Mimpi Buruk Tuan Rumah di Pekan Perdana Liga 1
PEKAN Pembuka BRI Liga 1 2023-2024 menjadi mimpi buruk bagi tim tuan rumah. Koleksi hanya 1,6 poin per tim yang tampil di kandang sendiri menjadi catatan terburuk sejak era Liga 1 dimulai pada 2017 silam.
Persija Jakarta menjadi salah satu tim tuan rumah yang gagal memanfaatkan dukungan puluhan ribu dukungan ”Jakmania” di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (3/7/2023) malam. Tim ”Macan Kemayoran” ditahan juara bertahan, PSM Makassar, 1-1.
”Hasil imbang di kandang bukan hasil yang bagus, tetapi juga bukan hasil yang jelek dengan kondisi Persija saat ini,” ujar Andritany Ardhiyasa, kiper sekaligus kapten Persija, dalam konferensi pers seusai laga itu.
Ia merujuk komposisi skuad Persija yang belum lengkap karena belum melengkapi kuota enam pemain asing.
Dengan hasil imbang itu, hanya empat tim tuan rumah dari sembilan laga di pekan pembuka Liga 1 yang meraup tiga poin. Mereka adalah PSIS Semarang, RANS Nusantara, Barito Putera, dan Dewa United. Mereka finis di bawah peringkat ke-13 pada musim lalu. Persentase kemenangan tim-tim tuan rumah saat ini hanya berkisar 44 persen.
Persentase itu serupa hasil di pekan perdana edisi pertama Liga 1 pada 2017. Namun, jika menghitung rerata poin, pada musim 2017, tuan rumah mendapatkan 1,7 poin per tim di pekan pertama. Pada musim 2023-2024, tim-tim tuan rumah hanya mengoleksi 1,6 poin per tim.
Selain Persija, tim-tim tuan rumah lainnya yang gagal meraih hasil positif adalah Persib Bandung, Persik Kediri, Persis Solo, dan Bali United. Kelima tim itu adalah tim-tim yang berambisi bersaing di papan atas musim ini. Persija, Persib, dan Persik, hanya mengantongi satu poin. Sedangkan Persis dan Bali kalah di rumah sendiri.
Pada pekan pembuka, PSIS menduduki posisi puncak berkat kemenangan 3-1 atas Bhayangkara FC di Stadion Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah, Senin malam. Sementara Barito dan Persebaya melengkapi tiga besar dengan koleksi tiga poin. Ketiga tim itu hanya unggul produktivitas gol dibandingkan RANS, Dewa, dan PSS Sleman.
Hasil imbang melawan PSM membuat Persija gagal menang di laga pembuka pada lima musim terakhir. Dalam lima musim itu, Persija menelan empat hasil imbang dan sekali kalah. Persija sejatinya menang, 2-0, atas Borneo FC pada duel pertama musim 2020. Akan tetapi, kompetisi itu dihentikan akibat pandemi Covid-19.
Menurut Pelatih Persija Thomas Doll, banyaknya kesalahan di babak pertama menjadi penyebab utama timnya gagal menang. Namun, ia mengapresiasi perubahan para pemain Persija di babak kedua. Mereka tampil lebih baik untuk menguasai bola dan mengkreasikan peluang.
”Kami tidak apa-apa mendapatkan hasil 1-1. Kami memiliki tim yang masih terus berproses,” kata Doll.
Adapun PSM masih menjaga rekor tidak terkalahkan di laga pembuka dalam enam musim beruntun di era Liga 1. Rekor mereka di laga pembuka musim Liga 1 adalah empat kemenangan dan dua kali imbang.
Meski begitu, tim ”Juku Eja” masih belum bisa menumbangkan Persija pada tiga duel di bawah asuhan pelatih asal Portugal, Bernardo Tavares. Pada musim lalu, Persija adalah satu-satunya tim yang tidak bisa dikalahkan PSM pada dua pertemuan dengan hasil sekali imbang dan satu kekalahan.
Tavares kecewa dengan hasil imbang di Jakarta. Ia menilai, gol Persija tidak akan terjadi apabila wasit lebih jeli melihat pemainnya yang tengah terjatuh ketika Persija sedang membangun serangan yang berbuah gol. Gol Persija dicetak Matsumura pada menit ke-81.
”Wasit bukan dokter karena mereka tidak bisa menilai kondisi pemain ketika terjatuh. Saya tak masalah jika wasit memberikan 10 atau 20 menit tambahan waktu. Tetapi, jika ada pemain jatuh, permainan harus dihentikan,” kata Tavares.
Identitas PSM
Pada laga di Jakarta, PSM mempertahankan identitas khas permainan mereka yang memanfaatkan transisi serangan balik cepat dan bola mati untuk mengancam gawang Persija. Hasilnya, Juku Eja telah unggul lebih dulu melalui tandukan gelandang, Kenzo Nambu, pada menit ke-12.
Gol itu adalah satu-satunya peluang tepat sasaran yang dihasilkan PSM ke gawang Persija yang dikawal kiper senior, Andritany Ardhiyasa. Nambu, pemain berpaspor Jepang, memanfaatkan umpan tendangan bebas yang dieksekusi pemain sayap, Yance Sayuri.
Setelah unggul, PSM bermain dengan blok pertahanan rendah untuk mengantisipasi kecepatan trisula lini depan Persija, yakni Riko Simanjuntak, Witan Sulaeman, dan Ryo Matsumura. Permainan disiplin dan kokoh PSM tidak lepas dari kekompakan pemain utama yang komposisinya tidak berubah dibandingkan tim yang memenangkan gelar juara musim lalu.
“Gelar juara musim kemarin adalah masa lalu. Jangan berikan tekanan kepada pemain saya karena target saya adalah membuat tim lebih baik dari gim ke gim. Sebab, banyak tim memiliki dana lebih kuat dari kami untuk membangun tim,” ucap Tavares.
Meskipun menguasai 80 persen penguasaan bola, Persija hanya bisa menghasilkan empat tembakan tepat sasaran. Salah satu tembakan yang dihasilkan Matsumura membantu Persija terhindar dari kekalahan. Setelah gol itu, Persija gagal memberikan ancaman berarti untuk pertahanan tim tamu.
Persija pincang
Berbeda dengan PSM, yang tetap tampil dengan tim utama musim lalu, kekuatan Persija pincang. Mereka tidak bisa memainkan dua pemain asing, yaitu bek Onrej Kudela yang masih dibekap cedera serta penyerang Marko Simic yang masih terkendala masalah visa. Kedua pemain itu hanya bisa mendukung rekan setim dari tribune royal box Stadion Utama GBK.
Alhasil, Doll hanya bisa memainkan satu pemain asing baru, Matsumura. Sebagai gantinya, juru taktik asal Jerman itu memainkan empat pemain muda di bawah 23 tahun atau lebih banyak dibandingkan satu pemain yang menjadi regulasi Liga 1 musim ini. Pemain muda itu adalah Witan, Rio Fahmi, Muhammad Ferrari, dan Rizky Ridho. (KOM)