Lintas Papua

Papua Barat Ekspor 5 Ton Biji Kakao Asal Ransiki ke Eropa

MANOKWARI – Penjabat Gubernur Papua Barat yang diwakili Penjabat Sekretaris Daerah Yacob Fonataba  melepas ekspor biji kakao sebanyak 5 ton di Pelabuhan Manokwari, yang akan dikirim ke beberapa negara di Eropa dan Amerika Serikat melalui Surabaya, Jawa Timur

Ekspor biji kakao premium dari Ransiki, Manokwari Selatan, itu hasil kolaborasi antara Pemerintah Provinsi Papua Barat melalui Dinas Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan (TPH-Bun), bersama dengan Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kementerian Pertanian dan PT. Ebier Suth Cokran Ransiki.

Penjabat Gubernur Papua Barat, Paulus Waterpauw menerangkan, ekspor biji kakao dengan total nilai Rp 225 juta itu akan dikirim ke beberapa perusahaan produksi coklat seperti Chocolate Chapon dan Plaq (Perancis), Taucherii dan Halba Chocolate (Switzerland), Cacava (Rusia), dan Dandelion Chocolate di Amerika Serikat.

“Dari sisi standar mutu, kita sudah berhasil menembus pasar Eropa. Namun dari sisi volume ekspor masih banyak yang perlu ditingkatkan lagi,” kata Paulus Waterpauw dalam sambutan yang dibacakan Pj Sekda Yacob Fonataba.

Ia optimistis volume ekspor cokelat Ransiki bisa ditingkatkan pada jumlah yang  signifikan untuk menambah pendapat bagi petani, pelaku usaha dan penerimaan daerah.

Paulus Waterpauw mengatakan, saat ini lahan kakao produktif hanya seluas 200 hektare, sementara potensi yang tersedia di Ransiki mencapai 1000 hektare. Masih ada 800 hektare yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi.

“Kita perlu terus mendorong pengembangan komoditas kakao di Papua Barat dalam aspek infrastruktur dan penerapan standar instrumen pertanian yang bisa mengangkat mutu dan daya saing dalam perdagangan internasional,” terang dia.

Saat ini, hilirisasi industri kakao terus dikembangkan secara bertahap dengan harapan dapat meningkat kuantitas dan kualitas produksi. Sehingga Manokwari Selatan menjadi lumbung devisa dan mampu mengentaskan kemiskinan di Papua Barat.

“Kita sudah mampu memproduksi olahan kakao jenis bubuk dan pasta,” kata Pj Sekda Yacob Fonataba kepada awak media.

Ia menambahkan, Pemerintah Provinsi Papua Barat juga mengalokasikan dana sebesar Rp1,2 miliar yang bersumber dari APBD untuk peningkatan produksi kakao.

Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kementerian Pertanian Provinsi Papua Barat, Aser Rouw menambahkan kegiatan ekspor biji kakao premium ini akan dilakukan secara rutin dalam waktu 3 bulan sekali. Sebab dalam satu tahun terdapat 2 kali puncak musim besar.

“Tantangan dalam industri kakao adalah bagaimana meningkatkan jumlah produksi dan bagaimana agar kakao dapat didistribusikan langsung dari Pelabuhan Manokwari,” kata Aser Rouw. (FAN)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.