Polisi Selidiki Anggaran Pembangunan Jalan Mamey-Bintuni
MANOKWARI, papuabaratnews.co – Kepolisian Daerah (Polda) Papua Barat sedang melakukan penyelidikan proyek pembangunan Jalan Trans Papua Barat, tepatnya di Mamey, Distrik Tahota, Kabupaten Manokwari Selatan, dengan anggaran tahun 2018 senilai Rp 21 Miliar.
Ditkrimsus Polda Papua Barat melalui Kanit Tipikor AKP Tommy Pontororing mengatakan, penyelidikan ini dilakukan setelah banyaknya keluhan dari masyarakat tentang ruas jalan yang menghubungkan antara Kabupaten Manokwari Selatan dan Kabupaten Teluk Bintuni, yang sulit dilewati, apalagi di saat musim penghujan.
“Massa anggaran sebesar itu, tapi hasil pekerjaan sepeti ini. Yang tadinya bisa dilalui 6-8 jam, kini bisa 3-4 hari,” ungkap AKP Tommy Pontororing kepada wartawan, Selasa (4/6/2019).
Menurut Tommy, penyidik saat ini masih melakukan pengumpulan bahan keterangan. “Kami masih dalami pekerjaan ini dan masuk skala prioritas,” tukasnya.
Salah satu alasan dilakukan penyidikan karena pekerjaan jalan yang diduga tidak sesuai dengan besaran dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2018.
Secara terpisah, Kasatker Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Wilayah IV Bintuni Benyamin Elieser Pasurnay mengaku pekerjaan jalan Manokwari Selatan-Teluk Bintuni, tepatnya di Distrik Tahota, untuk anggaran tahun 2018 sudah selesai.
“Jalan di Mamey, Distrik Tahota ke arah Distrik Isim yang rusak sekitar 8 kilometer, itu masuk penanganan anggaran 2019. Sedangkan 2018 adalah pekerjaan jalan antara Tahota –Lokpon, dan sudah selesai. Rencananya akan diaspal, tapi menunggu pemeliharaan tuntas di Juni 2019, sehingga pekerjaan tidak tumpang tindih,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, untuk total pengaspalan, ditargetkan sepanjang 5 kilometer. Namun, kemungkinan akan dikurangi lantaran terjadi kerusakan di ruas jalan bagian depan.
Menurutnya, ruas jalan di Distrik Tahota ke arah Distrik Isim sudah bisa dilewati meski kondisinya masih rusak, telah disiapkan 3 eksavator.
“Alat berat milik PT. Job Mulia Bersama, disiapkan di ruas jalan rusak agar tidak ada kendaraan yang terjebak lumpur. Selain itu juga terdapat greder dan 1 unit doser 1,” ujarnya.
“Saya juga sudah bertemu pihak perusahaan PT Mamberamo, mengingat jalan ini masih milik perusahaan dan bagi pengguna jalan harus mengurangi beban muatan minimal 10 ton agar jalan itu tidak tambah rusak,” katanya.
Tidak Ada Alat Berat
Pemantauan yang dilakukan papuabaratnews.co dan sejumlah awak media di jalan rusak parah di trans Papua Barat Distrik Tahota, Manokwari Selatan, Sabtu (8/6/2019), menunjukkan tak ada aktivitas alat berat di lokasi.
Akibatnya, sejumlah supir mobil 4-wheel drive yang melayani transportasi umum Manokwari-Teluk Bintuni terpaksa menghentikan kendaraan mereka, lalu berjalan kaki untuk memastikan kondisi jalan agar mobil tidak terjebak dalam lumpur.
Petrus Tandilimbong, salah satu supir mengatakan tidak ada alat berat yang siaga. Dia berjalan kaki dari Gunung Pasir menuju camp PT Job Mulia Bersama. Selama berjalan sekira 1 jam dia tidak melihat ada aktivitas alat berat yang memperbaiki jalan.
“Hanya doser (bulldozer, red) yang ada di Gunung Pasir. Tapi sudah lewat,” ujarnya.
Menurutnya, di hari-hari sebelumnya sempat ada alat berat yang siaga. Juga ada ada alat berat yang menarik kendaraan yang terjebak lumpur.
“Supir biasanya patungan memberikan sejumlah uang secara iklas. Kadang 100 ribu, kadang 50 ribu satu supir ke pengemudi alat berat,” ungkapnya.
Dia lalu mengatakan buruknya kondisi jalan ini sudah lama terjadi. “Kadang bagus kalau perusahaan lagi beraktivitas. Kalau tidak, jalan hancur lagi. Kasihan kalau kita bawa masyarakat, (mereka) itu menderita sekali,” ungkapnya.
Dalam kondisi normal, mereka hanya memerlukan 5-6 jam untuk menempuh Bintuni Manokwari. Namun dalam kondisi jalan rusak, bisa 3-4 malam.
Sementara itu, Kasatker PJN IV Bintuni Benyamin Elieser Pasurnay mengatakan jalan rusak tidak sampai 5 km, hanya tersisa 3 km.
“Yang dua kilometer kita sudah perbaiki,” ujar Benyamin yang tiba 30 menit setelah para wartawan tengah memantau lokasi dan mewawancarai masyarakat yang terpaksa turun dari mobil lalu berjalan kaki melewati ruas jalan rusak itu.
Mobil plat merah nopol DS 5917 PBA warna hitam yang dikemudikan Benyamin itu melintas terus. Tak lama setelah melintas, mobil itu memutar balik ke arah camp lantaran kondisi jalan yang berlumpur.
Benyamin mengatakan mau meninjau ke bagian ujung jalan, tapi putar balik untuk meminta bulldozer mengeruk lumpur.
“Solusinya tinggal tunggu cuaca saja. Kalau cuaca panas atau mendukung, baru bisa kerja. Kalau tidak ya tetap begini terus. Kapan pun saya kerja dan saya keruk, tetap begini terus. Saya mau coba tambah alat lagi. Setidaknya saat hujan bisa mengurangi kerusakan,” ungkapnya.
Dia laku menyatakan tidak benar soal tidak ada alat berat yang siaga di jalan tersebut. “Alat sudah kita turunkan, ekskavator sudah tiga, satu rusak karena rantai ke luar. Satunya bekerja di dekat camp, satunya lagi ditempatkan di ujung jalan lumpur. Kita sementara meminta bantuan dua unit lagi, tapi kemungkinan tiba sor (Sabtu sore, red),” ungkapnya.
Soal kondisi jalan yang berlumpur itu, menurut Benyamin karena kondisi hujan.
Pantauan papuabaratnews.co , tidak lama setelah Kasatker tiba di lokasi, alat berat langsung melakukan pengerukan.
Klaim Sudah Perbaiki
Sebelumnya, seorang warganet dengan akun @yosetiyanto memprotes buruknya jalan Trans Papua Barat, tepatnya di Jalan Manokwari-Bintuni yang dipenuhi lumpur itu. Untuk melintasi jalan sepanjang 5 kilometer itu harus dilalui 3-4 hari lantaran jalan yang rusak parah.
Cuitan protes itu pun direspons oleh akun resmi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bina Marga. Pihak Bina Marga justru mengklaim bila jalan yang dimaksud sudah diperbaiki, aksi saling adu argumen pun terjadi antara si warganet dengan admin Bina Marga.
Awalnya, akun @yosetiyanto mengunggah beberapa foto penampakan Jalan Manokwari-Bintuni yang dipenuhi lumpur. Ia mengaku sudah sering mengajukan protes kepada pemerintah namun belum mendapatkan respon dari pemerintah pusat.
“Berikut ini kondisi terkini Mei 2019, pada Jalan Trans Papua Barat. tepatnya Jalan Manokwari-Bintuni, jalan sepanjang 4 Km ini harus kami tempuh dengan waktu 4 hari 4 malam. Beberapa bulan lalu sempat saya bagikan tapi tidak ada respon dari pemerintah pusat,” tulis @yosetiyanto, Rabu (29/5/2019).
Dalam foto yang diunggah, tampak jalanan tersebut dipenuhi lumpur yang cukup dalam. Beberapa mobil pun terpaksa diderek lantaran tak mampu menembus tebalnya lumpur di jalan tersebut.
Akun tersebut menjelaskan, kerusakan jalanan sudah terjadi sejak Februari 2019 lalu namun belum mendapatkan perbaikan dari pemerintah. Terlebih saat musim penghujan tiba, kondisi lumpur semakin tinggi sehingga semakin menyulitkan para pengendara yang hendak melintasi jalan tersebut.
Protes dari akun tersebut pun mendapat respon dari akun resmi Bina Marga. Bina Marga mengunggah sebuah video yang menunjukkan jalanan sudah dalam keadaan teraspal rapih, akun resmi tersebut mengklaim kondisi jalan sudah baik.
“Selamat pagi, foto-foto diatas diambil kapan ya? Karena data kondisi terakhir Jalan Manokwari-Bintuni di kami seperti dalam video kami ini,” kata akun @info_binamarga.
Akun @yosetiyanto pun mengklaim bila foto diambil pada Mei 2019. Bahkan, ia pun mengunggah cuitan protes serupa yang pernah diajukan melalui sosial media pada Februari 2019 lalu.
“Foto diambil Mei 2019, lokasi jalan yang rusak berada di daerah Distrik Tahota, Mamey, Manokwari Selatan. Jika berkenan silakan kirim tim untuk memantau langsung,” ungkap akun @yosetiyanto.
Akun resmi Bina Marga pun bersikeras bila jalan yang dimaksud oleh warganet itu sudah diperbaiki dan dalam kondisi teraspal dengan baik.
“Baik mas, terima kasih masukannya. Sebagai informasi secara bertahap kondisi ruas jalan tersebut sudah kami tangani dan kondisi terakhir tergambar dalam video kami ini,” balas akun Bina Marga.
Untuk diketahui, dari hasil penelusuran papuabaratnews.co diketahui pembangunan Jalan Trans Papua mulai digenjot oleh pemerintah. Sebagian Jalan Trans Papua Barat, tepatnya Jalan Manokwari-Bintuni sudah mulaii diperbaiki oleh pemerintah, namun masih ada beberapa titik yang belum diperbaiki dan dalam kondisi kerusakan begitu parah. (PB14/RED)