Semua Bangunan Runtuh Seperti Kertas
ANKARA – Orang-orang Turki yang selamat dari salah satu gempa bumi paling dahsyat di kawasan ini, telah menyampaikan pengalaman mengerikan mereka saat berusaha menyelamatkan diri dari puing reruntuhan bangunan. Sebagaimana digambarkan reruntuhan bangunan akibat gempa ini ibarat, “terlipat seperti kertas”.
Di antara mereka yang selamat adalah Berjin dan sepupunya Rojhat, yang sedang berlibur di Provinsi Diyarbakir, tenggara Turki. Mereka berencana akan kembali ke kampung halaman mereka, Van, di timur negara itu, sebelum akhirnya gempa melanda.
Pada Senin (6/2/2023), dini hari, guncangan gempa datang mengejutkan hingga menghancurkan bangunan tempat Rojhat. Saat itu, sepupunya yang juga seorang pemain sepak bola setempat, masih dalam kondisi tidur. Setelah gempa meruntuhkan bangunan tempat Rojhat berada, layanan darurat datang untuk menyelamatkan orang-orang dari puing-puing.
Berjin yang sudah selamat, menunggu berjam-jam di depan gedung yang runtuh dalam keadaan putus asa. Setelah Rojhat diselamatkan, keduanya kembali ke Van, tempat gempa susulan terjadi beberapa jam kemudian. “Tolong hentikan, ini gempa yang sangat kuat, tolong hentikan,” teriak Berjin dalam video yang merekam lampu dan furnitur yang bergetar di rumahnya.
Berjin, yang diwawancarai Arab News, dibiarkan menunggu di luar rumahnya yang hancur dalam suhu minus 15 derajat Celsius setelah gempa kedua. Bangunan itu adalah salah satu dari banyak bangunan di kota yang belum direnovasi setelah gempa bumi 2011, yang juga menewaskan ratusan orang.
Turki memulai pekan ini dengan gempa berkekuatan 7,8 skala Richter (SR) yang menghancurkan dan mematikan. Gempa ini menjadi salah satu yang paling kuat yang melanda wilayah itu dalam beberapa dekade, hingga menewaskan lebih dari 1.500 orang di negara itu, termasuk di negara tetangga Suriah.
Tercatat juga sekitar 3.000 bangunan hancur akibat dahsyatnya gempa yang melanda. Gempa tersebut terjadi tepat setelah pukul 04.00 Senin pagi waktu setempat, sekitar 23 kilometer sebelah timur Nurdagi, Provinsi Gaziantep, pada kedalaman 24,1 kilo meter, menurut data Survei Geologi AS.
Gempa tersebut juga menghancurkan sebagian wilayah Suriah, merenggut ratusan nyawa di negara tersebut. Lebanon, Yordania, Israel, dan Mesir juga ikut merasakan guncangan gempa yang kuat. Kemudian gempa susulan kembali terjadi lagi dengan berkekuatan 7,5 magnitudo pada Senin siang, dengan pusat gempa tercatat di dekat Provinsi Kahramanmaras, bagian tenggara Turki.
Sebuah rumah sakit di tenggara Provinsi Sanliurfa hancur total akibat gempa, dengan banyak pasien yang terjebak di bawah reruntuhan. Sementara itu, Turki menghentikan aliran minyak ke terminal ekspor Ceyhan selatan sebagai tindakan pencegahan.
Cerita seorang penyintas, Ozcan Karakoc, seorang guru di sekolah negeri di Diyarbakir, langsung berlari ke gedung sekolahnya begitu merasakan gempa. Dia terlibat dalam upaya membantu para penyintas di sebelah sekolahnya, dengan menyediakan selimut dan makanan bagi mereka yang diselamatkan dari bangunan terdekat.
Sekolah tersebut berada di Distrik Baglar, salah satu daerah yang paling terkena dampak di Diyarbakir dan merupakan salah satu yang termiskin. “Saya tinggal di Distrik Seyrantepe di Diyarbakir, bangunannya relatif baru dan kami tidak mengalami banyak kerusakan di dalam rumah. Tetapi bangunan di sebelah sekolah kami, kira-kira merupakan bangunan tua berlantai delapan menjadi tempat tinggal lebih dari 200 orang. Gedung tampak terlipat seperti menara kertas dalam hitungan detik,” kata Karakoc kepada Arab News.
Karakoc kini tengah cemas menunggu kabar dari murid-muridnya, dengan banyak yang tinggal di perumahan kumuh di Baglar. Pascagempa, jalanan Diyarbakir dipenuhi orang, termasuk anak-anak, yang mengenakan piyama di tengah cuaca yang sangat dingin.
Penyintas lain, Berrak Demirel, warga lain di Diyarbakir, sedang tidur saat gempa melanda kota. Dia berlari keluar rumah bersama suami dan anak-anaknya ketika gempa kedua berakhir.
“Kami tinggal berjam-jam di luar, tetapi harus kembali ke rumah karena kondisi cuaca yang sangat dingin di kota,” katanya kepada Arab News.
Koordinasikan Bantuan
Angkatan bersenjata Turki mendirikan koridor bantuan udara di zona gempa. Misel Uyar, warga Iskenderun, sebuah kota di Provinsi Hatay selatan, mengatakan bahwa sebuah rumah sakit di daerah tersebut hancur akibat gempa, dengan petugas kesehatan dan pasien di dalamnya.
Beberapa bangunan baru juga ikut runtuh meskipun konon dibangun dengan standar modern, menurut dia. Pelabuhan Iskenderun juga rusak saat gempa. “Itu adalah gempa terkuat yang pernah saya alami,” kata Uyar, seraya menambahkan bahwa banyak bangunan tua di kota itu hancur akibat gempa tersebut.
“Bangunan tua lainnya, hanya beberapa meter dari rumah saya, juga runtuh, dengan beberapa orang meninggal di dalamnya.”
Sementara itu, oposisi utama Wakil Partai Rakyat Republik Ali Oztunc, dari Provinsi Kahramanmaras, hadir di zona gempa selama wawancara dengan Arab News. Menurut dia, semua pemerintah kota setempat dan AFAD, badan bencana, saat ini bekerja sama untuk menyelamatkan orang dan menyediakan kebutuhan mendesak bagi para korban.
Sesar Anatolia Timur berusia 500 tahun, disebut-sebut menjadi alasan terjadinya gempa dahsyat ini. Kebutuhan untuk membangun kota tahan gempa telah menjadi agenda utama di Turki selama bertahun-tahun, dengan para ilmuwan terkemuka memperingatkan pihak berwenang untuk mengambil tindakan segera.
Sekitar 18 ribu orang di Turki tewas pada tahun 1999 dalam gempa berkekuatan 7,4 SR, yang mengguncang wilayah Marmara. Gempa lain yang melanda negara itu pada tahun 1939 menewaskan sekitar 33.000 orang.
Renate Cavdar, seorang guru musik di tenggara Provinsi Gaziantep, terkejut dengan tingkat keparahan gempa tersebut. “Itu terasa sangat kuat. Beberapa jalan diblokir karena rusak akibat gempa, dan buldoser harus membersihkan puing-puing untuk membuka jalan tersebut,” katanya.
“Di Distrik Islahiye, sebuah bangunan tempat tinggal seorang kerabat tua runtuh. Kami sekarang mencoba menjangkau daerah itu untuk mendapatkan informasi darinya,” kata Cavdar.
Berdasarkan laporan terbaru, beberapa politisi lokal juga tewas di wilayah tersebut, yang juga menjadi rumah bagi jutaan pengungsi Suriah. Saat ini, kampus beberapa universitas lokal dibuka untuk menampung para penyintas. Niyazi Buluter, seorang aktivis masyarakat sipil untuk komunitas Roma di Gaziantep, kehilangan enam kerabat akibat gempa, termasuk anak-anak.
Setelah mendeklarasikan status waspada tingkat empat, Turki juga meminta bantuan internasional melalui Pusat Koordinasi Tanggap Darurat, program perlindungan sipil Uni Eropa. Sebagai tanggapan, 45 negara menawarkan bantuan dalam upaya pencarian dan penyelamatan.
“Kami menyampaikan solidaritas dan simpati kami kepada saudara-saudara kami di Suriah dan Turki setelah gempa bumi,” kata Kementerian Luar Negeri Arab Saudi. (REP)