Kampung Kariuw di Maluku Dibakar, Sejumlah Warganya Tewas
AMBON – Kampung Kariuw di Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, dibakar sekelompok orang yang datang dari luar. Hampir semua warga kampung mengungungsi ke tengah hutan. Sejumlah warga dilaporkan meninggal.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, aksi penyerangan dan pembakaran itu terjadi pada Rabu (26/1/2022) dini hari. Penyerangan dilakukan puluhan pria. Diduga, kelompok ini datang membawa senjata api berupa senapan dan bom. ”Puluhan rumah habis,” kata sumber di lokasi pada Rabu pagi.
Berdasarkan video amatir yang diambil dari laut, asap mengepul di kampung itu, sementara video dari dekat menunjukkan api melahap rumah warga. Sumber itu juga menyebutkan empat warga Kariuw meninggal akibat penyerangan. Identitas korban meninggal adalah YP, HP, AT, dan satu korban lagi masih diidentifikasi.
Kampung Kariuw yang ada di Pulau Haruku dapat dicapai dari Ambon dengan waktu tempuh kurang dari 25 menit. Asap yang mengepul di Kariuw dapat terlihat dengan jelas dari sisi timur Ambon.
Menahan diri
Lewat siaran pers, Kepala Kepolisian Daerah Maluku Inspektur Jenderal Lotharia Latif mengimbau warga yang berkonflik di Pulau Haruku untuk menahan diri. Saat ini, aparat keamanan sudah dikerahkan untuk melakukan pengamanan.
Imbauan itu disampaikan melalui Kabid Humas Polda Maluku Komisaris Besar M Roem Ohoirat. Polisi menyebut, konfik itu berawal dari bentrokan yang terjadi antarwarga Desa Ori dan Kariuw. Bentrok terjadi karena kesalahpahaman sejak Selasa (25/1).
”Kami minta warga juga tidak terpengaruh dengan isu-isu menyesatkan karena kita sudah berada di lokasi untuk melakukan pengamanan dan penyelidikan,” kata Roem.
Menurut dia, Kapolresta Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease, Dandim Ambon, beserta Bupati Maluku Tengah sedang menuju lokasi kajadian.
”Sekali lagi kami minta warga menahan diri karena kami sedang melakukan penyelidikan. Kita akan mengambil tindakan tegas kepada pihak-pihak yang terlibat,” katanya.
Sementara itu, Ketua Komnas HAM Provinsi Maluku Benediktus Sarkol mengatakan, pihaknya masih mengumpulkan informasi terkait kejadian tersebut.
”Kesimpulan sementara kami adalah aparat keamanan tidak mampu mencegah terjadi peristiwa berdarah itu,” katanya. (KOM)