Terancam Jadi ”Musafir”, Klub Butuh Solusi
PERHELATAN Piala Dunia U-17 yang bersinggungan dengan Liga 1 mau tidak mau akan membuat klub yang stadionnya ditunjuk sebagai arena pertandingan harus mengungsi. Kondisi ini bukan sekali dirasakan oleh klub. Saat Indonesia mempersiapkan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, klub di enam kota yang menjadi arena pertandingan merasakan pahitnya jadi tim ”musafir”. Untuk meminimalkan kerugian, mereka berharap PSSI bisa memberikan solusi yang sama-sama menguntungkan.
Meski FIFA telah mengumumkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) belum memastikan jumlah dan lokasi penyelenggaraan turnamen sepak bola kelompok usia tersebut. Ketua Umum PSSI Erick Thohir tidak menjamin enam stadion yang sebelumnya dipersiapkan untuk menggelar Piala Dunia U-20 akan kembali diajukan untuk Piala Dunia U-17. Erick memilih menunggu perwakilan FIFA datang ke Indonesia untuk mengecek stadion-stadion yang dinilai layak menjadi arena pertandingan.
PSSI menyiapkan enam stadion sebagai arena pertandingan Piala Dunia U-20 sebelum status tuan rumah Indonesia dicabut oleh FIFA seiring timbulnya penolakan terhadap tim Israel. Keenam stadion itu adalah Stadion Utama Gelora Bung Karno (Jakarta), Stadion Si Jalak Harupat (Bandung), Stadion Manahan (Solo), Stadion Gelora Bung Tomo (Surabaya), Stadion Kapten I Wayan Dipta (Bali), dan Stadion Gelora Sriwijaya (Palembang).
Kans keenam stadion itu kembali menjadi arena pertandingan Piala Dunia cukup besar walau Erick belum memberikan kepastian. Dari sisi kesiapan infrastruktur, keenam stadion itulah yang paling siap menyelenggarakan Piala Dunia U-17 pada 10 November hingga 2 Desember 2023. Terbatasnya waktu untuk mempersiapkan Piala Dunia membuat peluang PSSI mengajukan stadion lain sebagai arena laga terhitung kecil.
Maka, pengalaman menjadi tim musafir sangat mungkin kembali dirasakan beberapa klub Liga 1, salah satunya Persis Solo. Oleh karena Stadion Manahan harus disterilkan demi kelancaran proses renovasi jelang Piala Dunia U-20, Persis terpaksa mengarungi putaran kedua Liga 1 musim 2022-2023 dengan bermarkas di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
”Terkait stadion yang mungkin dipakai lagi, memang Persis bisa dirugikan. Dalam artian kita jadi tim musafir lagi seperti kemarin. Itu agak susah,” ujar Presiden Pasoepati, kelompok pendukung Persis Solo, Sri Agus atau biasa disapa Agus Warsoep, Jakarta, Minggu (25/6/2023).
Ada tantangan tersendiri bagi tim yang bertanding jauh dari markasnya. Tantangan pertama adalah berkurangnya pemasukan klub dari penjualan tiket pertandingan. Agus menjelaskan, terjadi penurunan jumlah pendukung yang datang langsung ke stadion akibat jarak mereka tempuh semakin jauh. Bila bermarkas di Stadion Manahan, Persis setidaknya bisa kedatangan 10.000 suporter. Jumlah itu menurun cukup drastis saat harus bermain jauh dari Solo.
Artinya, menjadi tim musafir akan merugikan klub dan juga suporter. ”Ruginya bagi kami, jadinya mendukung klub itu tidak maksimal. Kalau klub (kerugiannya) ke berkurangnya pemasukan. Kami sebagai suporter jelas senang Indonesia bisa terpilih kembali menjadi tuan rumah Piala Dunia (kelompok usia). Setelah kegagalan U-20 kemarin yang sangat mengecewakan, ini (Piala Dunia U-17) jadi semacam obat penawar luka. Tetapi, tetap untuk klub sebaiknya ada solusi yang sama-sama menguntungkan,” kata Agus.
Solusi yang dimaksud Agus seperti masa sterilisasi stadion yang tidak terlalu lama sehingga kalaupun harus bermarkas di luar kota, klub tidak terlalu dirugikan. Saat menjadi tim musafir beberapa bulan lalu, Persis berbulan-bulan tidak bisa bermain di Stadion Manahan. Kini, karena infrastruktur stadion sudah sangat matang dan tidak perlu renovasi dari nol lagi, Agus merasa PSSI bisa memperpendek jangka waktu klub untuk bermain di luar kota.
Solusi kedua, PSSI bisa menghentikan sementara Liga 1 selama perhelatan Piala Dunia U-17. Dengan begini, klub tidak harus bermarkas di luar kota sehingga juga akan menghemat pengeluaran. Setelah Piala Dunia U-17 usai, klub bisa segera menggunakan markas mereka kembali. Namun, solusi ini besar kemungkinan tidak akan terwujud karena PSSI sudah memutuskan Liga 1 tetap berjalan sesuai jadwal saat Piala Dunia U-17 bergulir.
Harapan agar PSSI bisa memberikan solusi yang menguntungkan semua pihak (win-win solution) juga disampaikan Direktur Utama Persib Bandung Teddy Tjahjono. Persib juga sempat menjadi tim musafir dengan bermarkas di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, lantaran Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) direnovasi untuk dipersiapkan sebagai latihan lapangan tim-tim Piala Dunia U-20.
Akan tetapi, kali ini Teddy mengaku tidak khawatir Persib akan kembali berpindah markas. Menurut Teddy, situasi jelang Piala Dunia U-20 berbeda dengan Piala Dunia U-17. ”Sekarang komunikasi dan koordinasi dengan PSSI berjalan dengan sangat baik dan ini pasti akan ada win-win solution yang baik dari PSSI supaya Persib masih bisa memakai GBLA dan Stadion Sidolig,” kata Teddy melalui pesan singkat. (KOM)