InforialPEMILU 2024

Lima Hal Perlu Kamu Tahu tentang Calon Pesta Demokrasi Terbesar di Dunia

Sebentar lagi kita bakalan menghadapi Pemilu 2024. Ini diyakini akan menjadi pesta demokrasi terbesar di dunia yang diselenggarakan dalam satu hari.

Ada lebih dari 200 juta pemilih di Indonesia dan 1,75 juta pemilih diaspora yang dapat menggunakan hak suaranya untuk memilih presiden dan wakil presiden berikutnya, serta anggota DPR, DPD dan DPRD. Jumlah pemilih tersebut mencakup 74 persen dari total populasi Indonesia.

Jadi sebelum huru-hara dengan pemilu ini, ada baiknya jika kita tahu apa saja tentang pemilu 2024. Kami merangkum lima fakta penting tentang calon Pesta Demokrasi terbesar ini. Adapun berikut rangkumannya:

1. Kandidat Potensial dan Partai Pengusungnya

Masa pendaftaran calon presiden dan wakil presiden akan berlangsung pada 19 Oktober hingga 25 November 2023. Namun, nama Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto diprediksi kuat akan maju sebagai calon presiden (capres). Sosok Anies mulai populer sejak menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, dengan dukungan dari sejumlah kelompok Islam konservatif. Dukungan ini juga yang diyakini telah membantunya memenangkan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta 2017.

Hingga kini, Anies tidak terdaftar sebagai kader dan tidak mewakili partai politik manapun. Namun, sejauh ini ia telah mengantungi dukungan resmi dari Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Namun, sejumlah kalangan menilai koalisi ini cenderung lemah dan dapat dengan mudah pecah lalu meninggalkan Anies begitu saja. Tapi Anies seringkali ditampilkan sebagai sosok yang cerdas, santun, tegas dan religious jadi poin plus bagi para pemilih.

Lalu ada Ganjar Pranowo, yang telah mendapatkan tiket pencalonan presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Ia cukup banyak memperoleh sentimen positif dari publik. Banyak masyarakat melihatnya sebagai kandidat paling aman, jika bukan yang terkuat. PDI-P menguasai 22,26 persen kursi parlemen, menjadikannya satu-satunya partai yang tidak perlu berkoalisi untuk dapat mengajukan capres-cawapres.

Ganjar banyak disebut-sebut sebagai figur yang mirip dengan Jokowi: seorang sipil dengan gaya komunikasi yang membumi. Dia juga berasal dari Jawa Tengah, seperti Jokowi – ini mungkin jadi poin penting bagi banyak pemilih.

Sementara bagi Prabowo, pertarungan Pilpres 2024 akan menjadi kali ketiga ia maju sebagai capres, setelah sebelumnya kalah dua kali berturut-turut dari Jokowi. Ia merupakan mantan jenderal TNI angkatan darat dan saat ini adalah pemimpin Partai Gerindra dan juga Menteri Pertahanan.

Namun setiap menjelang pencalonannya, Prabowo hampir selalu dikaitkan dengan penculikan dan penghilangan paksa mahasiswa dan aktivis yang menentang rezim otoriter Orde Baru Suharto pada akhir 1990-an. Saat itu, dia menjabat sebagai Panglima Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Angkatan Darat. Meski begitu dalam sejumlah survei nasional, elektabilitas Prabowo selalu memimpin, sedikit lebih tinggi di atas Anies dan Ganjar.

2. Para Pemilih Muda

Salah satu hal menarik lainnya dari Pemilu 2024 adalah bahwa kaum muda (rentang usia 22-30 tahun) akan mendominasi total pemilih nasional, yakni sebesar 56,4 persen atau sekitar 114 juta. Separuh dari mereka adalah pemilih pemula. Namun, yang jadi pertanyaan adalah apakah mereka mau memilih atau tidak.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada Agustus 2022 mengungkapkan bahwa partisipasi pemilih muda pada pemilu 2019 sebesar 91,3 persen, naik dari 85,9 persen pada pemilu 2014.

Tapi sayangnya, ketika ditanya tentang pandangannya, persentase kaum muda yang menyatakan tertarik pada politik hanya 1,1 persen. Banyak pemilih muda yang ragu-ragu, pesimis terhadap situasi politik, dan kurang percaya pada para elite politik.

Studi lain mengungkap bahwa kaum muda di Indonesia cenderung apatis terhadap perkembangan politik dan tidak seheboh generasi lain di tanah air. Mereka juga tidak begitu dengan mudah dipengaruhi oleh favoritisme keluarga pada kandidat tertentu.

Jumlah pemilih muda yang sangat besar inilah yang kemudian dimanfaatkan partai politik dan kandidat potensial. Mereka menerapkan strategi kampanye di media sosial untuk menarik para pemilih tersebut.

3. Pemilu Serentak

Pemilu 2024 akan menjadi kedua kalinya bagi Indonesia untuk menyelenggarakan pemilihan presiden dan legislatif secara bersamaan. Tapi sejumlah pengamat politik masih mempertanyakan pemilihan presiden dan anggota DPR secara berbarengan ini karena dianggap rumit – bahkan lebih kompleks dibanding pemilu 2019. Hal ini mungkin membingungkan banyak pemilih dan memberatkan penyelenggara pemilu.

Selain itu, untuk pertama kalinya, hari pemungutan suara akan dilakukan pada musim hujan. Ini akan menjadi tantangan berat bagi logistik karena hujan lebat dapat dengan mudah memicu bencana seperti banjir dan tanah longsor.

4. Sistem Proporsional

Sejak Pemilu 2009, Indonesia telah menerapkan sistem pemilihan proporsional terbuka, dimana pemilih langsung mencoblos salah satu calon anggota legislatif di surat suara.

Hal ini cukup berbeda dengan sistem proporsional tertutup yang diterapkan sebelumnya dari tahun 1971-1997. Saat itu sistem proporsional tertutup yang digunakan, ketika pemilih hanya memilih partai politik saja, nanti partai secara internal akan menentukan kadernya yang akan menduduki kursi parlemen. Sempat ada upaya dari beberapa pihak tertentu untuk mengembalikan ke sistem tertutup, tapi dihentikan oleh Mahkamah Konstitusi.

5. Hoaks, Misinformasi, dan Media Sosial

Tantangan rumit lainnya yang dihadapi Indonesia menjelang Pemilu 2024 ini,  penyebaran berita palsu atau disinformasi. Ada cukup banyak kampanye yang menyesatkan, yang dilakukan secara sengaja, telah berkembang pesat di media sosial.

Kementerian Kominfo menemukan 425 hoaks di media sosial selama kuartal pertama tahun ini, naik dari 393 temuan pada periode yang sama tahun 2022.

Mungkin hal menjadi catatan agar kita sebagai pemilih bisa mencerna lagi, mana konten yang benar dan palsu di media sosial. Agar tak salah pilih kandidat yang akan dicoblos. (*)

 

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.
%d blogger menyukai ini: