Wacana

Kisah Penyu Belimbing, Balelema dan Sisir Bambu Ance

“Buku-buku dapat mengembangkan kecerdasan, membina watak, dan bahkan mengubah dunia, tetapi tanpa dibaca, buku itu tiada artinya.”

BEBERAPA hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 23 April 2022, adalah peringatan Hari Buku Internasional. Dalam moment ini, saya ingin ikut memperingatinya dengan menulis ulasan singkat tentang tiga buah buku anak yang menurut saya perlu kita ketahui. Membeli dan membaca buku-buku bacaan anak berlatar Papua menjadi salah satu hal yang menarik bagi saya, sekaligus menjadi penting, membagikan ulasan singkat dari buku-buku tersebut.

Yang pertama adalah konservasi penyu belimbing di Sausapor dalam buku “Telur-telur Penyuku (Visi Anak Bangsa/2001),” yang kedua berkisah tentang teknologi tradisional menangkap ikan di Teluk Mayalibit Raja Ampat dalam buku “Menjaga Laut Raja Ampat (Ali Muakhir/2019),” yang terakhir bercerita tentang sisir bambu dan kegunaannya dalam buku “Ance dan Sisir Bambunya yang Ajaib (Tantri Rosenat/2021).”

Konon, Penyu Belimbing adalah penjelmaan seorang putri yang halus budi pekertinya. Agar ia bersedia bertelur di pantai Saubeba, maka penduduk harus merayunya dengan nyanyian yang merdu, suraya yang lembut dan tarian yang gemulai” itu adalah penggalan kisah, dongeng yang diceritakan secara singkat dalam buku, yang mengenalkan keragaman Indonesia pada anak-anak dalam buku “Telur-telur Penyuku.” Kisah dalam buku ini mengangkat sebuah kampung bernama Saubeba, di Sausapor-Tambrauw. Daerah ini istimewa, sebab di pesisir pantainya yang bernama Jeen Womom (Jamursba Medi-saat buku ini ditulis) dengan panjang pantai 17,5 Km menjadi salah satu tempat bertelur dan menetasnya Penyu Belimbing.

Penyu Belimbing merupakan spesies penyu terbesar  karena bisa memiliki berat antara 300 sd 600 kilogram dengan panjang 150-180 cm. Bahkan, bangkai terbesar yang pernah ditemukan di pantai Wales, Inggris, mempunyai berat 916 kilogram dengan panjang 291 centimeter. Itu sebabnya, Penyu Belimbing merupakan penyu terbesar di antara jenis-jenis penyu di dunia.

Karena buku ini ingin mengenalkan keragaman pada pembaca cilik, maka melalui buku ini, kampung menjadi titik sentral ceritanya. Kita tidak hanya menemukan kisah penyu belimbing semata, tetapi kita juga akan berkenalan dengan seorang anak bernama Efer Yesnath yang ikut menceritakan tentang kehidupan dirinya dan keluarganya, disertai narasi penggambaran kampung, masyarakat di kampung, dongeng, mengenalkan bahasa Karon Pantai dan ruang lingkup kampung secara umum yang dikenalkan pada pembaca. Buku ini juga mengenalkan secara singkat, tokoh lingkungan Luki Rumetna.

Melalui bukunya “Menjaga Laut Raja Ampat,” Ali Muakhir, penulis buku anak yang sangat produktif di Indonesia, mengangkat kearifan masyarakat di kawasan teluk mayalibit dalam menangkap ikan lema. Pada ceritanya, ia menggunakan dua tokoh anak bernama Billy dan David, menggerakkan cerita hingga keduanya mengikuti orang tua masing-masing, menangkap ikan lema pada malam hari, yang menjadi sebuah tradisi di Mayalibit.

Menangkap ikan lema menggunakan perahu dan lampu petromaks, dan menimba ikannya menggunakan lai-lai atau serok yang biasanya disebut balelema, balobe atau timba ikan lema, walau tidak dijelaskan terlampau detil, mengingat buku bacaan bergambar ini ditujukan bagi pembaca kelas 1-2-3, bacaan ini begitu menarik karena pada umumnya penangkapan ikan menggunakan pancing, atau jaring. Ini hanya dengan sinar petromaks, ikan-ikan mengikuti sinar tersebut sampai diarahkan menuju goto atau tempat penggiringan akhir ikan, sebelum ditangkap dengan serok.

Sebagai detil tambahan yang tak kalah menarik, walau tak ada di buku bacaan bergambar tersebut, pengelelolaan ikan lema ditetapkan melalui musyawarah bersama dan diperoleh kesepakatan bersama yang dituangkan dalam Peraturan Kampung Nomor 1 Tahun 2013 tentang tata cara pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan lema. Ada bulan-bulan tertentu, tidak diijinkan melakukan penangkapan ikan karena sedang ada sasi laut. Misalnya pada bulan September, Oktober dan November (penutupan musim penangkapan). Selain itu ada juga sasi yang berlaku pada setiap minggu berjalan yaitu, malam Jumat dan malam Minggu, hal ini untuk menghargai pemeluk yang beragama Islam maupun Kristen.

Pada buku ketiga, kita akan berkenalan dengan tokoh cilik, yang bernama Ance dalam buku “Ance dan Sisir Bambunya yang Ajaib.” Terus terang, suatu ketika saya dikontak oleh seorang teman, yang menceritakan tentang buku ini, yang langsung saya beli melalui toko buku daring. Begitu menerima bukunya, dan membaca halaman demi halaman. Saya langsung teringat wajah-wajah teman sekolah saya, saat bersekolah di Nabire, karena ketika itu banyak teman menggunakan minyak kelapa untuk minyak rambutnya. Kenangan ini membuat saya tersenyum, merindukan masa itu.

Buku ini berkisah tentang Ance yang bersedih. Ia sudah mencoba banyak cara untuk mengatasi masalahnya, akan tetapi tidak juga berhasil. Mama Ance melihat perubahan sikap Ance yang murung. Beliau berusaha membantu menyelesaikan masalahnya. Masalah apakah yang ia hadapi? Apakah Mama Ance bisa membantu Ance? Apakah Ance akan lebih percaya diri setelah masalahnya terselesaikan? Bagaimanakah sebuah sisir bambu bisa menjadi solusi masalah Ance? Mengapa ia berkata bahwa sisir bambu tersebut ajaib? Apa yang membuat sisir tersebut ajaib?

Ternyata, sisir bambu dan minyak kelapa menjadi teman menyisir rambut keriting Ance. Mama tau cara mengatasi masalah tesebut, dan mengenalkannya pada Ance. Mereka juga mencoba mengkreasikan beragam jenis model rambut dengan bantuan sisir bambu dan minyak kelapa tersebut. Dan akhirnya sisir bambu pun menjadi sebuah simbol bentuk kasih sayang orang tua kepada anak.

Buku kecil ini mengenalkan bahwa ada beragam jenis rambut, termasuk rambut keriting yang begitu indah. Dan karenanya, kita harus merawatnya dengan baik. (*)

 

Telur-telur Penyuku, Penerbit Visi Anak Bangsa (2001), 36 halaman. Menjaga Laut Raja Ampat, Penerbit Kemdikbud (2019), 26 halaman. Ance dan Sisir Bambunya yang Ajaib, Penerbit Stiletto (2021), 36 halaman.

 

Dayu Rifanto, Mengelola PinjamPustaka, taman baca masyarakat di Kota Sorong; IG @dayrifanto atau email dayurifanto@gmail.com

 

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.