RPH Jadi Kebutuhan Krusial Menjamin Kualitas Daging
MANOKWARI, papuabaratnews.co – Kehadiran rumah potong hewan (RPH) menjadi hal paling krusial untuk menjamin kualitas daging. Melalui RPH dapat dilakukan pemerikasaan baik antimortem (sebelum pemotongan) dan postmortem (setelah pemotongan).
Sementara diketahui RPH yang ada di Manokwari saat ini merupakan RPH khusus untuk ternak ruminansia besar, yakni sapi.
“Pemeriksaan sebelum pemotongan kita melihat secara manual kondisi kesehatan dari ternak sapi, dan dilanjutkan pemeriksaan postmortem untuk melihat kondisi bagian organ dalan, apakah layak atau tidak untuk dikonsumsi,” papar Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Manokwari, Nixon Karubaba saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (20/5/2021).
Dia mengatakan bahwa ternak sapi yang dipotong melalui RPH dapat dipastikan lebih aman dan berkualitas. Sedangkan tujuan RPH adalah untuk mendapatkan daging sehat, utuh dan halal (ASUH).
“Ini untuk memberikan perlindungan konsumen, bagaimana mendapatkan pangan yang aman,” sebut Nixon.
Sementara itu, terkait rencana penggusuran RPH yang juga terdampak perpanjangan runway Bandara Rendani, Nixon menjelaskan pihaknya telah menyiapkan lahan baru yang berlokasi di Maripi Distrik Manokwari Selatan, yang pembangunannya baru 20 persen.
Pembangunan RPH yang baru kata Nixon, dibangun sejak tahun 2018 dan sempat terhambat karena tidak ada anggaran selama dua tahun terakhir, yakni 2020 dan 2021.
“Catatan bagi kita bagaimana pemda melalui dinas pertanian tetap mengusulkan itu, agar pembangunan RPH itu bisa selesai,” ungkapnya.
Jika melihat deadline waktu yang diberikan yakni hingga Oktober nanti, menurutnya kemungkinan kecil pihaknya dapat menyelesaikannya dalam waktu singkat.
Kendati demikian, kata Nixon, pihaknya tetap akan mengusulkan sesuai dengan prosedur yang ada. Namun karena sifatnya krusial, terpaksa pihaknya harus menyiapkan tempat pemotongan hewan sementara, minimal berstandar untuk mendapatkan daging yang ASUH.
“Untuk tempat pemotongan sementara kita sedang berkoordinasi mencari lokasi yang tepat. Tempatnya harus strategis, harus ada air, bagaimana pembuangan limbahnya, semua harus dipertimbangkan. Kita akan menetapkan dalam waktu dekat,” jelasnya.
Sementara itu, aktivitas RPH di Rendani saat ini masih berjalan normal. Adapun jumlah sapi yang dipotong setiap harinya mencapai 8 hingga10 ekor dan terjadi kelonjakan pada Hari Raya Idul Fitri sebanyak 24 sampai 26 ekor per hari.
“Itu yang resmi dipotong di RPH, tetapi juga ada pemotongan diluar RPH. Seharusnya wajib dilakukan di RPH, kalaupun diluar tetapi tempatnya harus memenuhi standar dan harus diawasi oleh petugas,” bebernya.
“Tindakan kami sejauh ini masih dalam tahap pembinaan sosialisasi dan belum ada tindakan ketegasan,” tutup Nixon. (PB19)
**Berita ini Telah Diterbitkan di Harian Papua Barat News Edisi Jumat 21 Mei 2021