kelas.

“Guru disini hanya 9 orang tapi sejauh ini kami berusaha berikan yang terbaik,” ungkapnya.

Namun dirinya berterimahkasih kepada direktorat SLB yang memberikan perhatian kepada para guru dengan memberikan bimtek dan pelatihan kepada para guru.

Dijelaskan, selama ini sudah banyak guru yang melamar di SLB Panca Kasih, namun tidak bertahan lama. Mereka (guru) mengundurkan diri dengan beragam alasan.

“Saya bersyukur dengan guru yang ada sekarang, mereka tetap setia mengajar di SLB Panca Kasih dengan keterbatasan yang ada,” ungkap dia.

Sementara Haryati, Guru senior SLB Panca Kasih mengungkapkan, mengingat Panca Kasih merupakan satu-satunya SLB di Kabupaten Manokwari, pihaknya tidak bisa mengkategorikan siswa yang berkebutuhan khusus tertentu yang bisa bersekolah di sekolah setempat.

Dia menjelaskan, sesai dengan kurikulum yang dikeluarkan oleh direktorat pendidikan khusus, ada lima kurikulum yang diselenggarakan di SLB Panca Kasih, yakni kurikulum untuk, siswa tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa dan tunaautis. Namun pada kenyataanya ada siswa yang tunaganda.

“Jadi ada siswa disini yang punya lebih dari satu ketunaan. Misalnya ada siswa yang tunarungu dia juga memiliki tunagrahita,” kata dia.

“Jadi kalau bisa memilih kami akan memilih siswa yang mudah untuk diajar, tetapi kami tidak bisa memilih itu,” jelas dia.

Karena kata dia mereka para guru berangkat dari guru biasa bukan guru khusus SLB.

Mamik, Ketua Yayasan Panca Kasih mengungkapkan sejak awal didirikan yayasan tersebut, banyak kerguan dari berbagai pihak, terutama orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka yang berkebutuhan khusus.

“Seiring berjalannya waktu, mulailah muncul kepercayaan sehingga berani untuk menyekolahkan anak-anak mereka,” pungkasnya. (PB23)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.