EKONOMIInforial

Kinerja Perbankan Kokoh di Tengah Pandemi

MANOKWARI, PB News- Kinerja sektor perbankan di Provinsi Papua Barat dari Januari hingga Oktober 2020, mampu berdiri kokoh.
Kestabilan sistem keuangan pada masa pandemi Covid-19 tercermin dari, posisi aset sebesar Rp24,1 triliun atau tumbuh 27,2% (yoy), dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp21,8 triliun atau tumbuh 33,3% (yoy) dan penyaluran kredit ke masyarakat Rp13,6 triliun atau tumbuh 7,3% (yoy).
“Serta rasio kredit bermasalah atau yang kita kenal sebagai NPL (Noan perfoming loan) secara gross di level 2,51% artinya dalam batas wajar,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua Barat Rut W. Eka Trisilowati dalam acara pertemuan tahunan Bank Indonesia dan temu responden di Manokwari, Kamis (3/12/2020).
Dia menjelaskan bahwa kokohnya perbankan didukung oleh langkah extraordinari yang diambil pemerintah pusat dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19.
“Waktu undang-undang itu digulirkan, Bank Indonesia sudah kucurkan hampir Rp665 triliun ke APBN,” terang dia.
“Tadinya BI tidak bisa membiayai fiskal, dengan adanya UU itu BI bisa,” kata dia menambahkan.
Dari APBN tersebut, Kementrian Keuangan mengalokasikan Rp30 triliun ke Himpunan Bank Milik Pemerintah (Himbara) guna mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan mendongkrak kredit. Himbara terdiri dari Bank Mandiri, BRI, BNI dan BTN.
Dengan adanya alokasi dana dari pemerintah, perbankan tidak mengalami gangguan kredit ketika program restruktrurisasi diterapkan.
Selain itu, DPK mengalami peningkatan karena adanya keengganan masyarakat untuk melakukan transaksi di masa pandemi.
“Kita sudah tahu tuh, kondisi krisis masyarakat kesulitan membayar. Karena itu, likuiditas perbankan diinjeksi supaya perbankan tenang,” ujar dia.
Menurut Eka, tren kredit di Papua Barat sebenarnya mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan kondisi sebelum adanya pandemi Covid-19.
“Tetapi pertumbuhan kredit Papua Barat lebih bagus dari nasional,” tutur Eka.
Dia kemudian berharap agar perbankan konvensional di Papua Barat tetap menjadi moto pembiayaan pertumbuhan ekonomi yang produktif, khususnya sektor usaha mikro kecil dan menengah. Kendati demikian, perbankan juga harus tetap memperhatikan regulasi yang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Harus prudent (prinsip kehati-hatian,red) dan governance sesuai ketentuan yang berlaku,” ucap Eka.
Terpisah, Pimpinan Cabang BRI Manokwari Frits J de Frestes mengatakan, BRI mengambil peran sentral dalam memastikan program stimulus perekonomian dari pemerintah agar tepat sasaran pada seluruh pelaku UMKM yang terdampak pandemi, akibat adanya pembatasan aktivitas sosial.
BRI terus memastikan kondisi usaha setiap pelaku UMKM terus berjalan dengan cara menjadi penyalur program dan bantuan pemerintah selama pandemi. Selain itu, BRI juga memberikan fasilitas dengan skema kredit khusus kepada debitur UMKM yang terdampak.
“Dengan suku bunga khusus serta penjaminan dari asuransi. Dan menjadwalkan kembali (restrukturisasi) angsuran debitur yang terdampak pandemi,” jelas Rits saat dikonfirmasi melalui WhatsApp, Minggu (6/12/2020).
Sejumlah upaya itu, kata dia, ditempuh untuk mempertahankan bahkan mengembalikan/recovery usaha UMKM.
Hasilnya memberi dampak signifikan pada eksistensi, peran dan fungsi perbankan yaitu sebagai financial intermediary sekaligus sebagai agen of development.
“Kinerja dan neraca perbankan, kami BRI masih sustain dan on the track. Sudah tentu dengan beberapa upaya ekstra,” pungkas dia.
Bank Indonesia mencatat kinerja perbankan di Provinsi Papua Barat sebagai berikut :
Kuartal I-2020, total aset perbankan sebesar Rp19,47 miliar atau tumbuh 19,0% (yoy), DPK sebesar Rp16,93 miliar atau tumbuh 19,3% (yoy), kredit sebesar Rp13,33 miliar atau tumbuh 11,5% (yoy) dan rasio NPL tercatat 2,5% (yoy).
Kuartal II-2020, total aset perbankan meningkat menjadi Rp19,71 miliar atau tumbuh 9,9% (yoy), DPK meningkat jadi Rp17,55 miliar atau tumbuh 10,7% (yoy), penyaluran kredit turun tipis menjadi Rp13,29 atau tumbuh 7,5% (yoy), dan rasio NPL mengalami peningkatan sebesar 3,0% (yoy).
Kuartal III-2020, total aset perbankan kembali meningkat menjadi Rp23,88 miliar atau tumbuh 33,94% (yoy), DPK meningkat menjadi Rp21,49 miliar atau tumbuh 45,3% (yoy), penyaluran kredit meningkat menjadi Rp13,67 miliar atau tumbuh 8,8% (yoy), dan rasio NPL tercatat 2,4% (yoy).(PB15)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.