Dunia Perhotelan di Papua Barat Goyah
- Dampak Covid-19
MANOKWARI, papuabaratnews.co – Pandemik virus Corona di Papua Barat mengakibatkan sejumlah hotel berhenti beroperasi atau berjalan dengan kondisi minimal. Perhotelan goyah karena keterisian tamu dan kegiatan amat minim. Pegawai perhotelan dirumahkan hingga waktu yang belum ditentukan dan terkena pemotongan upah untuk menjaga kestabilan keuangannya. Jika wabah tak bisa diatasi sampai Juni 2020, sektor bisnis bisa tumbang.
Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Papua Barat, di provinsi berpenduduk 963.000 jiwa ini memiliki 16 hotel bintang dan 144 penginapan bukan bintang. Hotel bintang memiliki 1.726 tempat tidur dalam 1.073 kamar. Penginapan bukan bintang memiliki total 2.392 kamar atau 3.777 tempat tidur. Sektor usaha akomodasi mempekerjakan setidaknya 1.698.
Catatan Papua Barat News, per 1 April 2020 sudah dua hotel bintang di Papua Barat yang menutup operasi atau setidaknya berjalan dengan biaya minimal dan merumahkan pegawainya. Pengelola hotel berusaha keras tidak mengambil rencana pemutusan hubungan kerja (PHK). Namun, pilihan terpahit itu bisa saja diambil jika sektor usaha ini tak bangkit juga dalam waktu tiga bulan.
Sejumlah pengelola hotel di Manokwari, misalnya, mengambil langkah cukup ekstrem dengan menutup hotel dan merumahkan karyawan sampai batas waktu yang belum ditentukan. Mereka menanti dengan cemas keandalan aparatur negara mengatasi pandemi virus korona. Ada sebagian hotel yang buka, tetapi hanya untuk tamu ke restoran dengan tenggang waktu singkat. Masih ada yang menerima tamu, tetapi amat terbatas dan layanan tidak bisa maksimal.
General Manager Valdos Hotel Manokwari Andi Rahmatan mengatakan bisnis perhotelan sangat terpukul dengan dampak virus corona. Bilamana kondisi ini berlanjut dan masa tanggap darurat diperpanjang, maka bisnis perhotelan bisa ambruk karena minim pendapatan.
”Beberapa hotel tutup karena dalam situasi seperti sekarang tidak ada orang yang menggelar acara. Padahal pendapat hotel itu datang dari orang menginap di hotel dan menggunakan fasilitas yang ada. Namun himbauan untuk tinggal dan kerja di rumah serta melarang adanya keramaian dan kerumunan sesuai dengan protokol penanganan virus korona, maka banyak acara resepsi pernikahan dan rapat dibatalkan penyelenggara. Jadi otomatis tingkat hunian dan pendapatan menurun tajam,” ungkapnya.
Sementara General Manager Swisbell Hotel Manokwari, Adri Syawal menuturkan dulunya dalam sehari okupansi bisa mencapai 70-80 persen, namun dengan merebaknya pandemik virus corona menukik tajam hingga 10 persen.
“Kondisi ini tidak hanya dialami Swisbell Hotel, namun dialami semua hotel yang ada di Papua Barat,” ujarnya.
Butuh stimulus pemerintah
Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Manokwari mengungkapkan industri perhotelan tengah membutuhkan stimulus dari pemerintah di tengah pandemik Covid-19. Stimulus yang diharapkan antara lain penangguhan dan bahkan pengurangan pembayaran listrik hingga pajak dan BPJS para karyawan.
“Pemerintah perlu segera memberikan stimulan. Beban hotel paling besar itu di PLN, gaji karyawan, pajak, hingga BPJS,” kata Andri Syawal, yang juga anggota PHRI Manokwari.
“Apalagi karyawan harus tetap digaji. Itu yang kita harapkan dari pemerintah. Kami tidak minta dalam bentuk uang, tetapi dalam bentuk kebijakan,” lanjut Andri.
Senada dengan Andri, General Manager The Alexsander Hotel Manokwari Didi Firdaus, mengungkapkan, kebijakan berupa stimulus pemerintah dibutuhkan dunia perhotelan.
“Kami tidak membutuhkan uang, tetapi mungkin setidaknya ada kebijakan dari pemerintah untuk menekan pengeluaran. Juga untuk para karyawan mengatasi biaya keseharian mereka,” ujarnya.
Didi berharap pemerintah bisa mengeluarkan sebuah regulasi, atau mungkin stimulant atau kompensasi untuk pajak daerah, apakah mungkin bisa dua sampai tiga bulan kedepan tidak perlu melakukan pembayaran. Didi mencontohkan, stimulus bisa berupa penangguhan biaya listik.
“Kita berharap pemerintah daerah menangkap kondisi yang terjadi, memperhatikan dunia usaha seperti ini, khususnya perhotelan yang sangat terdampak,” harapnya.
Didi mengatakan, meskipun tamu hotel berkurang tapi pihaknya tetap mendukung himbaun pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. (PB23)