PGGP Sebut Kelancaran Perayaan Idul Adha di Papua Barat Kekuatan Toleransi
MANOKWARI — Persekutuan Gereja-Gereja di Papua (PGGP) Provinsi Papua Barat menyatakan bahwa kelancaran perayaan Idul Adha 1445 merupakan efek positif dari kekuatan toleransi yang dipupuk sejak dahulu.
Ketua PGGP Papua Barat Pendeta Daniel Sukan, mengatakan perayaan hari besar keagamaan yang berjalan sesuai ekspektasi tidak terlepas dari partisipasi semua komponen masyarakat.
“Saudara-saudaraku umat Islam sudah merayakan Idul Adha dengan aman dan lancar. Ini berkat nilai-nilai toleransi yang terus dirawat,” kata Daniel di Manokwari seperti dilansir Antara, Selasa (18/6/2024)
Menurut dia moderasi beragama sudah sepatutnya digaungkan secara masif mulai dari tingkat lembaga pendidikan anak usia dini agar generasi muda memiliki pemahaman yang kuat soal toleransi.
Hal tersebut menjadi pondasi dalam melestarikan kerukunan antarumat beragama di seluruh wilayah Papua Barat, sehingga program pembangunan daerah berjalan tanpa hambatan.
“Nilai-nilai toleransi dan kerukunan menjadi satu kekuatan besar dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara,” ucap Pendeta Daniel
Selama ini, kata dia, PGGP bersama organisasi keagamaan lainnya konsisten mengedukasi masyarakat agar tidak terprovokasi dengan isu-isu yang berpotensi merusak keharmonisan.
Tingkat pemahaman masyarakat terkait esensi agama menjadi faktor penting dalam melestarikan keberagaman sekaligus meredam perilaku intoleransi yang menghambat pembangunan.
“Semoga pengorbanan dan ketaatan kepada Tuhan membawa kedamaian bagi pribadi, dan sesama anak bangsa di Papua Barat,” ujarnya.
Pembimbing Masyarakat (Pembimas) Hindu Kantor Wilayah Kementerian Agama Papua Barat I Gusti Ketut Suardana menjelaskan, penerapan moderasi beragama memerlukan keterlibatan semua komponen masyarakat.
Poin penting moderasi beragama adalah cinta kasih dan saling menghormati antarsesama umat manusia, sehingga keberagaman suku, agama, ras, dan golongan diartikan sebagai kekayaan dari alam semesta.
“Kerukunan itu ada tiga, yaitu kerukunan intern umat beragama, kerukunan antarumat beragama, dan kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah,” ucap Ketut Suardana. (ant)