Subvarian BA. 2.7.5 Sudah Ada di Indonesia
JAKARTA – Pasien Covid-19 dengan virus dari subvarian baru BA. 2.7.5 sudah ada di Indonesia. Mengantisipasi penularan, masyarakat diminta menjaga imunitas dengan mengikuti vaksinasi dosis penguat serta tetap menjalankan protokol kesehatan.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan pers seusai rapat terbatas di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (18/7/2022), menyebutkan, subvarian baru virus SARS-COV-2 yang pertama kali dilaporkan di India dan sudah masuk ke 15 negara juga sudah terdeteksi di Indonesia. Setidaknya, sudah ada tiga kasus dengan subvarian baru ini.
Satu pasien berada di Bali. Dia datang dari luar negeri atau kasus ini diimpor dari luar negeri. Adapun dua kasus lain terdapat di Jakarta. ”Kemungkinan besar transmisi lokal. Sedang kita cari sumbernya dari mana,” ujar Budi.
Subvarian BA.2.7.5 yang juga disebut centaurus ini diperkirakan dapat menyebar cepat dan menghindari kekebalan dari vaksin dan infeksi sebelumnya. Namun, belum jelas apakah subvarian ini dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius dibandingkan dengan subvarian Omicron lainnya.
Adapun subvarian yang saat ini mendominasi pasien Covid-19 di Indonesia, yakni BA.5 dan BA.5, menurut Budi, memiliki kemampuan menghindari imunitas yang terbentuk dari vaksinasi. Dua subvarian ini lebih efektif dua sampai tiga kali lipat dalam menembus antibodi yang terbentuk dari vaksinasi ketimbang varian Omicron BA.1. Karena itu, infeksi subvarian BA.4 dan BA.5 sangat mudah terjadi kendati warga sudah divaksin.
Meski demikian, Budi menambahkan, vaksinasi tetap bisa melindungi untuk mengatasi keparahan, seperti harus dirawat di rumah sakit atau mengalami fatalitas dan meninggal. Karena itu, semua warga tetap disarankan untuk segera mengikuti vaksinasi dosis penguat.
”Walaupun ada kemungkinan terkena (setelah divaksin), booster itu terbukti mampu melindungi kita untuk tidak masuk rumah sakit dan kalau, toh, masuk rumah sakit, tingkat fatalitasnya akan sangat rendah,” kata Budi.
Sebaliknya, persentase pasien yang meninggal akibat Covid-19 lebih banyak yang belum divaksin atau baru mengikuti satu dosis vaksin baru satu kali.
”Karena itu, Bapak Presiden memberikan arahan agar vaksinasi booster itu dipercepat. Beberapa kegiatan masyarakat nanti akan kita minta agar diwajibkan vaksinasi booster dengan tujuan untuk melindungi masyarakat,” ucap Budi.
Para jemaah haji yang baru pulang dari Tanah Suci juga sebaiknya didorong untuk mengikuti vaksinasi dosis penguat sembari menunggu di asrama haji sebelum pulang ke rumah masing-masing. Hal ini sudah diterapkan di Jawa Timur dan perlu diterapkan di semua wilayah.
Masih PPKM level 1
Penambahan kasus Covid-19 di Indonesia beberapa pekan ini memang terus meningkat. Namun, lonjakan kasus di Indonesia dinilai masih jauh ketimbang Amerika Serikat yang dalam sepekan menambah 134.000 kasus, Australia 40.000 kasus, India 18.000 kasus, Perancis 90.000 kasus, dan Singapura 9.000 kasus.
Di Indonesia, penambahan kasus baru, Senin (18/7/2022), sebanyak 3.393 kasus. Adapun sejak 13 Juli sampai 17 Juli, penambahan kasus harian secara berturut-turut adalah 3.822 kasus, 3.584 kasus, 3.331 kasus, 4.329 kasus, dan 3.540 kasus.
Kendati demikian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan, transmisi komunitas di Indonesia masih di angka 8/25 per 100.000. ”Jadi, sesuai dengan level WHO, kita masih di level 1,” ujarnya seusai ratas.
Dari evaluasi PPKM, mayoritas wilayah di Indonesia masih di level 1 sampai akhir bulan Juli 2022. Sejauh ini, hanya Sorong Papua Barat yang berada di level 2.
”Dari hasil evaluasi seluruhnya di luar Jawa-Bali, PPKM-nya masih level 1, seperti telah kita putuskan sampai akhir bulan ini dan yang di level 2 hanya di Sorong, Papua Barat,” ujar Airlangga.
Penetapan PPKM level 1 karena beberapa indikator. Tingkat reproduksi efektif dinilai relatif melandai dalam tiga minggu terakhir, yakni dari 1.27 turun menjadi 1.26 dan 1.24. Di luar Jawa-Bali, seperti Sumatera, tingkat reproduksi efektif juga masih 1.29; Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sulawesi di angka 1.18, dan Maluku 1.08.
Dari penambahan kasus, 95 persen terjadi di Jawa-Bali. Di luar Jawa-Bali, kasus dinilai masih rendah dan landai. Beberapa wilayah yang dinilai masih aktif, antara lain, ialah di Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Tengah. Transmisi komunitas di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, juga perlu diwaspadai kenaikannya.
Dari penambahan kasus, 95 persen terjadi di Jawa-Bali. Di luar Jawa-Bali, kasus dinilai masih rendah dan landai. Beberapa wilayah yang dinilai masih aktif, antara lain, ialah di Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Tengah. Transmisi komunitas di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, juga perlu diwaspadai kenaikannya. (KOM)