NASIONAL

Sebagian WNI Berhasil Keluar dari Ukrania

JAKARTA – Puluhan warga Indonesia masih terdampar di sejumlah kota di Ukraina hingga kemarin, 27 Februari, akibat invasi Rusia ke Ukraina. Sebagian lagi dari mereka berhasil mengungsi ke negara tetangga Ukraina serta berkumpul di kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kyiv, ibu kota Ukraina.

Kementerian Luar Negeri mencatat 25 WNI yang berada di Odessa—terletak di selatan Ukraina yang menghadap Laut Hitam—ikut evakuasi bersama warga lokal menuju Rumania, Senin dinihari. Mereka menggunakan bus ke Rumania.

Mereka memilih langsung ke Rumania dibanding berkumpul di Kyiv karena lebih cepat dan aman. Jarak dari kota terbesar ketiga di Ukraina itu dengan Rumania lebih dekat dibanding jarak ke Kyiv. Mereka hanya butuh empat jam perjalanan darat dari Odessa ke Rumania. Sedangkan perjalanan darat dari Odessa ke Kyiv dua jam lebih lama dibanding ke Rumania.

Minggu siang waktu setempat, mereka tiba di gedung KBRI di Bukares. Mereka dalam keadaan sehat saat tiba di Rumania. “Saya terus pantau langsung pergerakan posisi mereka,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Minggu (27/2/2022).

Kementerian Luar Negeri mengatakan staf KBRI Bukares menjemput para pengungsi Indonesia dari Odessa itu. Retno juga menyerukan pentingnya safe passage atau jalur aman mengungsi. Protokol serupa tidak hanya berlaku bagi orang Indonesia, tapi juga bagi semua warga negara asing, termasuk warga Ukraina.

Kedutaan Besar Indonesia di Kyiv juga terus menerima WNI yang hendak berlindung. Pada hari kedua invasi Rusia ke Ukraina, sebanyak 72 WNI berkumpul di kantor KBRI di Kyiv. Mereka adalah orang sipil dan pegawai kedutaan besar. Jumlah WNI yang berlindung di KBRI Kyiv menjadi 82 orang pada hari keempat invasi Rusia atau pada Ahad.“Ada yang baru bisa datang berkumpul,” kata seorang staf KBRI Kyiv.

Saat ini Pemerintah Kota Kyiv menerapkan jam malam. Selama dua hari terakhir, warga Ibu Kota dilarang ke luar rumah, dari pukul 17.00 hingga pukul 08.00. Aturan jam malam ini sebagai strategi Ukraina untuk membedakan warga sipil dan para penyusup dari Rusia.

Invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada Kamis pekan lalu. Militer Rusia mengepung Ukraina dari tiga sisi. Di selatan lewat Crimea, wilayah yang dianeksasi Rusia pada 2014. Di sisi utara, lewat Belarusia, negara yang bertetangga dengan Ukraina. Serta di sisi timur, lewat Donetsk dan Luhansk. Kedua daerah ini sudah memproklamasikan diri sebagai wilayah merdeka serta pro-Rusia. Perang Rusia-Ukraina ini sudah berlangsung selama empat hari.

Warga Indonesia di Kyiv menceritakan bahwa suara tembakan terdengar dari gedung KBRI, yang terletak di pusat Ibu Kota. Suara tembakan tak berhenti terdengar dari kejauhan. Pada malam hari, langit memerah akibat ledakan. Suara sirene tanda darurat setidaknya berbunyi empat kali dari subuh hingga siang pada Minggu.

“Kami bersembunyi di basemen kalau sirene berbunyi dan kalau ada bom yang kami rasa sudah dekat,” kata Vanda Sakina, seorang warga Indonesia yang saat ini berlindung di KBRI Kyiv. Vanda bersama suami dan dua anaknya berlindung di gedung kedutaan besar.

Selain di Kyiv dan Odessa, Kementerian Luar Negeri mencatatkan ada sembilan WNI yang berada di Chernihiv, kota di utara Ukraina yang berdekatan dengan Chernobyl; empat orang di Kharkiv, kota di timur Ukraina yang kini dikuasai sepenuhnya oleh tentara Rusia,; dan tiga orang di Lviv, kota di barat Ukraina yang cenderung sedikit lebih aman karena lebih dekat dengan Polandia.

Persediaan makanan menjadi persoalan lain di KBRI Kyiv, selain masalah keamanan. Seorang WNI yang sedang berlindung di kantor kedutaan besar mengatakan warga dan staf tak berani ke luar area kedutaan besar untuk membeli makanan di supermarket selama akhir pekan ini.

“Sudah mulai menipis,” kata warga Indonesia ini. “Kami sudah enggak bisa keluar karena langsung ditembak, dianggap musuh.”

Beberapa narasumber mengatakan staf KBRI dan WNI masih merasa lebih aman jika berlindung di gedung kedutaan besar dibanding keluar dari kota maupun berkendara menuju Lviv hingga ke Polandia. Kondisi jalan dan kota masih tak aman, bahkan jika mereka melakukan evakuasi pada siang hari sekalipun.

Sejumlah media internasional melaporkan bahwa pasukan Rusia mulai merangsek ke pinggiran Kota Kyiv. Bandar udara militer di pinggiran kota dilaporkan sudah dikuasai militer Rusia. Kini terjadi pertempuran di antara kedua pihak di jalan-jalan, meski pusat kota dan gedung-gedung pemerintahan masih dalam kendali militer Ukraina.

Media internasional Reuters melaporkan bahwa ada ratusan ribu warga Kyiv yang hingga hari keempat perang diyakini berlindung di rumah untuk menghindari perang di jalan. Ribuan warga Ukraina lainnya mengungsi di stasiun kereta bawah tanah yang juga berfungsi sebagai bunker.

Reuters juga melaporkan bahwa pengungsi di stasiun kereta bawah tanah itu meracik bom molotov sebagai senjata untuk melawan invasi Rusia. Bom molotov itu lantas disebar ke berbagai penjuru kota. (TMP/RTR/RED)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.