Wacana

Perpustakaan Abad Ke-21

ABAD ke-21 telah menjadi era transformasi digital yang membawa dampak signifikan pada berbagai aspek kehidupan, termasuk perpustakaan sebagai pusat pengetahuan dan informasi yang juga mengalami perubahan fundamental. Perpustakaan harus mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi.

Perubahan teknologi, khususnya internet dan perkembangan digital, telah mengubah cara orang mengakses informasi dan sumber daya pengetahuan. Perpustakaan tradisional dengan koleksi buku fisiknya tetap relevan, tetapi juga harus melampaui batasan fisik dan memasuki dunia digital.

Perpustakaan abad ke-21 tidak hanya menyediakan buku cetak, tetapi juga menghadirkan sumber informasi digital, jurnal elektronik, database, e-book, dan berbagai sumber daya elektronik lainnya. Hal ini memungkinkan pengguna untuk mengakses informasi dengan cepat dan mudah dari mana saja dan kapan saja melalui perangkat elektronik mereka.

Peran perpustakaan kini

Salah satu peran utama perpustakaan abad ke-21 ialah menjadi gerbang akses informasi yang luas. Dengan meningkatnya jumlah informasi yang tersedia secara daring, perpustakaan berfungsi sebagai filter dan panduan bagi pengguna dalam memperoleh informasi yang valid, terverifikasi, dan berkualitas. Pustakawan juga berperan sebagai penasihat yang membantu pengguna dalam menavigasi sumber daya digital, mengembangkan keterampilan literasi informasi, dan memahami keandalan informasi yang mereka temui.

Dalam proses pembelajaran di sekolah, salah satu pendukung proses pembelajarannya ialah perpustakaan. Fungsi perpustakaan menurut Darmono (2001) dalam Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, ialah fungsi informasi, fungsi pendidikan, fungsi kebudayaan, fungsi rekreasi, fungsi penelitian dan fungsi deposit. Pada fungsi pendidikan manfaat bagi siswa adalah agar siswa mempunyai kesempatan mendidik diri sendiri, siswa mendapatkan kesempatan mengembangkan minat, yaitu dengan kreativitas dan kegiatan intelektual, mempertinggi sikap sosial.

Sebelum abad ke-21, perpustakaan masih dianggap stagnan dan hanya menyediakan koleksi dalam bentuk teks. Namun, di era pembelajaran abad ke-21, perpustakaan bukan hanya menyediakan informasi semata, tetapi juga menyelenggarakan kegiatan yang dapat membantu siswa dalam menghadapi tantangan ke depan. Kegiatan yang kolaboratif, kreatif, dan tidak membosankan sehingga dapat diserap dan dirasakan langsung.

Jika abad sebelumnya siswa hanya mendapatkan informasi searah di kelas, di abad ini siswa harus menghadapi berbagai penyesuaian ilmu pengetahuan yang semakin pesat dan mampu dalam mengembangkan dirinya agar unggul untuk menjawab tantangan tersebut. Siswa menjalaninya secara langsung dan bisa menjadi refleksi untuk proses berikutnya dengan ragam tantangan yang akan dihadapi.

Menurut Trilling dan Fadel (2009: 47), ada tiga kecakapan hidup dalam abad ke-21 yang harus dikuasai siswa, yaitu pertama, keterampilan belajar dan berinovasi yang meliputi berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, komunikasi dan kolaborasi, kreativitas dan inovasi. Kedua, keterampilan hidup dan berkarier. Keterampilan ini meliputi fleksibilitas dan adaptabilitas, inisiatif dan mengatur diri sendiri, interaksi sosial dan budaya, produktivitas dan akuntabilitas, kepemimpinan dan tanggung jawab. Ketiga, media informasi dan keterampilan teknologi yang meliputi literasi informasi, literasi media, literasi teknologi, dan komunikasi.

Perpustakaan ala Sukma

Perpustakaan harus mempunyai terobosan baru untuk menyeimbangkan kebutuhan siswa dalam menghadapi era globalisasi. Salah satu kegiatan yang dilakukan perpustakaan Sekolah Sukma Bangsa (SSB) Bireuen ialah kegiatan magang seru perpustakaan yang sering disebut siswa magang.

Biasanya kegiatan magang dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam dunia kerja. Siswa magang di perpustakaan sekolah bertujuan agar mampu memahami pengetahuan tentang dunia perpustakaan sekolah, mengasah kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi ketika magang dengan ilmu yang dipelajari dalam proses pembelajaran, membiasakan dengan kultur bekerja yang sangat berbeda dengan kultur belajar dari segi keterampilan komunikasi, kerja sama tim, serta tekanan yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu.

Prof Ric Smith (22 Maret 2021) dalam artikelnya mengatakan bahwa siswa magang merupakan cara yang baik dalam membangun jaringan dengan orang yang ada di dalam lembaga tempat magang. Praktik langsung di lapangan ialah cara terbaik, dan kegiatan magang bisa memberikan pengetahuan langsung apa yang dibutuhkan siswa. Magang merupakan kunci dari pengalamaan yang tidak bisa didapatkan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

Dengan kata lain, kegiatan magang ialah salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan daya kreativitas dan potensi siswa dalam meningkatkan dan mendukung proses pembelajaran di sekolah. Siswa yang mengikuti kegiatan magang dituntut lebih komunikatif dan mempelajari ilmu baru, yaitu ilmu tata kelola perpustakaan ketika magang di perpustakaan.

Kegiatan magang di perpustakaan dapat mengasah kecakapan hidup siswa dalam tiga konsep dasar pembelajaran abad ke-21. Dalam konsep keterampilan belajar dan berinovasi, siswa yang mengikuti magang berpikir kritis untuk membantu pustakawan sekolah dengan berbagai pekerjaan yang bersifat teknis, administratif dan kegiatan literasi.

Siswa juga ikut membantu dalam menimbang dan memberikan keputusan untuk terlibat dalam kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan pustakawan. Selain itu, siswa yang mengikuti magang akan memiliki kemampuan komunikasi dan kolaboratif yang baik.

Mereka akan melakukan kerja sama yang baik, seperti kegiatan lapak baca goes to school. Mereka bahu-membahu berusaha untuk menyukseskan kegiatan literasi itu dengan membawa buku bacaan ke sekolah lain yang belum memfungsikan perpustakaannya secara maksimal.

Dalam konsep keterampilan hidup dan berkarir setiap siswa mampu menjadi pemimpin dalam kelompok ketika melakukan kegiatan lapak baca goes to school, lapak baca minggu dan kegiatan membantu teknis perpustakaan, misalnya. Setiap siswa menentukan waktu kapan bisa berkegiatan sehingga bisa mengatur diri kapan terlibat, kemudian menjadi jadwal tersendiri selain dari kegiatan rutin di kelas, dan siswa siswa mampu beradaptasi dengan siswa yang lainnya.

Dalam konsep yang terakhir ialah media informasi dan keterampilan teknologi dalam kegiatan magang siswa juga akan dibekali dengan kemampuan berliterasi seperti menulis refleksi yang dituangkan ke dalam media informasi dan kemampuan dalam berteknologi sesuai dengan perkembangan saat ini, siswa diajarkan dasar penggunaan teknologi informasi dan bagaimana menggunakannya.

Dengan kegiatan magang di perpustakaan, siswa diharapkan dapat mengaplikasikan tiga konsep kecakapan hidup dan pembelajaran abad ke-21 dengan berbagai program, dan kegiatan di sekolah dapat menyiapkan siswa dalam menghadapi era yang tidak dapat dihindari, yaitu era teknologi. (*)

 

Siti Alpiyah, Pustakawan Sekolah Sukma Bangsa Bireuen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *