Berita Utama

Kejar Cakupan Vaksinasi Dosis Lengkap

JAKARTA – Vaksinasi dinilai masih efektif untuk melindungi seseorang dari ancaman penularan Covid-19, khususnya ancaman akan keparahan penyakit dan kematian. Karena itu, cakupan vaksinasi dosis lengkap dan dosis penguat harus ditingkatkan di tengah ancaman subvarian baru.

Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang telah teridentifikasi di Indonesia patut diwaspadai. Subvarian tersebut dilaporkan menjadi penyebab peningkatan kasus yang signifikan di sejumlah negara, seperti Afrika Selatan dan Portugal.

”Dengan adanya mutasi dari virus, efektivitas vaksin dapat berkurang. Namun, vaksin yang ada saat ini tetap efektif untuk menurunkan risiko keparahan dan kematian. Karena itu, amat penting untuk segera melengkapi vaksin hingga dua dosis atau bahkan booster (penguat),” kata Ketua Perhimpunan Alergi dan Imunologi Indonesia Iris Rengganis di Jakarta, Senin (13/6/2022).

Ia mengatakan, vaksinasi lengkap pun tetap diperlukan bagi seseorang yang pernah terpapar Covid-19. Risiko penularan berulang atau reinfeksi bisa terjadi di tengah aktivitas masyarakat yang kembali tinggi. Upaya perlindungan kian penting bagi kelompok rentan, seperti anak-anak dan warga lanjut usia (lansia).

Oleh sebab itu, menurut Iris, selain segera melengkapi vaksinasi Covid-19 dosis lengkap serta dosis penguat (booster), kesadaran untuk mematuhi protokol kesehatan juga jangan lengah. Meski sudah divaksin, penularan masih bisa terjadi.

Dorongan untuk segera melengkapi dosis vaksinasi diperlukan karena cakupan dosis lengkap di Indonesia belum optimal. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menargetkan cakupan dosis lengkap harus bisa mencapai lebih dari 70 persen. Sementara di Indonesia, cakupan dosis lengkap baru 62,16 persen.

Tidak hanya itu, capaian vaksinasi dosis penguat juga masih rendah. Baru ada lima provinsi dari 34 provinsi yang mencatatkan lebih dari 30 persen capaian vaksinasi booster, yakni Bali, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Yogyakarta, dan Jawa Barat.

Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, percepatan capaian vaksinasi Covid-19 akan terus dilakukan, terutama di daerah dengan cakupan vaksinasi yang masih rendah. Kesadaran masyarakat pun diharapkan meningkat untuk segera melengkapi dosis vaksinasi.

”Kita akan kembali melakukan percepatan dengan membuka sentra vaksinasi lebih banyak. Kita juga kembali mengajak tokoh masyarakat untuk melakukan upaya-upaya edukasi agar masyarakat terinformasi bahwa pandemi ini belum selesai,” tuturnya.

Nadia memaparkan, tren kasus penularan Covid-19 di Indonesia mengalami kenaikan. Namun, kenaikan yang terjadi kini dinilai masih dalam situasi terkendali. Hal itu tampak dari tingkat penularan kasus serta tingkat rawat inap yang masih di bawah batas WHO.

”Peningkatan kasus yang terjadi saat ini masih wajar, tentunya dalam jumlah rendah. Ini juga tidak mengganggu terhadap upaya kita menuju ke arah endemi,” katanya.

Secara terpisah, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, saat ini setidaknya sudah terdeteksi delapan kasus dengan penularan subvarian BA.4 dan BA.5 di Indonesia. Tiga kasus merupakan kasus impor yang ditemukan di Bali, sedangkan sisanya merupakan kasus transmisi lokal di Bali dan DKI Jakarta.

Puncak peningkatan kasus Covid-19 akibat subvarian BA.4 dan BA.5 pun diprediksi akan terjadi pada minggu kedua Juli 2022. Peningkatan kasus ini diharapkan bisa ditekan dengan memperkuat perlindungan di masyarakat melalui vaksinasi.

”Kalau masyarakat kita siap, termasuk dengan booster yang baik, kemungkinan besar puncaknya tidak akan tinggi. Itu sebabnya, kita terus dorong agar booster bisa dipercepat supaya kekebalan atau imunitas tubuh masyarakat bisa terbentuk dengan baik,” ucap Budi. (KOM)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.